Mohon tunggu...
Nabil bilanur
Nabil bilanur Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Uin Malang ( PBA)

hidup sekali hiduplah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Menuju Pemikiran Filsafat"

18 Februari 2020   00:32 Diperbarui: 18 Februari 2020   00:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Menuju Pemikiran Filsafat

Penuli : Muhammad In'am Esha

Penerbit : UIN MALIKI PRESS

TahunTerbit : 2010

Tebal : 144 hlm.

Buku yang sudah saya baca ini adalah buku karangan Muhammad In'am Esha yang berjudul "menuju pemikiran tentang filsafat".  Buku  ini diciptakan untuk para mahasiswa yang akan mempelajari filsafat. Buku ini terdiri dari 7 bab di dalamnya yang membahas tentang filsafat.

BAB I

KUASA DAN HASRAT PENGETAHUAN

Kekuasaan adalah pengaruh yang diungkapkan dalam berbagai istilah sepeti power, influence, authority and rule. Kekuasaan didasarkan atas kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Dalam kenyataan social, manusia tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan kekuasaan. Manusia adalah makhluk yang senantiasa berkehendak untuk berkuasa. Manusia adalah khalifatullahi fii ardl yaitu sebagai wakil tuhan di atas bumi , sebagai wakil dari dzat yang memiliki kekuasaan, manusia telah dianugerahi kekuasaan untuk mengelola alam semesta. Kekuasaan adalah potensi hidup yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia untuk menciptakan kehidupan penuh kasih sayang bagi semua. Jargon rahmatan lil alamin adalah jargon kuat yang mendasari perjuangan untuk mewujudkan kekuasaan. Seorang ilmuwan barat modern memiliki pemikiran tentang kuasa adalah kuasa bukan milik melainkan fungsi, kuasa tidak dapat dilokalisasikan, kuasa tidak selalu melalui normalisasi dan regulasi dan kuasa tidak bersifat destruktif tetapi produktif. Manusia sebagai khalifah memiliki keistimewaan. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna karena dianugerahi kelebihan dan dibekali kemampuan yang disebut "fitrah". Manusia telah dibekali Allah SWT dengan beragam alat pengetahuan, yaitu:indera, akal, dan hati yang merupakan modal dasar yang penting bagi manusia dan memungkinkan untuk mendapat pengetahuan. Untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat ,kita harus berpikir dengan lurus (tepat) dengan syarat : alasan yang diajukan harus padat dan kuat, kenyataan yang dikemukan benar dan jalan yang dilewati tepat. Pengambilan keputusan tentang sesuatu merupakan akhir dari gerak pemikiran dan hasil pemikiran inilah yang disebut dengan pengetahuan. Dalam  al-qur'an dan Sunnah memberikan penjelasan tentang pentingnya pengetahuan harus dimiliki oleh manusia. Dalam hadist juga menyebutkan bahwa menuntut ilmu adalah sesuatu yang bersifat wajib dan kewajiban itu tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Dan di dalam al-qur'an menjelaskan bahwa orang yang berilmu itu memiliki derajat yang yang tinggi. Dan wahyu aaloh yag pertama kali muncul adalah wahyu yang memerintahkan untuk membaca, maka sudah jelas bahwa islam mendorong umatnya untuk menjadi makhluk yang berilmu. Dengan konteks islam, keinginan manusia untuk berkuasa sesuai dengan kemampuan manusia untuk berpengetahuan bukannya tanpa tujuan. Keinginan untuk tahu yang berada pada diri manusia adalah modal dasar yang sangat penting untuk mendapatkan pengetahuan. Dan manusia memiliki keinginan untuk berkuasa. Kedua keinginan ini disebut sebuah keniscayaan. Penguasaan manusia atas alam semesta berkat penegtahuannya harus diarahkan untuk tujuan-tujuan yang mulia yaitu dalam rangka mengabdi kepada-Nya dan mencapai keridhoan-Nya. Dalam ajaran agama islam kedudukan iman dan ilmu pengetahuan sangat penting, karena iman akan mengarahkan keinginan tahu manusia dan keinginan berkuasanya. Dalam konteks ini, kita mengenal tiga serangkai, yaitu : iman, ilmu dan amal. Untuk mencapai kebahagiaan hidup, maka seseorang harus memiliki pengetahuan tentang keutamaan- keutamaan sebelum kemudian diamalkan dalam praksis atau tindakan yang nyata. Kita menganggap bahwa kuasa ilahiyah sebagai amal , maka tentunya tidak dapat dilepaskan dari iman dan ilmu pengetahuan. Manusia sejati (insan kami) adalah manusia yang mampu menggabungkan iman, ilmu, dan kuasa ilahiyah yang ketiganya saling kait mengkait.

 BAB II

FILSAFAT DAN PEMENUHAN HASRAT PENGETAHUAN MANUSIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun