Mohon tunggu...
Nabila Zain Diyati
Nabila Zain Diyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPI Kampus Cibiru

Never discourage anyone who continually makes progress, no matter how slow.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merefleksikan Perjalanan Pendidikan Nasional

19 Desember 2022   17:21 Diperbarui: 19 Desember 2022   17:34 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan pendidikan bangsa Indonesia mengalami masa naik turun sejak zaman kolonial Belanda. Pada masa kolonial Belanda, sekolah-sekolah yang ada hanya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung dengan seperlunya. Itupun terbatas, hanya mendidik calon pegawai dan orang-orang pembantu di perusahaan mereka. Pendidikan yang diselenggarakan di masa kolonial Belanda merupakan pendidikan yang jauh dari pengaruh kebudayaan bangsa dan sangat mementingkan intelektualitas, materialis, dan komunis. 

Dengan sistem pendidikan yang seperti itu, maka lahirlah pemimpin-pemimpin bangsa yang jauh dari nilai-nilai nasionalis. Sebuah gebrakan dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara yang merupakan bapak pendidikan Indonesia. Beliau mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 yang merupakan gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan budaya bangsa. 

Pendidik yang mengajar di Taman Siswa mengajarkan materi pelajaran yang diintegrasikan dengan pendidikan kebangsaan dan budi pekerti. Pendidikan nasional diajarkan dengan berlandaskan pada garis-garis bangsa untuk meningkatkan derajat bangsa dan rakyatnya. Pendidikan budi pekerti diajarkan dengan berlandaskan pada nilai-nilai yang sesuai dengan ruh kebangsaan untuk menuju kedamaian jiwa dan kesucian batin. Dengan begitu, Taman Siswa diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang berjiwa nasionalis dan menghargai budayanya sendiri.

Pendidikan bangsa Indonesia pada awal abad 21 telah kehilangan ruhnya. Pendidikan bangsa mengalami carut-marut sehingga melahirkan generasi yang individualistis dan jauh dari nilai idealis. Dalam proses pembelajaran, peserta didik hanya sebagai objek pembelajaran, bukan sebagai subjek yang melakukan pembelajaran karena pembelajaran berpusat pada pendidik. Namun saat ini, gebrakan baru dilakukan oleh mendikbud untuk menanamkan kembali dasar-dasar pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. 

Adapun gebrakan yang dilakukan oleh mendikbud tersebut diantaranya adalah adanya konsep Profil Pelajar Pancasila, program Kampus Merdeka, dan Kurikulum Merdeka. Pendidikan saat ini pun telah berubah konsep menjadi pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik lebih banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga memperoleh pengalamannya secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan juga merupakan pembelajaran yang kontekstual. Artinya, pembelajaran dikaitkan dengan situasi yang dihadapi siswa di kehidupan nyata. Dengan begitu, pembelajaran akan lebih bermakna.

Dengan mempelajari Filosofi Pendidikan Indonesia, mengetahui secara lebih dalam dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, dan transformasi pendidikan bangsa membuat saya semakin sadar bahwa pendidikan itu merupakan proses humanisasi yang sangat penting dilakukan untuk melahirkan generasi bangsa yang merdeka pemikirannya dan tumbuh sesuai dengan nilai-nilai budaya. Untuk mencapai hal tersebut, saya sebagai calon pendidik pada jenjang SD ingin turut andil dalam memajukan pendidikan bangsa. Pendidik jenjang SD merupakan garda terdepan dalam membentuk karakter peserta didik dan mengembangkan pengetahuan serta segala potensinya. Saya ingin dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang aktif dan berpusat pada peserta didik serta memastikan kebutuhan setiap peserta didik terpenuhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun