Mohon tunggu...
Nabila Zahra Nisa
Nabila Zahra Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student majoring in Education

I like to eat but I don't want to get fat. Love exploring nature and finding human stories in it. Shoot to share the other side of life.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Ilmu dan Kehidupan

1 Desember 2024   21:40 Diperbarui: 1 Desember 2024   21:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan di kota besar jauh berbeda dengan apa yang ia bayangkan. Nimo merasa seperti ikan yang dibawa ke dalam kolam yang sangat luas. Di sana, ia bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, belajar berbagai macam ilmu, dan mendalami bidang-bidang yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan. Dari ilmu agama, filsafat, IT, hingga ilmu pengetahuan modern, semuanya ia pelajari dengan antusias.

Namun, meskipun ia semakin banyak belajar, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya. Meski kota besar itu menawarkan berbagai kesempatan, Nimo merasa ada kekosongan dalam dirinya. Ia sering teringat akan orang tua dan kakek buyutnya, dan kalimat yang terakhir kali didengarnya: "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina". Nimo pun mulai merasa bahwa ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah, ilmu yang bisa bermanfaat bagi orang banyak, bukan hanya untuk kesenangan atau prestasi semata.

Suatu hari, saat ia sedang belajar di sebuah kafe kampus, seorang teman lama dari desanya datang mengunjunginya. Teman itu, bernama Ungki, duduk di depannya dengan senyum lebar. "Nimo, aku dengar kamu sudah pindah ke kota. Kenapa sih, kamu harus jauh-jauh pergi ke kota besar untuk mencari ilmu? Bukankah di desa kita juga banyak yang bisa kita pelajari?" tanyanya sambil menatap penuh rasa ingin tahu.

Nimo memandang temannya itu dengan tatapan serius. "Ungki, kata kakek buyutku ilmu itu tak terbatas. Jika aku hanya tinggal di desa, aku hanya akan mendapatkan ilmu yang terbatas. Terkadang kita harus pergi jauh, mencari ilmu dari tempat yang belum kita kenal, dari orang-orang yang memiliki pandangan berbeda. Dunia ini luas, Ungki. Dan aku yakin, ilmu itu ada di setiap sudutnya. Aku mencari ilmu untuk memahami dunia ini lebih dalam."

Ungki terdiam, merenungkan kata-kata Nimo. Nimo pun melanjutkan, "Kakek buyutku pernah mengatakan, 'Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.' Artinya, kita harus terus mencari ilmu tanpa henti, bahkan jika perjalanan itu jauh dan penuh rintangan. Tapi yang lebih penting lagi, ilmu itu bukan hanya tentang apa yang kita pelajari, tetapi tentang bagaimana ilmu itu mengubah kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan memberikan manfaat bagi orang lain."

Ungki mengangguk perlahan. "Aku paham, Nimo. Terkadang kita memang terlalu nyaman dengan apa yang ada di sekitar kita. Tapi sekarang aku mulai mengerti, ilmu itu tidak hanya tentang apa yang kita tahu, tetapi juga tentang bagaimana kita menggunakannya."

Hari demi hari, Nimo semakin merasa bahwa pencariannya akan ilmu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk lebih bermanfaat bagi orang lain. Ia memutuskan untuk belajar lebih dalam tentang agama, tidak hanya untuk dirinya, tetapi untuk bisa mengajarkan orang lain tentang kebijaksanaan hidup. Ia juga mulai mencari cara agar ilmu yang ia peroleh bisa diterapkan untuk memperbaiki kondisi yang ada di desanya, tempat ia berasal.

Di suatu kesempatan, Nimo diundang untuk memberikan ceramah di sebuah acara komunitas di kota. Ia berbicara tentang pentingnya menuntut ilmu dengan niat yang benar, yaitu untuk mencari ridha Allah. Ia menceritakan pengalaman hidupnya, bagaimana ia memulai perjalanan menuntut ilmu, dan bagaimana ia belajar untuk tidak hanya fokus pada dunia, tetapi juga pada akhirat.

"Aku pernah mendengar sebuah hadis yang meskipun dianggap lemah," kata Nimo di hadapan audiens, "tapi maknanya sangat kuat. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, ilmu itu tak mengenal batas. Dan jika kita menuntut ilmu dengan niat yang benar, ia akan membawa kita pada kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat."

Setelah ceramah itu, banyak orang yang mendekati Nimo dan mengucapkan terima kasih atas nasihatnya. Ia merasa bahwa perjuangannya selama ini untuk mencari ilmu, meski penuh tantangan dan rintangan, telah membawa manfaat yang luar biasa. Kini ia mengerti, bahwa ilmu bukanlah sekadar tentang apa yang kita pelajari, tetapi tentang bagaimana ilmu itu mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik, yang bisa memberi manfaat bagi orang lain.

Nimo pun kini menyadari, bahwa meskipun hadis tentang menuntut ilmu sampai ke negeri Cina itu lemah, semangat yang terkandung di dalamnya tetap hidup dalam dirinya. Ilmu itu harus dicari tanpa henti, di mana pun dan kapan pun, dengan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat bagi umat manusia. Dan meskipun ia tak harus sampai ke Cina, perjalanan menuntut ilmu yang ia jalani membawanya lebih dekat kepada tujuan hidup yang sejati: hidup yang penuh makna, penuh berkah, dan selalu mengingat tujuan akhir yang abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun