Mohon tunggu...
Nabila Shobawa
Nabila Shobawa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Focus on the positives and be grateful

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diary Kencan Pertama

12 Januari 2021   19:44 Diperbarui: 12 Januari 2021   19:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Nabila

Drrrrttt....

Drrrrttt....

Drrrrttt....

Perasaanku terdengar getaran hp yang terus bergetar. "Hp kak Oni bergetar!" sahutku yang sedang menghadap komputer kepada teman sekamar.

"Bukan! Hp lu Mir yang bergetar."

Segera ku cari getaran hp tersebut. "Aneh!" tak biasanya Amal menelpon. 

"Halo?"

"Boleh saya ajak kamu jalan?" 

Pikirku Amal sudah kuanggap sebagai teman dekat alias best friend semenjak mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di salah satu desa. Meski dalam satu devisi kami jarang sekali mengobrol apalagi bercanda gurau. Dia tipikal orang yang kaku tapi tanggap dalam hal pertolongan. Sebut saja, pada saat dia mengantarkanku pulang dari kegiatan KKN dengan membawa barang bawaanku yang segunung. Entah apa maksudnya yang rela mengantarkanku pulang ke rumah.

Waktu menunjukkan pukul 18:45 ia sudah ada di bawah. Sebagai perempuan yang belum pernah di ajak jalan oleh lawan jenis tentu berbeda. Dari mulai memilih baju untuk di pakai pada saat bertemu, memadupadankan atasan dengan bawahan, tatanan riasan wajah juga tas dan sepatu apa yang akan di pakai semuanya lebih dari satu jam bagiku untuk keluar kamar dan siap berangkat. Maklum saja, kencan perdana soalnya, hehehe.

Diary kencan pertama membuat hatiku berdebar kencang pada saat berhadapan dengannya. Ia mengajakku ke sebuah restaurant Jepang. Sembari menikmati makanan kami berdua mengobrol dan mencari tau informasi seputar kehidupan pribadi masing-masing.Semua orang yang datang ke tempat ini berpasangan dan bergandengan. Aku sedikit melongo dan bertanya-tanya dalam hati. "Apa maksudnya Amal bawaku kemari?"

Hingga suatu ketika ia mengutarakan isi perasaannya kepadaku. Mulutku yang saat itu mengunyah langsung berhenti dan meletakkan sumpit di atas meja. Sembari melihat wajahnya aku tersenyum.

Baginya mungkin senyumku ini akan sesuai dengan ekspektasinya yaitu menerima perasaannya. Tapi, senyumku ini adalah tanda bahwa aku menolak perasaannya dengan cara yang baik dan halus. "Maaf.....,"

Amal sudah ku anggap sebagai best friend mana mungkin aku menjalin hubungan serius dengannya. Aku berprinsip jikalau aku dan amal menjalin hubungan dan suatu saat semesta tidak meridhoi tentu akan timbul rasa benci, lain halnya jika kita bersahabat hanya ada rasa kasih diantara kami. Toh, juga aku masih kuliah.

Entah ini kebetulan atau dengan sengaja cara Amal mencairkan suasana ia berkata kepadaku "Maaf, bedak kamu belum rata," Spontanitas ku jawab "Apa!" Dimana? Yang mana yang tidak rata? Melihat kepanikanku Amal tersenyum. Bagiku ini adalah momen yang patut di tulis dalam diary.

Demikianlah diary kencan pertama yang bisa ku bagikan. Selamat membaca...

Indramayu, 12 Januari 2021 |19:44

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun