Pendidikan yang kuat bukan tidak mungkin untuk diwujudkan. Bahkan, seluruh unit yang memiliki peran penting dalam proses pendidikan anak, harus terus bersinergi dan berkolaborasi memberikan sumbangsih terbaik bagi pendidikan anak. Pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan, serta merupakan investasi bagi terbentuknya sumber daya manusia berkualitas. Melalui pendidikan yang baik, diharapkan tercipta manusia sebagai pelaku pembangunan yang berjiwa pembaharu, yang dapat mengembangkan segala potensi diri dan mengambil peran dalam pembangunan berbagai aspek kehidupan.
Setidaknya terdapat tiga komponen yang saling bersinergi dalam membentuk generasi masa depan yang berkarakter yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Namun, bagaimanapun juga, menyelaraskan ketiga unsur ini bukan perkara gampang. Sebagai orang tua, kita dapat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang kuat, salah satu caranya adalah menjadi keluarga yang hebat.
Peran Penting Keluarga Hebat
Tidak hanya mengandalkan angka dan prestasi atau olah pikir anak, pendidikan yang kuat juga harus mampu memerhatikan olah hati yakni melalui etik dan spiritual, olah rasa yakni estetik, serta olah raga atau kinestetik. Di sekolah, keempat dimensi pendidikan dapat dijumpai pada proses pembelajaran serta ekstrakulikuler. Namun, sesungguhnya, ada unit terkecil dalam masyarakat yang dapat membantu mewujudkan fondasi pendidikan yang kuat, yakni melalui peran keluarga yang hebat.
Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa "di dalam hidupnya anak-anak, ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu: alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda." Keluarga, menjadi komponen yang pertama dan utama dalam membentuk karakter anak yang selanjutnya dapat membawa kontribusi positif dalam pendidikan.Â
Setidaknya, terdapat dua faktor yang memengaruhi pembentukan karakter, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang dimilikinya, seperti pengetauan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang diterima, bibingan, pengarahan, serta interaksi atau hubungan antara orang tua dan anak.
Secara singkat, peran keluarga hebat dapat dilakukan dengan 3 prinsip dasar yakni asah, asih dan asuh. Ketiga hal ini dapat dikatakan sebagai landasan atau prinsip dasar sebab istilah asah, asih, dan asuh sudah sangat familiar di berbagai lapisan masyarakat serta menjunjung kearifan lokal. Sehingga, diharapkan konsep ini bisa lebih mudah diterima serta diaplikasikan dalam tiap keluarga.
Asah berarti melakukan stimulasi atau rangsangan dini pada semua aspek perkembangan. Asah dapat bermakna keterlibatan orang tua dalam perkembangan anak, misalnya membiasakan membaca buku untuk meningkatkan kecintaan pada literasi, berolahraga untuk mengasah keterampilan fisik, dan lain sebagainya.
Asih berarti menciptakan rasa nyaman, aman, serta memberi perlindungan kepada anak dari pengaruh yang kurang baik dan tindak kekerasan. Asih dapat dimulai dari orang tua yang menunjukkan sikap harmonis, saling menyayangi, dan tidak melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan ini menjadi hal yang harus diperhatikan orang tua sebab anak masih menjadi sasaran empuk atas tindakan kekerasan baik di rumah maupun di sekolah.
Sementara asuh memiliki makna upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gizi, imunisasi, kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan, serta proses bermain. Asuh dapat diterapkan dengan baik apabila orang tua memiliki atau menganut pola pengasuhan yang positif dan mendukung perkembangan anak.
Proses asah, asih, dan asuh ini sejatinya dapat diterapkan pada setiap tahap perkembangan anak. Namun, akan jauh lebih efektif dan lebih baik apabila diterapkan sejak usia 0 hingga 5 tahun, sebagaimana hasil pada penelitian oleh Nelson C.A. tahun 2000 yang menyebutkan bahwa 90% otak anak berkembang dengan pesat sebelum usia 5 tahun.Â