Mohon tunggu...
Nuraini Nabillah Putri
Nuraini Nabillah Putri Mohon Tunggu... Lainnya - PELAJAR SMKN 37 JAKARTA

if u don't like it, don't watch it. is that simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Titip Rindu untuk Ayah

13 November 2020   04:56 Diperbarui: 13 November 2020   05:01 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari semakin gelap, waktu nya untuk terlelap. Setiap malam, setiap ingin beristirahat, selalu ada bayangan tentang kisah hidup yang dulu pun pernah aku alami.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Putri kecilmu, kini sudah beranjak menjadi wanita dewasa atau sudah dewasa ? entahlah. Siapa yang peduli tentang semua ini. Dewasa atau tidaknya seseorang itu pun hanya sebuah persepsi semata. 

Ku pikir tak ada bedanya, hanya saja fisik yang sekarang ini memang tak serapuh dulu ketika aku masih kecil. Tapi jika berbicara tentang masalah hati dan pikiran, mungkin sangatlah berbeda. Masalah yang kita hadapi saat ini sangatlah rumit. Bukan hanya sekedar terjatuh karena belajar berjalan, namun lebih dari itu.

Ketika aku mengalami sebuah sakit karena kejamnya dunia ini, ada seseorang yang selalu menyayangiku. Ayah, ia lah sosok lelaki yang tak akan pernah menyakiti hatiku. Ia pahlawan untukku, pahlawan yang tak kalah pentingnya dengan seorang ibu. 

Ayah, sebuah kata yang selalu aku ucapkan ketika aku merasa kecewa dengan hidup ini. Ayah, sosok yang selalu mempunyai kata sederhana yang akan menenangkan hatiku. Ayah, sosok yang rela melakukan apapun demi melihat kami tersenyum.

Ada sepenggal kisah tentang masa kecilku. Indah, amat sangat indah ketika aku harus menceritakan masa kecilku bersama ayah. Ayah selalu berkata, " ketika kamu merasa sedih solatlah, berdoalah. Karena kekuatan terbesar yang kita punya adalah sebuah doa, ketika kita tak mampu berucap maka biarkan Allah Swt yang berkehendak lewat kekuasaan- Nya. " 

Hal- hal sederhana yang seperti itulah yang akan selalu kuingat.

Tak terasa hari semakin larut, tapi masih banyak yang inginku ceritakan tentang ayah. Mungkin lewat sebuah tulisan ini aku bisa bercerita, berharap ayah bisa membacanya, tapi rasanya tak mungkin. Anggap saja ini sebuah ucapan rindu dari putri kecilmu, supaya engkau tau betapa aku sangat merindukanmu yah. 

Ayah... kau tahu betapa bangganya putri kecilmu ini padamu, betapa bahagianya aku mempunyai ayah sehebat dan setangguh engkau. 

Masih teringat jelas ketika ayah berjalan menuju rumah sepulangnya dari bekerja, kemudian ia bersorak dari kejauhan, " kakak ayah pulang. " kata ayahku sambil berlari menghampiriku setelah itu memelukku. Berharap dapat memutar waktu agar selalu bisa melakukan hal - hal sederhana yang selalu membuatku bahagia. 

Ayahku pun pernah berkata, " Tugasmu menuntut ilmu, kamu harus sukses, jangan pernah kamu pikirkan bagaimana ayah akan membahagiakanmu. Biarkan semua kebahagianmu kini menjadi tanggung jawab ayah, Allah Swt tak akan pernah mempersulit hambanya, rezeki sudah di atur. Ayah akan selalu menjaga dan melindungimu, Ayah sayang kakak. " begitu katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun