Fenomena perkembangan intelektual islam bagi para orientalis adalah sesuatu yang mengejutkan dan sekaligus menjadikan islam sebagai daya Tarik tersendiri dalam studi mereka. Keheranan ini akan tampak jelas ketika dibandingkan dengan fenomena yang ada dalam sejarah islam dengan apa yang terjadi dalam kekaisaran Kristen romawi. Kristen romawi yan telah berkuasa selama beberapa abad sebelum islam, dalam bidang inteletualnya belum berhasil untuk tidak mengatakan tidak berhasil menunjukkan akan tanda-tanda akan dominasi corak pemikiran mereka. Berbeda dengan islam, ketika mereka berhasil mengalahkan dan menguasai daerah-daerah luas yang pada saat itu banyak didominasi tradisi non-islami. Watt dalam hal momentum internasional islam mengajukan teori yang kita sebut " snow ball of jihad theory ". Selama berabad-abad suku arab nomadic terbiasa melakukan penyerangan terhadap suku lain,tujuannya adalah untuk merampas unta atau binatang ternak lainnya yang biasanya dilakukan dalam jumlah besar. Kecenderungan masayrakat arab yang suka berperang setelah kedatangan Muhammad memperoleh penguatan teologis dengan adanya terminology jihad. Banyak masyarakat arab yang berasal dari berbagai suku memeluk islam dan telah menjadikan islam sebagai sebuah atribut persekutuan di antara suku- suku lain.
Berdasarkan penjelasan di atas kiranya jelas bahwa jihad telah menjadi macam bola salju yang terus menggelindingkan kekuatannya ke wilayah yang luas. Semula yang hanya berasal dari dua titik kecil, mekah dan Madinah, lantas meluas ke daerah- daerah bekas jajahan adi kuasa saat itu, Byzantium dab Persia bahkan menyebrang ke daratan eropa. Momentum internasional islam seperti ini yang memungkinkan islam mengadakan interaksi budaya dan intelektual yang saat gilirannya membawa kemajuan dan pengayaan bagi peradaban islam.internasional islam memberikan nuansa yang berbeda dari apa yang dialami oleh adikuasa terdahulu, Kristen romawi, dimana tidak hanya dalam bidang intelektual dominasi islam. Watt memberikan beberapa analisis mengenai dengan fenomena ini. Menurutnya ada beberapa dimensi yang saling berkaitan yang berpengaruh terhadap fenomena ini, yaitu : dimensi sosio-psikologis, dimensi teologis, dimensi sosiologis. Dalam proses futuhat atau pembebasan daerah-daerah yang kemudian dikuasai islam melalui sebuah proses yang santunterhadap peradaban. Di samping itu, adanya toleransi dan keterbukaan orang-orang islam dalam melihat kaum agama lain, khususnya ahli kitab. Islam mengakui keberadaan ahli kitab bahkan " kafir dhilmi" wajib diindungi di kawasan islam tatkala mereka menyatakan tunduk dan patuh terhadap hukum islam meskipun mereka berpegang teguh dengan agama mereka. Hal ini merupakan interaksi intelektual yang posistif, karena mereka masih menunjukkan sikap-sikap penuh penghargaan dan pengertian  kepada bangsa dan budaya lainnya.
Antara ilmu, iman, amal sholeh, dalam konsep islam ada tiga hal yang utuh. Dan ilmu yang benar dalam islam adalah sebagai petunjuk keimanan dan keimanan membuahkan tindakan yang shalehsebagai bentuk implementasi ilmu dan iman. Perumpamaan ilmu yang tidak bermanfaat adalah seperti harta benda yang tidak diinfaqkan untuk kepentingan di jalan Allah SWT.
Setelah datangnya sumber ajaran berupa Al-qur'an dan Sunnah Nabi SAW berkembanglah keilmuwan dalam masyarakat arab khususnya umat muslim, yang meliputi berbagai bidang keilmuwan seperti sejarah, geografi, filsafat, hukum, teori politik, maupun kritik sejarah. Salah satu hal yang yang penting dan perlu dikedepankan terkait hubungan islam dengan aliran budaya asing, khusunya Hellenisme dan Kristen Hellenis adalah munculnya perkembangan tenteng masalah teologis. Pada abad ke-12 perkembangan intelektual islam telah melingkupi berbagai bidang keilmuwan seperti filsafat, astronomi, matematika, filologi, kedokteran, kimia, ilmu tanaman, geografi, sejarah, optik dan ilmu agama. Kemajuan ini tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat islam dan masyarakat Eropa. Bisa dikatakan jika hubungan islam dengan masyarakat Eropa di awali dengan sesuatu yang tidak mengenakkan bagi mereka. Tercatat selama terjadinya kontak dengan islam, banyak karya yang berkaitan dengan studi islam, seperti propugnaculum karya florentino ricildo da Monte Croce yang mengkaji bahasa dan agama Arab sekitar tahun 1290 di Baghdad, Thomas Erpenius yang mengkaji geologi abu Fida, Babad Persia karya Mirkhwad, Jacobus Golius mengarang kamus arab latin. Hal lain yang dijelaskan adalah kontribusi islam dalam kebangkitan intelektual Eropa. Terdapat beberapa dimensi karya yang perlu disebutkan : karya Sastra Persia, karya Matematika, karya Kedokteran dan karya-karya lainnya.
Perkembangan filsafat dalam islam diadopsi dalam beberapa hal dari pemikiran filsafat yang berkembang di Yunani. Akan tetapi, dengan begitu pemikiran filsafat dalam islam telah terpengaruhi oleh filsafat Yunani, para filosof Muslim mengambil sebagian besar pandangannya dari Aristoteles. Filsafat sebagai sebuah displin berkembang pada masa Bani Abassiyah yang dipengaruhi dari pemikiran Yunani. Meskipun perkembangannya dipengaruhi dari pemikiran Yunani dan Helenisme, bukan berarti filsafat islam sebagai pengulangan pemikiran filsafat sebelumnya, karena filsafat islam berasaskan al-quran dan Sunnah Rasullulah SAW, isu- su di dalamnya direspon dalam perspektif "nur islam", terdapat problem-problem khas yang merupakan karya orisinil para filsuf islam.
BAB IV
POHON FILSAFAT
Filsafat diiustrasikan seperti sebuah pohon, yang tentunya memiliki akar, batang, cabang, daun dan buah. Akar digunakan sebagai ilustrasi tentang asal mula filsafat atau hal-hak yang menjadi pangkal tolok orang berfilsafat. Terdapat empat hal yang merangsang manusia untuk berfisafat, yaitu: ketakjuban, ketiakpuasan, hasrat bertanya dan keraguan. Sedangkan,Batang sebagai sebuah gambaran untuk menjelaskan tentang pokok bahasan utama dalam filsafat yang di dalamnya kemudian melahirkan beragam sub pembahasan atau cabang pohon, berfilsafat pada hakikatnya adalah berpikir yang menjadi hal yang penting dalam filsafat. Berpikir beararti pengamatan yang dilakukan dengan sadar karena bergerak ke arah penilaian. dan cabang-cabang dan ranting yang menggambarkan sub-sub pembahasan pokok yang ada di dalam filsafat. Ada tiga inti cabang filsafat yaitu : metafisika, epistemologi dan aksiologi. Dan di dalam ranting itu ada pembahasan lagi, itulah daunnya. Sedangkan buah, menggambarkan tujuan akhir dari berfilsafat yaitu kebenaran dan manfaat praktisnya. Buah yang bersifat esensial-teoretis adalah tujuan yang hakiki dari manusia berfilsafat yaitu untuk menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. Sedangkan yang bersifat aksidental- praktis adalah : manfaat teoritis, normatif, kritis.
BAB V
MENGENAL METAFISIKA
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan yang ada sebagai sesuatu yang ada. Dan fungsi dari metafisika sendiri ada dua, yaitu : a. memahami hakikat realitas yang merupakan dasar yang paling umum untuk segala-galanya, b. dasar pengetahuan yang merupakan induk semua ilmu karena merupakan kunci untuk menjawab pertanyaan paling penting yang dihadapi manusia dalam kehidupan. Metafisika dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : metafisika umum (umum) dan khusus (spesifik). Terdapat tiga teori persoalan dalam metafisika, yaitu: idealisme, materialisme, dualisme. Pembhasab dalam metafisika dibatasi oleh dua hal tentang persoalan pokok metafisika, yaitu: terkait persoalan kuatitas yang memunculkan aliran monism, pluralism dan hierarkhi, sedangkan yang terkait dengan persoalan kualitas realitas memunculkan aliran idealisme, materialism dan dualisme.