Selain ke Chengdu, aku juga menggarap project di Kunming dan Anning, dua kota di Provinsi Yunnan. Pasca berakhirnya project, aku ke Guangzhou dan Hong Kong, lalu kembali lagi ke Hangzhou. Seluruh perjalanan antar provinsi di Tiongkok itu aku tempuh dengan kereta api, murah meriah namun memakan waktu lebih lama. Nggak enaknya adalah tiket dengan tipe sleeper ludes tak bersisa (FYI, di Tiongkok ada fasilitas kasur sebagai pengganti kursi dengan harga yang lebih mahal). Terpaksa aku harus menempuh perjalanan 24 sampai 30 jam antar provinsi dengan duduk.
Pengalaman traveling-ku yang satu ini memang yang paling ter: terapes, terlama, ter-mellow, dan ter-pegal. Pegal? BANGET LAH! Dan yang bikin makin kesel, Balsem Otot Geliga ku tertinggal di asrama Anning. Hiks... Saat itu aku hanya bisa berkhayal, seandainya saja ada Geliga dengan wujud krim yang ringan dan mudah dibawa kemana saja, agar aku bisa selalu bebas pegal.
Setelah 5 bulan pasca operasi bedah sesar, tepatnya akhir tahun 2016 lalu, aku diizinkan untuk pijat badan. Bagi seorang busui (baca: ibu menyusui) memiliki waktu luang untuk pijat itu serasa leyeh-leyeh di pantai. Semenjak hamil aku sering mengalami boyok-en atau nyeri punggung bagian bawah. Rasanya kayak digebukin orang sekampung *lebay dikit*. Bersyukur ada Mbak Yun, tukang pijat langganan keluargaku. Biasanya dia datang dengan tangan kosong, ia terbiasa memijat dengan minyak zaitun yang kami miliki. Tapi kali ini tidak, dia membawa Geliga Krim untukku.
"Mbak Billa," mbak Yun membuka suara sambil mulai memijat jemari kakiku, "nanti beberapa bagian yang pegal saya pijat pakai Geliga Krim ya? Baunya enak lho, lebih wangi kalau dibanding yang Balsem Otot Geliga. Biar pegal-pegalnya cepet hilang, mbak," lanjutnya.
Kepalaku yang sudah bersandar manis di bantal, spontan bangun dan menoleh ke Mbak Yun begitu mendengar kata Geliga Krim.
"Bukannya geliga itu cuma balsem ya mbak? Sekarang ada krimnya kah?" Aku balik bertanya.
"Lho, sudah ada mbak. Sampeyan kemana aja?" Mbak Yun menjawab sambil terkekeh.
Alhamdulillah! Memang hidup sebagai makmak bikin aku agak kudet, gampang pegal, dan jarang jalan, syukurlah Mbak Yun mempertemukan aku dengan Geliga Krim. Setelah aku coba sendiri, Geliga Krim memang pas untuk nyeri otot khususnya pada punggung, pundak, persendian, keseleo, kram, dan masalah otot lainnya. To be honest aku sangat puas dengan Geliga Krim, pertama karena panasnya pas, mudah meresap, dan tidak lengket. Kedua, karena super duper travel friendly! Ringan dan mudah dibawa, dijamin makin bebas pegal kemana aja. Ketiga, wangi dan kekinian. Nganu, maaf ya maaf banget nih bukan bermaksud menyinggung, tapi biasanya kalau pakai balsem, konotasinya kan untuk orang tua. Nah kalau pakai Geliga Krim, anak muda zaman now pun nggak perlu gengsi. Terus yang bikin heran, kok bisa sih ada krim pereda nyeri otot yang biasanya identik dengan bau menthol yang sangat kuat dan menyengat, tapi Geliga Krim malah wangi banget! Jadi betah dibau-bauin terus lho..
Makin Intim Berkat Geliga Krim
Akhirnya tiba waktu yang aku tunggu-tunggu selepas melahirkan: TRAVELING! November 2016, aku, suami, dan baby memilih traveling ke Pantai Sadranan, Jogja. Tujuannya tentu refreshing selepas berkutat dengan tenggat waktu tesisku. Disana aku sempat snorkeling sebentar dengan suami. Hm.. puas rasanya karena sudah lama sekali nggak mantai dan nggak nyebur ke laut. FYI, nggak banyak lho pantai di Jogja yang snorkeling-friendly, tahu sendiri kan gimana ombak khas pantai selatan yang ganas. Pantai Sadranan ini selain memiliki underwater view yang bagus, aksesnya pun mudah dan nyaman untuk keluarga.