Seperti biasanya setiap malam saya menelpon Arin meski hanya bertanya kabar. Untuk malam ini saya putuskan untuk melakulan komunikasi dengan chatting dikarenakan ada suara berisik di sekitaran komplek.
Arin yang baru saja sampai dari pusat perbelanjaan langsung membalas pesan saya.
"Maaf, aku baru datang dari tempat perbelanjaan," balas Arin
Saya hawatir jika Arin tak kunjung membalas pesan. Dengan beranikan diri, saya kirimkan potongan sebuah gambar.
Saat saya mengirim pesan kembali Arin tak langsung membaca. Saat itu saya mulai curiga jika Arin sedang membalas chat orang lain dan mengesampingkan chat saya.
"Ya sudah jika ada pesan yang lebih penting daripada pesan saya,"Â
"Barusan aku sedang membaca gambar yang telah dikirim," balas Arin.
Dengan kesal saya langsung menyudahi chat dengan Arin.
Malam harinya, aku berpikir jika diamati saya memang keterlaluan dengannya ia begitu jujur, sabar, perhatian namun aku selalu curiga padanya.Â
Pagi harinya saya chat lagi Arin "sayang," namun ia jawab begitu jutek. Setelah saya tanyakan alasannya kenapa ia menjawab jika semalam ia bersedih dan menangis apa yang dilakukannya selalu di curigai seolah sudah pudarnya dinding kepercayaan.
"Jika kamu memilihnya, aku iklas," itulah penutup chat malam itu.