Kala hati menjadi sebuah ironi dengan mudahnya para laki-laki menanam kasih tanpa tau apa itu sakit hati
Pergi tanpa alasan yang pasti tidakkah membuat hati terasa tercabik-cabikÂ
Lalu dengan mudahnya dia kembali dan mengisi hati tanpa ada kesadaran diri untuk tidak mengulangi
Lantas bagaimana aku harus bersikap? Menerimamya kembali meski hati terus tersakiti?Â
Tersakiti menjadikan diri frustasi hingga ingin menggangtung diri?
Atau cukup dengan mengabaikannya dan merancang sekaligus menata kembali hati?Â
Lantas bagaimana dengan perasaan yang masih sayang meski berkali-kali hati menjadi pelampiasan?Â
Pelampiasan yang diberikan membuat mata sekaligus pikiran buta akan indahnya cinta
Setidaknya hati ini pernah merasa kebahagiaan diperlakukan sebagai wanita seutuhnya meski hanya beberapa saat
Saat dia mendua dan mengumbarkan cintanya bukankah hati ini akan terasa panas perih?Â
Jikalau saja ku gondol ubi di perut sudahlah matang tanpa perlu di bakar. Apakah ini yang dinamakan repetisi hati?Â
Indramayu, 6 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H