Mohon tunggu...
Nabil bilanur
Nabil bilanur Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Uin Malang ( PBA)

hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Resume Buku Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam

8 Maret 2020   12:35 Diperbarui: 8 Maret 2020   12:53 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah makhluk Mukallaf, yang disertai kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal dan fikiran manusia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologi. Manusia menurut para ahli pikit disebut sebagai al- kain an-natiq, " makhluk yang berbicara" dan " makhluk yang memiliki luhur". Dalam sebuah hadist, nabi bersabda bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang islam. Dan pada kesempatan yang lain beliau menganjurkan manusia agar mencari ilmu yang bermanfaat, yang berguna bagi kesejahteraan umat, dan meski dari manapun datangnya. Belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia, untuk mengenal lingkungannya dan juga Tuhannya. Dengan belajar manusia juga dapat menciptakan kreasi unik dan spektakuler. Keunggulan umat manusia atau bangsa akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan itu untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Sehingga Allah mengangkat derajat orang --orang yang berilmu  ke derajat yang luhur ( Q.S Al- Mujadila: 11). Bagi seorang Muslim, pengetahuan bukan merupakan tindakan atau pikiran yang terpencil dan abstrak, melainkan merupakan bagian yang paling dasara dari kemaujudan dan pandangan dunianya. Dalam batas-batasnya, ilmu berlaku sebagai garis petunjuk bagi operasionalis tindakan dan kebajikan . dengan menganut pandangan dunianya sendiri, umat islam memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, yaitu membangun dasar ilmunya sendiri, system pengetahuan pribumi yang organic, dan satu tanggung jawab moral terhadap umat islam dan alam untuk menjamin, bahwa keduanya berada pada kondisi kesejahteraan material atau spiritual yang terbaik. Dari segi  paradigm Barat, bahwa antara agama dan ilmu tidak bisa bertemu. Dari segi metode, ilmu diperoleh dari jalan inderawi dan pembuktian yang berdasarkan eksperimentasi, sementara agama diperoleh oleh keyakinan atau eahyu yang dibawa rosul. Ilmu secara asasi bertujuan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia adalah tidak bisa dipungkiri. Di sini antara ilmu dan agama tidak bisa dipisahkan karena tujuan agama adalah untuk mensejahterakan manusia di dunia maupun di akhirat dan ilmu pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kehidupan yang layak, sejahtera dan mulia bagi manusia.

Dalam pemikiran kefilsafatan, islam juga memiliki kerangka pemikiran tersendiri meski diakui bahwa umat isla berhutang budi kepada para pemikir Yunani. Dalam perspektif islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran uyang rasional.

Pembahasan dalam buku ini bertitik tolak dari asumsi, bahwa islam memiliki teori ilmu pengetahuan yang berarti bagi perkembangan ilmu penegtahuan itu sendiri maupun teknologi dewasa. Atas dasar inilah, pembahasan ini mengungkapkan teori ilmu pengetahuan dalam dalam perspektif islam, yang pembahsannya mencakup teori dan konsep, kedudukan dan fungsi, strategi pengembangannya dan tanggung jawab imuwan muslim terhadap ilmu dan teknologi.

SEKILAS TENTANG FILSAFAT ILMU

a. Tradisi Keilmuwan di Barat

Zaman Yunani Kuno berlangsung kira-kira dari abad ke 6 S.M. hingga tahun 200 SM. Zaman ini dianggap sebagai cikal bakal filsafat yang ada sekarang. Pada zaman ini mite-mite tidak dapat lagi menjawab dan memecahkan problem-problem kosmologis. Pada tahap ini bangsa Yunani mulai berpikir tentang berbagai fenomena alam yang begitu beragam. Contohnya adalah mengenai persepsi orang-orang Yunani terhadap pelangi, yang menganggap pelangi sebagai dewi yang bertugas sebagai pesuruh bagi dewa-dewa lain. Pada zaman ini telah melahirkan pakar-pakar filsafat yang berjasa besar dalam perkembangan imu pengetahua.

Demikian kemajuan berpikir manusia dari kurun ke kurun mengalami perkembangannya, mulai abad 18 hingga abad ke 19 dan abad ke 20, mulai dari J.C Fichte hingga Gabriel Marcel, sampai sekarang ini.

b. Filsafat imu dan Perkembangannya.

Filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional dan logis, mendalam dan bebas untuk memperoleh kebenaran. Ilmu adalah bagian dari pemgetahuan, demikian pula seni dan agama. Filsafat ilmu sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat pengetahuan adalah merupakan cabang filsafat ilmu yang objek sasarannya dalah ilmu, atau ilmu tentang ilmu.

c. Objek Kajian Filsafat ilmu

Ontologi, komponennya adalah : ontology ( mengenai pertanyaan apa ), epistemology ( menjelaskan pertanyaan bagaimana), Aksiologi ( menjelaskan pertanyaan untuk apa ). Dalam memberikan jawaban masalah lahit empat aliran filsafat : monisme, dualisme, idealisme, dan agnotisme

Epistemologi,  adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal --muasal, metode-metode dan sahnya ilmu penegtahuan

Aksiologi, adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

FILSAFAT ILMU DALAM ISLAM

Dalam merespon sains modern, ilmwuan muslim memiliki perspektif yang berbeda-beda : Kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat universal dan netral dan semua sians tersebut dapat diketemukan dalam Al-Qur'an. kelompok ini disebut dengan kelompok Bucaillian.

Kelompok yang berusaha untuk memunculkan persemakmuran sains di negara-negara Islam, karena kelompok ini berpendapat bahwa ketika sains berada dalam masyarakat Islam, maka fngsinya akan termodifikasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita Islam (lihat Sardar, 1988: 167-171).

Kelompok yang ingin membangun paradigma baru (epistemology) Islam, yaitu paradigma pengetahuan dan paradigm perilaku.Upaya pencarian ilmu pengetahuan dalam Islam atau konsep Islam tentang ilmu itu memang bukan hal baru, melainkan sudah dilakukan oleh ulama-ulama sejak dahulu. Persoalan ini bermula dari perspektif mereka menegenai "apakah Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan atau hanya sebagai petunjuk agama saja?. Dari sisni lantas muncul dua kelompok . Kelompok pertama misalnya seperti yang dikatakan Al-Ghazali (lihat Ihya' Ulumuddin, jilid V:1).

Beliau mengatakan bahwa seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur'an adalah penjelasan esensi-esensi, sifat-sifat dan perbuatanNya. Al-Qur'an itu laksana lautan yang tak bertepi, dan jika sekranya lautan itu menjadi tinta untuk menjelaskan kata-kata Tuhanku, niscaya lautan itu akan habis sebelum kata-kata Tuhan itu berakhir (lihat Al-Ghazali, 11329 H:9, 32).

Sebagaimana dituturkan oleh Al-Qardhawi (1989:35), bahwa menurut Islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut Islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu menurut pandanagan Barat modern yang ekperimental saja, tetapi ia meliputi :

Aspek metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkapkan apa yang disebut dengan realitas agung (haqaig al-qubra) yang menjawab pertanyaan abadi darimana, kemana dan bagaiman. Dengan menjawab pertanyaan tersebut manusia tahu landasan berpijaknya dan mengerti pula akan Tuhannya.

Aspek humaniora dan studi-studi yang berkaitan dengannya yang meliputi pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungannya dengan dimensi ruang dan waktu, psikologi, sosiologi, ekonomi politik dan seterusnya.Aspek material yang bertebaran dijagat raya, atau ilmu yang dibangun berdasarkan observasi dan eksperimen, yaitu dengan uji coba di laboratorium. Dan ilmu inilah yang berkembang di Barat.

Seperti yang dijelaskan oleh Zubeir (dalam Fatimah ed., 1992:104-107), bahwa terdapat empat sumber pengetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tetapi pada hakikatnya merupakan satu kesatuan, yaitu : 1.) Pengetahuan Inderawi, 2.) Pengetahuan Naluri, 3.) Pengetahuan Rasio, 4.) Pengetahuan intuitif/imajinatif dan 5.) Pengetahuan Transenden/wahyu.

TRADISI KEILMUWAN ISLAM : REVITALISASI ILMU DAN TANGGUNGVJAWAB ILMUWAN MUSLIM

Menjelaskan bahwa ketika bangsa Arab menaklukan negeri-negeri di Asia Barat dan Timur Tengah, mereka tidak mengganggu urusan bahasa dan kebudayaan bangsa yang mereka taklukan.

Para ahli sejarah mengatakan bahwa kemunduran umat Islam itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

    1. Faktor Internal, yaitu semakin memudarnya ikatan tali persaudaraan umat Islam serta munculnya fanatisme terhadap golongan.

    2. Faktor Eksternal, yaitu kekalahan umat Islam dalam Perang Salib yang terjadi kurang lebih selama 2 abad, dan adanya serangan dari Tentara Mongol dengan komando Jengis Khan dan cucunya Hulagu Khan.Menurut Anees, umat Islam memiliki dua tanggung jawab terhadap dirinya yang meliputi :

      1. Membuat dan menghasilkan dasar ilmunya sendiri

      2. Tanggung jawab moral terhadap manusia yang lainnya dan alam agar berada pada   tingkat kesejahteraan material maupun spiritual.

                Ada 5 program kerja yang dirumuskan oleh Al- Faruqi :

       1. Penguasaan terhadap disiplin ilmu modern

       2. Penguasaan akan khazanah Islam

       3. Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern

       4. Pencarian sintesa antara Khazanah Islam dan Ilmu Modern

       5. Pengarahan aliran pemikiran Islam kepada pendekatan kepada Allah SWT.

Ilmu-ilmu ilmuwan barat sebenarnya masih bisa dipakai asalakan sejalan dengan Islam. Maka disinilah peran dari Ilmuan Muslim untuk meninjau kembali landasan falsafah filsuf barat dengan mengarahkan sesuai dengan konsep dan nilai-nilai Islam.

Hampir semua sejarawan sepakat bahwa umat islam memiliki peran besar dalam memberikan kontribusinya terhadap dunia barat/Eropa pada abad pertengahan, baik dalam bidang sosbud atau ilmu pengetahuan. Jika orang Yunani adalah bapak filsafat, maka orang muslim adalah bapak angkatnya (H.G Wells).

Islamisasi ilmu pengetahuan kini diperlukan, karenanya Al-faruqi merumuskan langkah-langkah dalam mengislamisasikan ilmu pengetahuan, yaitu : penguasaan disiplin ilmu modern, survei disiplin ilmu, penguasaan khazanah islam, penguasaan khazanah ilmiah islam tahap analisa, penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu, analisa kritis terhadap disiplin ilmu modern, analisis kritis terhadap khazanah islam, survei permasalahan yang dihadapi umat islam, survei masalah-masalah kemanusiaan secara umum, analisis dan sintesis kreatif, menyusun kembali disiplin ilmu modern kedalam kerangka islam, dan menyebarkan ilmu-ilmu yang telah diislamisasi.

Pada era modern dan globalisasi ini, kita perlu mengembangkan ilmu agama islam pada wilayah praksis, supaya ilmu-ilmu agama islam mampu memberikan kontribusi yang palimg berharga bagi kepentingan kemanusiaan sebagaimana yang telah dilakukan para ilmuwan-iluwan muslim pada zaman dahulu.

KESIMPULAN

Kesimpulan  yang dapat kia ambil dari buku ini adalah bahwa dalam perspektif islam, ilmu memiliki kedudukan sebagai bagian dari agama dan berfungsi sebagai petunjuk kepada kebenaran, untuk memperoleh kemuliaan di sisi Allah dan pembebas dari kebodohan dan kejahiliahan.Ilmu itu lebih dari sekedar unsur dari apa yang selama ini dipahami sebagai pengetahuan, tetapi ilmu mengandung komponen --komponen dari apa yang secara tradisional dideskripsikan sebagai hikmah. Buku yang telah say abaca ini menjelaskan teori ilmu pengetahuan dalam perpektif islam, yang mencakup teori dan konsep, kedudukan dan fungsi, strategi perkembangan dan tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap suatu ilmu dan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun