Mohon tunggu...
Nabil Fikri Ferdiansyah
Nabil Fikri Ferdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa unair

mahasiswa baru universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tranformasi Sepak Bola Indonesia: Berawal Era Kegelapan Hingga Era Kebangkitan

6 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   15:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola merupakan olahraga yang sangat popular di Indonesia maupun dunia. Dengan jutaan penggemar yang menyukai, sepak bola memilki potensi untuk mengharumkan nama bangsa dikawasan Asia terutama di Asia Tenggara. Akan tetapi banyak petinggi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memilki konflik kepentingan yang menjadikan sepak bola Indonesia berada di era kegelapan. Kursi ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menjadi batu loncatan yang dimanfaatkan politisi sebagai kendaraan politik.

            Banyaknya ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tidak kompeten dalam bidangnya untuk mengurus sepak bola. Mengakibatkan sepak bola Indonesia mendapatkan masalah yang bertubi-tubi, beberapa kasus seperti mafia sepak bola, korupsi dan memimpin PSSI di balik penjara. Ketua umum PSSI (2003-2011) Nurdin Halid, sosok kontroversial saat menjabat ketum PSSI karena berapa kali memimpin PSSI dibalik jeruji besi terkait kasus korupsi.  Menurut Statuta FIFA, Nurdin halid melanggar aturan FIFA dikarenakan pernah menjadi pelaku kriminal. Joko Driyono (2019), belum genap sebulan ia menjabat sebagai ketum PSSI. Dirinya ditetapkan menjadi tersangka dengan kasus dugaan pengaturan skor yang diusut Satgas Anti-Mafia bola.

            Mochamad Iriawan (2019-2023), pria dengan sapaan iwa bule ini selama kepemimpinannya prestasi timnas mulai membaik. Akan tetapi prestasi timnas Indonesia tak terlepas dari kepintaran dan tangan dingin pelatih Shin Tae-yong, dengan memotong 1 generasi dan memulai dengan pemain muda menjadi titik balik kebangkitan timnas indonesia. Kubu PSSI justru mendewakan sosok iwan bule dengan membuat poster wajah ketum PSSI itu bukannya wajah pelatih Shin Tae-yong, dikritik habis-habisan oleh netizen dikarenakan tidak menghargai kerja keras pelatih. Dan puncaknya seluk buluk terbukanya ketidak becusan ketum-ketum mengurus sepak bola dengan adanya tragedi kanjuruan yang menewaskan 135 orang dan ratusan korban luka-luka. Dan menjadi perhatian internasional yang berakibat citra Indonesia yang buruk sampai mendapat ultimatum PBB tentang ham dan sanksi oleh FIFA. Presiden Jokowi memberikan ultimatum terhadap kepolisian dan PSSI, "Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan ketua umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya," ujar Jokowi.

            Atas kejadian itu Mochamad Iriawan atau yang biasa iwan bule memutuskan untuk mundur dari ketua umum PSSI. Itu menjadi titik balik PSSI, Presiden Jokowi dan Erick thohir yang saat itu masih menjabat Menteri BUMN ditugaskan meloby FIFA untuk menggganti sangsi berubah menjadi transformasi sepak bola Indonesia. Pertemuan Erick Thohir dan presiden FIFA Gianni Infantino menghasilkan hasil kesepakatan untuk mentransformasi sepak bola Indonesia. Akan tetapi menurut peraturan perundang-undangan FIFA menyebutkan pemerintah tidak boleh meninterversi sepak bola, dalam arti sepak bola tidak boleh ada unsur politik dan harus mengutamakan prinsip FIFA yaitu Fairplay.

            Pada 16 februari 2023 di kongres luar biasa PSSI, Erick Thohir memenangkan pemilihan ketua umum disinilah awal transparansi PSSI kepada pemerintah. Presiden Jokowi meminta kepada Erick Thohir untuk memulai tranformasi PSSI, dengan langkah awal PSSI membuat blueprint yang diserahkan kepada FIFA soal transformasi. Langkah awal pssi dengan cara bekerja sama dengan pemerintah yaitu Menteri PUPR tentang standarisasi stadion di Indonesia dan ditemukan 85%  stadion di Indonesia tidak layak pakai sesuai statuta FIFA. PSSI dan pemeritah bekerja sama memperbaiki sebagai langkah awal perubahan sepak bola Indonesia, dengan adanya kejadian kanjuruan, liga Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. PSSI dan PT lib sebagai pengelola liga Indonesia memulai pembenahan dengan cara meratifikasi semua stadion, Elite Pro Academy yang dengan ekonom, dan penggunakan VAR.

            Dengan adanya langkah bijak itu liga Indonesia mulai melakukan peningkatan, tidak hanya liga timnas Indonesia juga melakukan perubahan. Berawal di rekrutnya pelatih Shin Tae-Yong itu adalah langkah paling bijak yang dilakukan pada saat diketuai Iwan bule, pelatih STY mengambil langkah bijak dengan memotong 1 generasi. Dengan memainkannya pemain muda, STY mulai membangun pondasi timnas untuk masa depan. Pelatih memulai dari basic dengan mengajari Teknik dasar sepak bola, fisik pemain serta mental pemain. Akan tetapi ada banyak kendala bahkan sampai dikritik keras oleh pelatih timnas itu, "Kalian ini mengoper (bola) saja tidak bisa. Anak sekolah dasar saja bisa passing seperti ini. Kalian ini, kan, pemain timnas. Apa tidak malu dengan predikat ini?" teriak STY. Akan tetapi bukannya para pemain menyerah justru pemain makin semangat untuk membuktikan dirinya layak. Selain itu sty mempunyai ujian seperti virus Covid-19 dan tragedi kanjuruhan. STY dan PSSI yang diketuai oleh Erick Thohir memulai langkah baru yaitu memulai training center diluar negeri, dan melakukan terobosan dengan mencari pemain keturunan yang diperbolehkan oleh statuta FIFA. Dengan datangnya pemain diaspora menjadi kekuatan baru Indonesia, pembibitan pemain muda timnas mulai berkembang yang dipadukan oleh pemain diaspora. STY mulai mencari puzzle pemain diaspora yang mempunyai jam terbang dieropa, dimulai dari posisi bek yaitu Jordi Amat, Sandy Walsh, Rafael, dan Ivar Jenner. Timnas sukses memantai lawannya sampai melaju di 16 besar piala asia itulah sejarah yang baru bagi timnas yang menjadi perhatian dunia internasional, dan mencetak sejarah lagi dengan masuk ke round 3 kualifikasi piala dunia. PSSI terus menambah pemin diaspora untuk melawan tim langganan piala dunia seperti arab Saudi, jepang dan Australia. Tentu timnas harus mencari pemain diaspora grade a, Jay Idzes, Justin Hubner, Calvin Verdonk, Shayne Pattynama, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen.

            Meskipun sudah memberikan prestasi yang luar biasa, hadirnya pemain diaspora mucul juga problem yang terjadi di Timnas Indonesia membelah opini suporter dan masyarakat. Ada yang mendukung penuh, tapi ada pula yang mengkritik PSSI untuk lebih fokus pembinaan usia muda. Selain itu, akhir-akhir ini muncul isu paspor ganda para pemain keturunan. Hal ini menjadi perhatian karena Indonesia menganut sistem kewarganegaraan tunggal, sedangkan para pemain keturunan disebut tetap menyimpan paspor lamanya. PSSI pun turun tangan dengan memberikan penjelasan ke pemain. Federasi mendukung 100 persen para pemain keturunan untuk terus berjuang bersama Timnas Indonesia. Hal ini juga diperjelas Akmal selaku pengamat sepak bola, saat menjadi pembicara dalam paparan survei Indikator terkait dengan kinerja PSSI. Dalam survei itu Indikator menemukan sebanyak 54,5 persen responden tidak mempermasalahkan banyaknya jumlah pemain naturalisasi. Sementara 31,5 persen responden yang setuju naturalisasi kurang sependapat dengan terlalu banyak pemain naturalisasi. Dalam pasal 19 statuta FIFA menjelaskan syarat untuk melakukan naturalisasi adalah pemain lahir di negara bersangkutan, ayah atau ibu kandungnya lahir di negara terkait, kakek atau neneknya lahir di negara terkait, pemain telah tinggal di negara terkait selama 5 tahun saat usianya mencapai 18 tahun.

            Capaian paling membanggakan datang saat Timnas Indonesia mengalahkan timnas Arab Saudi dengan skor telak 2-0. Kemenangan bersejarah ini mengantarkan skuad Garuda ke posisi tiga klasemen Grup C dengan raihan enam poin, hanya terpaut satu angka dari Australia yang menempati posisi kedua atau batas akhir lolos langsung ke Piala Dunia 2026. Prestasi mengejutkan ini membuat jurnalis ternama Italia, Gianluca Di Marzio, memberikan ulasan khusus melalui situs pribadinya. Tak hanya itu, media-media di kawasan ASEAN pun turut menyoroti pencapaian Timnas Indonesia. "Media Italia dibuat terkejut dengan fenomena luar biasa yang sedang terjadi di sepakbola Indonesia" tulis Media Soha.vn, dikutip Sabtu (30/11/2024). "Berdasarkan analisis jurnalis olahraga Simone Pagliuca, perkembangan sepakbola Indonesia saat ini menunjukkan sebuah fenomena langka yang jarang ditemui di cabang olahraga manapun di dunia," ujar dia. Perjalanan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 masih akan berlanjut dengan empat pertandingan tersisa. Tantangan berat menanti skuad Garuda saat harus melakoni laga tandang ke markas Australia pada Maret 2025 mendatang dalam matchday ketujuh. Itulah momen transformasi timnas Indonesia yang berawal dari cacian sampai mendapat pujian dari dalam dan luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun