Mohon tunggu...
Zia Nabillah
Zia Nabillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Islamic Banking Student ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Pancasila Diuji oleh Zaman: Menjawab Dinamika dan Tantangannya

5 November 2024   19:37 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:20 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau ngomongin Pancasila, kayaknya sering banget deh kita dengar di sekolah, kuliah, atau bahkan di kehidupan sehari-hari. Pancasila itu dasar negara kita, jadi emang harusnya ada di mana-mana. Tapi kenyataannya nggak selalu gampang buat menjalani nilai-nilainya dalam kehidupan nyata. Ada banyak tantangan yang bikin Pancasila kayak diuji relevansinya di zaman sekarang.


Dinamika dalam Memahami Pancasila

Pertama, sebenarnya kalau ditanya gimana sih pandangan orang terhadap Pancasila sekarang, kayaknya banyak yang masih bingung. Di sekolah kita diajarin, tapi kadang kita ngerasa kayak hafal aja, bukan paham. Pas udah masuk ke masyarakat, apalagi di era modern kayak gini, orang-orang mulai ngerasa Pancasila itu hanya teori doang. Mereka ngelihat contoh dari beberapa tokoh yang malah kayak nggak menerapkan Pancasila. Hal ini bikin pandangan orang terhadap Pancasila itu agak campur aduk.

Apalagi dengan adanya media sosial, orang jadi punya banyak sumber informasi. Kadang info yang kita terima soal Pancasila juga nggak selalu akurat atau malah mengarah ke opini-opini yang nggak jelas sumbernya. Ini bikin masyarakat tambah bingung dan kadang lebih milih percaya sama hal-hal yang kelihatannya menarik, tapi nggak berdasar. Menurut saya, ini jadi tantangan tersendiri karena media sosial seharusnya bisa jadi alat untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila, tapi malah sering disalahgunakan.

Tantangan Menjaga Pancasila di Era Globalisasi

Globalisasi juga nambahin tantangan buat Pancasila. Banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, dan itu nggak bisa kita hindari. Sebagian anak muda sekarang lebih familiar dengan budaya luar daripada budaya Indonesia sendiri. Misalnya, mereka tahu banget soal budaya pop luar negeri, tapi pas ditanya tentang Pancasila, malah bingung. Ini jadi tantangan karena Pancasila adalah identitas bangsa kita, tapi malah tersisihkan oleh budaya yang sebenarnya bukan identitas kita.

Kadang, kita lebih gampang terpengaruh sama nilai-nilai luar yang mungkin nggak sesuai dengan Pancasila. Misalnya, ada nilai yang individualistis banget, padahal di Pancasila, kita diajarkan buat gotong royong dan saling peduli. Efeknya, Pancasila sebagai dasar hidup bangsa ini jadi sedikit tergeser karena orang lebih ngikutin tren yang ada. Saya rasa kita perlu menyadari bahwa budaya luar bukanlah hal yang sepenuhnya buruk, tapi harus ada batasan dan penyesuaian supaya tetap sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila di Dunia Politik

Pancasila juga sering banget dibahas dalam dunia politik, tapi nggak selalu berarti diimplementasikan dengan baik. Ada kalanya, politikus cuma ngomong soal Pancasila buat kelihatan nasionalis, tapi nyatanya nggak melakukan apa-apa yang sesuai. Contohnya, mereka bicara soal keadilan sosial, tapi di sisi lain malah mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Kondisi ini bikin kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila jadi menurun.

Politik seharusnya bisa jadi contoh yang baik buat menerapkan nilai-nilai Pancasila, tapi kenyataannya sering kali malah jadi arena perebutan kekuasaan. Ini juga bikin orang-orang mulai ragu, apakah Pancasila masih beneran dijalankan atau cuma formalitas. Saya percaya bahwa para politikus seharusnya tidak hanya menjadikan Pancasila sebagai jargon, tapi benar-benar mengamalkan nilai-nilainya dalam setiap kebijakan yang diambil. Itu bisa jadi langkah nyata untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun