Penelitian menunjukkan bahwa anak ayng lahir secara operasi lebih banyak menderita asma.
Bagaimana pengobatannya?
Obat asma terbagi menjadi 2, yaitu obat pereda yang diberikan saat terjadi serangan asma dan obat pengendali yang bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan.
Terapi pereda contohnya adalah bronkodilator yang diberikan dalam bentuk inhaler maupun nebulisasi. Biasanya Dokter akan memberikan obat ini sebagai pegangan jika sewaktu-waktu anak mengalami serangan.
Terapi pengendali contohnya adalah kortikosteroid inhalasi yang juga diberikan dalam bentuk inhaler.
Anak anda mungkin diberikan pengobatan berupa nebulisasi, pil atau pun kombinasinya.Â
Asma dan COVID-19
Selama masa pandemi ini, diketahui bahwa terdapat penurunan  kunjungan ke ruang gawat darurat pada pasien dengan asma. Hal ini mungkin terjadi karena peningkatan hygiene selama masa pandemi dan penggunaan masker sehingga menurunkan infeksi virus yang merupakan salah 1 pencetus utama terjadinya serangan asma. Penelitian melaporkan bahwa asma tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya COVID-19 derajat berat. Selain itu, asma derajat berat juga tidak menjadi faktor penentu keparahan COVID-19. Meskipun begitu, kebanyakan penelitian ini dilakukan pada populasi dewasa dan diekstrapolasi pada populasi anak-anak. Dengan begitu, anak dengan asma diharapkan tetap melaksanakan 3T (testing, tracing, dan treatment) serta 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Selain itu, Global Initiative for Asthma (GINA) menyarankan pemberian vaksin COVID-19 pada pasien anak dengan asma dengan tetap memperhatikan kaidah pemberian vaksin yang berlaku di negara masing-masing. Sebaiknya berikan rentang waktu 2 minggu antara vaksin COVID-19 dengan vaksin lainnya.
Sumber:
1. Â Rahajoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.