Pada perayaan lebaran ini, setiap orang memiliki tradisi yang berbeda. Ada yang pulang ke kampung halamannya setelah merantau dari Jakarta, untuk menikmati lebaran bersama keluarga. Ada juga yang tidak pulang ke kampung halamannya karena tempat ia tinggal (Jakarta) merupakan kampung halamannya sendiri. Ya, mereka adalah orang Betawi.
Pada setiap momen lebaran, masyarakat Betawi memiliki tradisi yang kaya dan unik yang menjadi ciri khas mereka. Mulai dari persiapan menjelang hari raya hingga perayaan bersama keluarga dan tetangga, budaya Betawi menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang ingin merasakannya.
Salah satu tradisi yang sangat dihargai adalah persiapan masakan khas Betawi seperti pesor (ketupat khas Betawi), semur daging, opor ayam, sampai kue-kue kering khas Betawi seperti kue akar kelapa. Proses persiapan ini seringkali melibatkan seluruh anggota keluarga, menciptakan ikatan yang erat di antara mereka.
Â
Selama lebaran, suasana di kampung-kampung Betawi menjadi lebih hidup dengan adanya takbir keliling, di mana para pemuda dan warga setempat berkumpul untuk mengumandangkan takbir dan berjalan mengelilingi lingkungan mereka. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang untuk menyebarkan kebahagiaan, tetapi juga untuk mempererat hubungan antarwarga.
Â
Seperti yang terjadi di video yang dimuat oleh salah satu pengguna platform media sosial TikTok dengan username @isnaaf.rogi pada Rabu (12/4/2024). Isi videonya adalah orang Betawi yang merayakan lebaran dengan bersalam-salaman ke rumah tetangga sampai ke ujung gang.
Fauziah (21) yang bukan orang Betawi ingin sekali merasakan momen lebaran sehangat itu.
"Aku kan bukan orang Betawi, aku tinggal di daerah Kuningan, Jawa Barat. Lebaran kalo di tempat tinggal aku ya memang sama saling salam-salaman maaf-maafan, tapi ga sampe kaya yang di video bisa serame dan se seru itu keliatannya," ucapnya.
"Malah yang bikin kaget lagi di video yang lain ada yang bilang kalo emang orang Betawi lebarannya ga cukup sehari doang, bisa ada yang sampai 7 hari bahkan, sedangkan itu berbanding 180 derajat sama aku yang lebarannya cuma sampe jam 10 pagi, sisanya di rumah aja makan ketupat sayur," tambahnya.
Disamping itu, saya telah mendatangi daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, untuk memintai beberapa keterangan terkait tradisi yang biasanya dilakukan oleh orang Betawi ketika merayakan lebaran Idul Fitri ini dari tahun ke tahun.
Junaidi (52) merupakan salah satu orang Betawi asli yang tinggal di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Ia memiliki keluarga yang hampir semuanya adalah orang Betawi asli, mulai dari orang tua, istri, anak, kakak, adik, hingga keponakannya. Setiap tahun ia berkumpul bersama dengan keluarga besarnya untuk merayakan lebaran.
"Iya, saya setiap tahun dari kecil juga saya selalu ngerayain lebaran ya kaya begini, yang pertama tuh abis salat ied pasti sungkeman dulu sama keluarga sendiri, abis itu ke yang deket dulu tetangga di rumah, nah kalo orang Betawi tuh setiap rumah tetangga kita samperin buat salam-salaman, kalo ga ada salah apa-apa juga tetep aja maaf-maafan," ujarnya saat ditemui dikediamannya pada Rabu (10/04/2024).
Ia juga menerangkan, dikarenakan sebagian besar keluarga dan saudaranya tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya, ia selalu merayakan lebaran dengan berkeliling ke rumah keluarga dan saudaranya.
Â
"Terus kalo orang Betawi tuh ngerayain lebaran ga sehari dua hari, bisa aja sampai 5 hari. Karena kan keluarga kita tinggalnya ya masih sekitaran Jakarta, makanya kita keliling terus tuh dibagi-bagi harinya misalnya hari pertama kemana, hari kedua kemana, hari ketiga kemana, sampe hari kelima," katanya.
Â
"Tapi emang biasanya si hari pertama sama hari kedua mah di rumah orang tua aja, karena keluarga besar kumpulnya disitu, makan-makan sama bagi-bagi thr. Biasanya juga sebelum lebaran kita sempetin kumpul keluarga buat bikin kue akar kelapa waktu masih ada ibu saya, tapi semenjak ibu udah ga ada ya jadinya kegiatan itu diilangin, sayang banget sebenernya soalnya kegiatan itu buat keluarga jadi semakin erat," tambahnya.
Selain itu, Nurnaningsih (54) yang juga merupakan orang Betawi asli, ia merayakan lebaran ini hampir sama dengan Junaidi (52) dengan berkeliling ke rumah-rumah tetangga dan rumah keluarga serta saudaranya.
Â
"Iya saya juga sama kaya gitu-gitu aja setiap tahunnya, tapi kalo ibu-ibu mah selain berkunjung ke rumah-rumah tetangga dan keluarga buat saling maaf-maaf an, ada juga tradisinya sendiri kaya tuker rantang, itu tradisi saling bertuker rantang yang berisi masakan yang sudah dimasak masing-masing sama ibu-ibu," katanya.
Selain itu, ia juga berkunjung ke makam untuk mendoakan keluarganya yang telah tiada.
Â
"Terus paling sama nyekar ke makam, soalnya kan orang tua saya udah ga ada dua-duanya, biasanya abis keliling kita sempetin sebentar buat nyekar ngajak anak-anak sama suami," tambahnya.
Lalu, Nasir (71) yang merupakan 'sesepuh' di tempat Junaidi dan Nurnaningsih tinggal, mengonfirmasi tentang tradisi yang memang benar-benar terjadi ketika merayakan momen lebaran di tempat tinggalnya.
"Kalo orang Betawi ngerayain lebaran ya emang kaya gitu, ga jauh-jauh dah dari keliling-keliling sama tuker rantang. Yang bedanya juga kalo orang Betawi kan lebarannya ga cuma sehari dua hari, waktu itu sepengalaman saya pernah sampe seminggu full. Saya kan udah dari dulu tinggal disini, dari saya masih muda juga sampe sekarang udah tua tradisinya ga ada yang berubah, kaya gitu-gitu aja," ucapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H