Mohon tunggu...
nabilawardatulkhaurobellaa
nabilawardatulkhaurobellaa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, cita-cita pengen jadi orang yang cerdas dan bermanfaat

hallaaw! nabila ada sini kawann, seorang mahasiswi cantikk dan mungil dan penyuka tantangan dan juga suka jalan-jalan dan alam, selalu ikuti bacaanku yaa kawan semoga bermanfattt, have nice day

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meretas Perkembangan Remaja dengan Pembelajaran Holistik

6 Desember 2023   23:41 Diperbarui: 7 Desember 2023   00:13 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Remaja merupakan fase transisi penting dalam kehidupan seseorang. Pada periode ini, terjadi perkembangan holistik yang mencakup aspek kognitif, sosioemosional, dan pembelajaran. Memahami perubahan ini menjadi kunci dalam menciptakan model pembelajaran yang efektif dan mengatasi berbagai problematika belajar yang mungkin muncul.

Perkembangan Kognitif pada Remaja

Perkembangan kognitif remaja mencakup peningkatan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan memecahkan masalah, serta perkembangan kemampuan berfikir kritis. Remaja mulai mampu memahami konsep-konsep yang kompleks dan mengembangkan kemampuan berpikir hipotetis. Proses ini dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman belajar.
Penting bagi pendidik untuk merancang model pembelajaran yang menantang intelektual remaja, memberikan ruang bagi eksplorasi ide-ide baru, serta mendorong kreativitas dan berpikir inovatif. Metode pembelajaran yang melibatkan diskusi, penyelesaian masalah, dan proyek dapat merangsang perkembangan kognitif remaja.

Perkembangan Sosioemosional pada Remaja

Aspek sosioemosional remaja mencakup perkembangan identitas diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta regulasi emosi. Selama fase ini, remaja mencari identitas mereka sendiri dan mengalami perubahan dalam hubungan sosial, termasuk dengan teman sebaya dan keluarga. Pengaruh media sosial juga menjadi faktor signifikan dalam membentuk citra diri remaja.
Model pembelajaran harus mencakup dimensi sosioemosional, mempromosikan keterlibatan sosial positif, pengembangan keterampilan interpersonal, dan pemahaman akan nilai-nilai moral. Pembelajaran kolaboratif dan proyek bersama dapat membantu memperkuat keterampilan sosial dan membentuk kepribadian yang sehat.

Problematika Belajar pada Remaja

Remaja dapat menghadapi sejumlah problematika belajar, seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, tekanan akademik, atau kurangnya motivasi. Faktor-faktor ini dapat dipengaruhi oleh perkembangan hormon, tekanan sosial, atau ketidaksetaraan dalam lingkungan pendidikan.
Penting bagi pendidik dan orang tua untuk mengidentifikasi permasalahan ini secara dini dan memberikan dukungan yang tepat. Model pembelajaran yang fleksibel, memahami kebutuhan individual, dan memotivasi partisipasi aktif dapat membantu mengatasi problematika belajar ini.

Model Pembelajaran Yang Efektif Bagi Remaja 

Model pembelajaran yang efektif untuk remaja harus mencakup elemen-elemen beriku.  Yang Pertama, Relevansi Materi: Materi pembelajaran harus relevan dengan kehidupan sehari-hari remaja sehingga mereka dapat melihat kaitan antara apa yang dipelajari dengan pengalaman pribadi mereka, Yang Kedua, Keterlibatan Aktif: Pembelajaran harus melibatkan remaja secara aktif melalui diskusi, proyek, dan eksperimen. Hal ini dapat meningkatkan minat dan pemahaman mereka, Yang Ketiga, Keterbukaan dan Dukungan: Model pembelajaran harus menciptakan lingkungan yang keterbukaan, di mana remaja merasa nyaman untuk berbicara tentang ide, pertanyaan, dan tantangan yang mereka hadapi,  Yang Keempat, penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dapat membuatnya lebih menarik dan sesuai dengan gaya belajar remaja, yang umumnya terbiasa dengan teknologi.

Dengan memahami dan mengintegrasikan aspek-aspek perkembangan kognitif, sosioemosional, dan memperhatikan problematika belajar remaja, model pembelajaran dapat menjadi lebih adaptif dan mendukung pertumbuhan holistik mereka. Sehingga, remaja dapat menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri dan siap menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun