Mohon tunggu...
Nabilla DP
Nabilla DP Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Ibu dua anak yang doyan bepergian. Ngeblog di bundabiya.com dan bundatraveler.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Energi Baik Sang Dokter Melancarkan ASI untuk Awal Kehidupan Anakku

15 Agustus 2018   15:14 Diperbarui: 15 Agustus 2018   15:29 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai melakukan self theraphy ala kadarnya demi menstabilkan emosi dan lebih fokus pada anak saya. Seperti menonton film yang lucu dan membahagiakan, berdzikir, mendengarkan lagu-lagu positif, dan makan makanan yang saya sukai.

Seminggu kemudian, saya kembali menemui sang dokter dengan jantung yang berdegup kencang. Kali ini saya ditemani ibu saya. Perlahan, dokter meletakkan tubuh si kecil di atas timbangan bayi dan.... senyum beliau merekah indah.

"Wow, berat badan si kecil berhasil naik lagi 700 gram! Mom hebat sekali!" Puji sang dokter anak kepada saya. Artinya dalam 1 bulan lebih 1 minggu, anak saya berhasil naik sebanyak 1300 gram dan angka tersebut termasuk cukup

Sang dokter (dr. Dini SpA), Mahira, dan saya :) - dok: pribadi
Sang dokter (dr. Dini SpA), Mahira, dan saya :) - dok: pribadi
"Pertahankan ya Mom menyusuinya, insya Allah kalau terus berprasangka baik dan pelekatannya benar, berat badan si kecil akan terus naik, pertumbuhan dan grafiknya pun akan terus bagus," begitu kurang lebih isi nasihatnya.

Mendengar pujian dan energi baik dari beliau membuat saya sangat terharu, hampir saja saya meneteskan air mata. Disaat banyak orang pesimis dengan ASI saya, ibu, suami, dan sang dokter yang bahkan baru saya kenal saat kelahiran si kecil justru memberikan kepercayaan yang tinggi untuk saya. Saya merasa sangat berharga dan mampu!

Energi Baik Mengawali Kehidupan Bahagia Si Kecil

Bahkan saat sore harinya sepulang dari kunjungan ke dokter, saya dibuat takjub dengan "pendapatan" ASI perah saya. Hanya dalam 10 menit kedua botol pompa tersebut sudah penuh dengan ASI perah. Saya betul-betul terpesona dengan pemandangan di depan mata. Hormon oksitosin, si hormon cinta, rupanya betul-betul memengaruhi produksi ASI saya.

Saya bangga karena saya bisa mematahkan pendapat kebanyakan orang yang mengatakan bahwa ASI saya sedikit dan kurang enak. Sejak mendapat "sengatan" penuh kebaikan dari sang dokter, saya semakin optimis untuk menyusui. Semangat saja membaja, sekarang ocehan negatif siapapun tidak akan memberi pengaruh apa-apa.

Alhamdulillah, saya berhasil memberi hak anak saya dengan baik hingga usianya 20 bulan. Proses menyusui terpaksa berhenti atas rekomendasi dokter lantaran saya hamil anak kedua. Mahira sebetulnya tidak rela harus berpisah dengan pabrik kesayangannya itu, tapi lama-kelamaan ia mengerti. Iseng, saya bertanya kepada anak pertama saya mengenai rasa ASI saya. Jawabannya sangat lucu. Dengan lugu dan jujur ia mengatakan bahwa rasanya enak (bisa dilihat di video di bawah ini). Saya tersenyum mendengarnya. Kadang saya menyesal mengapa saya dulu terlalu terpengaruh dengan buah tutur orang lain yang buruk. Seharusnya saya hanya fokus pada anak saya, pada jiwa kecil yang saat itu sangat tergantung pada tubuh saya.


Saya juga semakin sadar bahwa energi di sekitar kita itu beragam, ada energi baik dan ada pula energi buruk. Semakin sering kita berinteraksi dengan energi yang buruk, semakin sering juga kalimat-kalimat negatif tersebut hinggap di pikiran dan suatu saat akan memengaruhi tindakan dan keputusan kita.

Sebaliknya, jika kita berkutat pada energi yang baik, tentu juga memiliki dampak yang positif untuk pikiran dan hidup kita.

Percaya atau tidak, energi baik yang saya peroleh dari sang dokter, menuntun saya untuk menemukan potensi-potensi energi baik lainnya. Saya mulai memberanikan diri untuk berkumpul dengan komunitas bisnis dan penulis yang penuh energi positif. Berkat energi baik, saya juga berhasil menyelesaikan studi S2 saya di Fakultas Hukum di salah satu universitas ternama di Jogja dengan lama studi 2,5 tahun dan dengan predikat Cumlaude.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun