Mohon tunggu...
Nabilla Nursapto
Nabilla Nursapto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Hidupmu Tanggung Jawabmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rindu di Ruang Sendu

8 Desember 2020   14:24 Diperbarui: 8 Desember 2020   14:53 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita adalah sepasang mata yang memandang ke arah yang sama.

Kita adalah sepasang telinga yang siap mendengar seruan yang sama.

Kita adalah sepasang kaki yang sementara melangkah menggapai cita.

Pun demikian kita hanya punya satu hati yang hanya bisa ditambatkan untuk satu hati pula yang mau bersedia dan teguh menerimanya.

Ini tentang kamu dan aku yang sekiranya pantas disandingkan dengan kata "serasi". Tapi masih terjebak dengan basa-basi penantian dan harus bersabar atas perih dan pilunya merindu.

Rindu hanya bisa ditebus lunas dengan pertemuan, namun doa bisa jadi selingkuhan terbaik saat cinta direbut oleh jarak. Jarak adalah penguat cinta menurutku, sebab adanya jarak kita lebih memahami esensi apa itu rindu sebenarnya, yang pada akhirnya mengajarkan kita bersabar untuk saling menunggu sembari bertahan atas cabikan pilu di ruang sendu.

Ini bukanlah perkara mudah, apalagi buat kita yang sama-sama berpegang teguh memenangkan rasa ini sekiranya diridhoi Allah dan ditetapkan dalam ikatan yang dicintai-Nya.

Kita adalah cerita yang belum usai, saking dramanya Allah berikan kesempatan kedua untuk kita merangkai kembali alur cerita ini dalam babak baru. Sangat unik mengingatnya kembali, dimana awal perkenalan kita dihiasi pertemuan namun tidak dihinggapi rasa dan beda halnya dengan babak baru ini, kita tidak sempat dipertemukan, retina tidak sempat melihat retina dan raga tak sempat berpapasan, namun entah dari mana asalnya dalam babak baru ini kita saling berkirim pesan sembari dengan lantang menyuarakan rasa yang sama. Sungguh aneh rasanya, aku tak segampang ini meyakini sesuatu, tapi kau dengan gampangnya melenyapkan ragu tanpa menyisakannya walau hanya satu. Katamu begitu pula denganku, bisa meyakinkan dirimu seakan tak ada alasan buat meragu.

Melihat sekilas dari kisah ini akan tergambar bahwa alurnya sangat indah, namun tidak. Ini barulah harapan dari dua insan yang sementara membujuk Allah agar meridhoi apa yang diinginkannya.

Dalam hening sempat terpintas dalam benakku, kita tidak cukup alasan buat meyakinkan Allah jika tanpa di uji dulu sejauh mana kelayakan kita memegang teguh rasa suci ini, mungkinkah kita hanya terbawa syahwat dan dibuat buta oleh hasrat duniawi atau memang ingin menyempurnakan seruan-Nya dengan mengharap jannah yang di janjikan-Nya.

Seiring berjalannya waktu, ujian itu tiba. Namun bukan soal tak adanya restu, lebih dari itu, ada tanggung jawab lain yang harus dituntaskan agar tidak jadi belenggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun