Mbak Echa adalah salah satu ibu rumah tangga yang terdampak pandemi. Ia harus pulang kampung dari Bintaro ke Situbondo. Bisnis dekorasi balon yang sudah laris harus ia tinggalkan, lantaran perubahan perilaku pasar tak lagi menjanjikan. Akan tetapi, Mbak Echa bukanlah orang yang gemar bersedih hati. Dengan cepat ia melihat potensi besar di Situbondo berupa produksi ikan asin yang gurih dan pengolahan otentik secara turun temurun. Ia meraih peluang itu dengan menjual produk baru berupa aneka ikan asin di toko online Rumah Raisya. Bisnis yang ia jalani berdua dengan suami ini berjalan lancar dan memberi pemasukan yang likuid untuk keluarga. Pada satu sisi, pelanggan Rumah Raisya juga bahagia karena bisa makan ikan asin yang bergizi, lezat, dan harga yang murah. Kebahagiaan ganda ini tidak akan terwujud tanpa adanya JNE yang menjadi perantara.
***
Saya mengenal Mbak Echa dari sebuah komunitas bloger. Mbak Echa merupakan potret emak-emak milenial yang gesit. Di sela waktu mengurus keluarga dan ngeblog, dia masih bisa menjalankan bisnis jasa dekorasi balon yang telah ia mulai pada tahun 2018. Sayangnya, pandemi memukul mundur Mbak Echa dari Bintaro. Ia dan keluarganya memilih untuk pulang ke kampung halaman di Situbondo. Mbak Echa harus lekas memutar kemudi karena bisnis dekorasi balon yang lekat dengan karakter konsumen metropolitan tidak bisa ia terapkan di daerah pesisir.
Ia mengamati geliat bisnis ikan asin yang dapat menjadi potensi pemasukan baru. Banyak warga di kampung nelayan Situbondo menjajakan ikan asin dengan bumbu yang variatif. Selain itu, produsen ikan asin di Situbondo rutin mendapat kontrol yang ketat dari pemerintah daerah. Tak heran kualitas ikan asin dari Situbondo ini selalu terjaga, tanpa pengawet, dan tanpa bahan berbahaya lainnya.Â
"Saat itu saya berpikir, sepertinya jualan makanan kering lebih menjanjikan. Konsumennya banyak, kualitas ikan asin di sini sangat bagus, dan saya langsung mengambil dari nelayan," tutur Mbak Echa.
Ikan asin yang ia jual di toko online Rumah Raisya dapat menjawab kegelisahan warga di kota besar akan asupan ikan yang berkualitas. Mbak Echa sempat merasakan ketika tinggal di Bintaro. Ia jarang makan ikan karena harganya yang mahal jika dibandingkan dengan ayam potong. Belum lagi pengolahannya yang agak merepotkan. Sementara pada satu sisi, ikan asin memiliki keunggulan berupa penyimpanan yang mudah. Gizinya pun bersaing dengan ikan segar, tentu dengan harga yang lebih ekonomis.
Rumah Raisya yang Semula "Palugada"
Toko online Rumah Raisya tidak ujug-ujug menjual ikan asin. Mulanya, produk unggulan Rumah Raisya adalah jilbab dan Serundeng Jawa. Mbak Echa berjualan jilbab karena melihat pasar fesyen muslim yang besar, sementara Serundeng Jawa merupakan buah kreasi dapur dari suami yang hobi memasak. Rupanya, Serundeng Jawa Rumah Raisya mendapat sambutan yang besar dari pelanggan. Dalam waktu 3 pekan pasca peluncuran produk, Rumah Raisya berhasil menjual 300 kemasan Serundeng Jawa.
Namun, Mbak Echa menemukan kendala dalam membuat Serundeng Jawa yakni durasi memasak. Membuat serundeng memang harus telaten. Mulai dari menyiapkan kelapa parut, memilih campuran daging yang baik, dan menyangrai hingga kering. Proses ini memakan waktu yang panjang dan melelahkan. Mbak Echa dan suami pun keteteran membagi waktu antara mengurus anak-anak dan menjalankan bisnis.
Mereka berdua kembali meriset pasar, mencari produk yang sederhana tapi tetap deras peminat. Upaya ini membuahkan hasil, pasutri ini sepakat untuk menjual ikan asin khas Situbondo yang terkenal enak. Mbak Echa dan suami berburu ikan asin langsung dari kampung nelayan. Terkadang, mereka harus berebut ikan asin segar dengan kompetitor. Agar tak kehabisan ikan yang berkualitas, Mbak Echa dan suami berangkat pukul 2 dini hari dan langsung mendatangi rumah produsen.Â
Setelah menyeleksi beberapa jenis ikan asin, Mbak Echa segera merilis produk baru. Ia menjual secara online di Instagram dan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Pelanggan anyar berdatangan, testimoni bintang lima pun ia dapatkan.
Bisnis Ikan Asin Tak Selamanya Amis
Angka konsumsi ikan di Indonesia memang terus meningkat. Pada tahun 2020, angka konsumsi ikan di Indonesia sebesar 56,39 kg/kapita. Angka ini naik 3,47% dibanding tahun sebelumnya. Namun, angka ini sebetulnya masih rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mengonsumsi 70 kg/kapita dan Singapura 80 kg/kapita setiap tahun. Jepang justru lebih tinggi lagi, yakni mendekati 100 kg/kapita setiap tahun.
Ironinya, warga di kota-kota besar yang kerap dianggap mampu membeli ikan justru yang paling sedikit dalam mengonsumsi ikan. Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2020 mencatat bahwa konsumsi ikan tertinggi ada di Sulawesi Tenggara. Sementara tiga provinsi terendah dalam konsumsi ikan adalah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Ikan asin sebetulnya memiliki banyak keunggulan, khususnya pada saat pandemi. Rasanya gurih dan cocok untuk lidah orang Indonesia, harganya sangat terjangkau, serta mengandung gizi yang menyehatkan. Ikan laut yang mengalami proses pembubumbuan dan pengeringan ini tidak kehilangan nutrisi. Dengan bobot yang sama, ikan asin memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi daripada ikan segar karena kadar airnya yang lebih sedikit. Kandungan fosfor serta zat besi pada ikan asin juga tinggi.
Hadirnya bisnis ikan asin Rumah Raisya mampu menjawab persoalan konsumsi ikan di kota besar. Terlebih, mayoritas konsumen Rumah Raisya adalah orang yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Jogja, Denpasar, Lampung, Balikpapan, dan Surabaya. Para konsumen ini terhubung dengan Rumah Raisya melalui jaringan pertemanan di WhatsApp Group, media sosial, serta marketplace.
Banyak pelanggan Rumah Raisya yang membeli ulang karena terpincut dengan kesegaran dan cita rasa yang eco. Tercatat, sejak pertama kali launching ikan asin pada pertengahan 2021, Rumah Raisya berhasil menjual lebih dari 120 kemasan melalui marketplace. Konsumen yang datang melalui media sosial lebih banyak lagi. Untuk menjaga kepuasan pelanggan, Mbak Echa berlangganan ikan dari enam nelayan dan satu produsen rengginang di Desa Gumuk, Situbondo. Mbak Echa juga mempekerjakan satu orang karyawan untuk membantu pengiriman.
"Kalau bertepatan dengan promo tanggal cantik atau gratis ongkir nol rupiah, itu sampai kewalahan rasanya," kenang Mbak Echa.
Ia merasa berjualan ikan asin Situbondo sangat membantu perekonomian keluarga saat pandemi. Bahkan, likuiditas pemasukan melebihi pendapatannya ketika menjalankan bisnis dekorasi balon di Bintaro. Mbak Echa membuktikan bahwa bisnis ikan asin tak selamanya amis. Ia bisa juga membawa kebahagiaan untuk keluarganya, untuk para pelanggan setia, bahkan turut menyehatkan anak-anak Indonesia.
Jajakan Rengginang Ketika Musim Hujan Datang
Salah satu kendala yang menerpa saat musim hujan adalah nihil ikan. Angin kencang membuat nelayan enggan menebar jala. Akibatnya, halaman rumah para nelayan pun sepi ikan asin kering. Mbak Echa mengakali ini dengan menyetok ikan asin lebih banyak begitu produksi kembali berjalan. Selain itu, agar pelanggan tidak kecewa, ia menawarkan produk substitusi berupa rengginang.
Rengginang Rumah Raisya memiliki keunikan variasi rasa. Ada rasa orisinal, rasa terasi, dan rasa cumi. Produk ini pun menjadi kesukaan pelanggan karena rasanya yang maknyus dan cocok untuk camilan keluarga. Mbak Echa tidak khawatir rengginang menjadi remuk karena ia mengupayakan pengemasan yang aman dan menggunakan ekspedisi yang terpercaya yakni JNE.Â
Arahkan Pelanggan Memakai JNE
Beberapa pelanggan Rumah Raisya gemar membeli grosir. Biasanya, mereka membeli di atas 10 kg untuk dibagikan kepada orang lain serta untuk dijual kembali. Wajar saja, harga dari Rumah Raisya sangat murah, yakni hanya Rp 10.000 untuk ikan asin dan Rp 20.000 untuk rengginang. Mbak Echa mengarahkan pelanggan grosir untuk memakai JNE Trucking (JTR). Sebab, ongkos kirimnya jauh lebih murah. Pengiriman per 11 kg Rp 35.000 saja. Sesama Jawa Timur lebih murah lagi, yakni hanya Rp 15.000/11 kg.Â
Saya tak ingin ketinggalan menjadi pelanggan ikan asin Rumah Raisya. Segera saya memesan cumi asin dan ikan asin melalui marketplace Shopee, mumpung ada potongan ongkir 10.000.
Pengiriman yang saya pilih adalah JNE, perusahaan ekspedisi kebanggaan Indonesia. Saya telah akrab menggunakan JNE sejak berjualan jilbab tahun 2015 sampai 2017 dan semakin rutin setelah bergabung dalam komunitas Yuk Bisnis. Menurut saya, JNE merupakan ekspedisi lokal yang amanah, tangguh, dan konsisten melayani pelanggan. Sudah 31 tahun, lho!
JNE menjangkau lebih dari 6.000 lokasi titik pelayanan. Ini membuat proses pengiriman jadi lebih cepat, dalam satu provinsi biasanya hanya perlu 1-2 hari. Selain itu, JNE sudah bisa memberi konfirmasi barang sampai melalui telepon. Kendati telepon itu terkadang membuat saya kaget dengan suara "Mbak-mbak JNE", tetapi saya senang karena mengetahui paket sudah tiba dengan aman.Â
JNE Antarkan Kebahagiaan dan Tingkatkan Gizi Anak Indonesia
Berkat JNE, ikan dan cumi asin Rumah Raisya datang cepat tanpa kendala. Rasa bahagia pun membuncah karena saya bisa menyantap makanan yang sehat dan nikmat. Anak-anak saya biasanya tidak doyan ikan asin, eh, mereka malah ketagihan dengan ikan asin Rumah Raisya!
Saya melihat ada peran lain JNE dalam menghubungkan Rumah Raisya dengan pelanggan, yakni JNE turut berperan menyehatkan anak Indonesia. Saat ini Indonesia mengalami masalah stunting. Salah satu cara untuk mengatasi stunting adalah meningkatkan konsumsi protein hewani, harga terjangkau, dan bersumber dari pangan lokal. Ikan asin yang dijual oleh Rumah Raisya dari Situbondo ini dapat menjadi salah satu solusi. Saya rasa kita patut bangga memiliki pangan lokal yang lezat, murah, dan gampang dikirim ke seluruh Indonesia dengan JNE.
Saya sangat merekomendasikan ikan asin Rumah Raisya. Saya sendiri langsung repeat order setelah mencicipi untuk pertama kali. Terima kasih Rumah Raisya yang menyuguhkan produk berkualitas dengan harga yang bersahabat. Terima kasih juga JNE yang telah mengantarkan kebahagiaan untuk keluarga saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H