Mohon tunggu...
Nabila Shobawa
Nabila Shobawa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Focus on the positives and be grateful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Salah Jika Aku Menunda?

7 Juni 2020   13:16 Diperbarui: 7 Juni 2020   13:17 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa salah jika aku menunda? 

Terlintas dalam benak "kapan saya seperti itu?"  ketika sepasang kekasih melintas di depan rumah mengendarai sepeda motor berboncengan.  Segera kulanjutkan untuk menyapu halaman akibat hujan disertai angin kencang membuat dedaunan berjatuhan.

Sebelum fajar menjelang segera kusiapkan seragam juga sepatu kerja. Maklum saja profesiku sebagai karayawati di salah satu perusahaan di kota Medan akibat adanya rotasi sebuah profesi. 

Sambil memanaskan kendaraan motor, kulihat facebook sekedar melihat informasi sekilas. Tampak terlihat foto laki-laki mengenakan kemeja kota-kotak berwarna merah. Dia adalah teman kuliahku dulu hanya saja berbeda jurusan. 

Tak ada yang berubah setelah perjalanan yang di tempuh selama 15 menit menuju kantor. Menghadap layar komputer dengan printilan kertas sebagai catatan deadline dengan ditemani boneka doraemon sebagai penyemangat, pengingat waktu sekaligus teman curhat dikala beban kerja terasa berat.

Saat jam makan siang tiba, rekan kerja memilih untuk mengajak keluar di salah satu Kafe dekat kantor. Memilih beberapa menu favorit masing-masing. Sedikit terkejut pada saat berjalan menuju tempat yang sudah di pesan seorang laki-laki berkacamata berpapasan. "Febri," ucapnya.

Seketika aku terdiam sembari membawa pesanan yang berisikan menu makanan yang telah di pesan. "Reno? " ucapku dengan sedikit tersipu. Salah satu rekan yang melihat perbincangan segera menyerukan untuk menempati tempat yang telah disediakan.

Laki-laki yang tadi pagi kulihat siang ini berada di sampingku. Ia tumbuh dengan baik hingga postur tubuhnya menjadi berisi. Berbeda sewaktu masih kuliah dulu badannya kurus juga dekil akibat terlalu maksimal dalam mendedikasikan diri di kegiatan kampus. 

Beberapa waktu kemudian Reno sering menanyakan kabar tentangku, bercerita tentang masa lalu sewaktu kuliah di kota metropolitan dengan berbagai macam kenangan hingga memutuskan untuk merantau ke kota Medan untuk membuka usaha pertambangan. 

Suatu hari Reno mengajakku makan malam di sebuah makanan cepat saji ala Jepang. Dengan rintikan hujan kuberhentikan taksi online dan bergegas hendak masuk ke dalam.  "Tunggu, Febri!" sahut Reno dengan membuka jendela mobil. 

Saat berjalan berdampingan bersamanya, ia menatap wajahku sembari berbincang. Reno yang sekarang memang sangat berubah,  hanya satu yang tak berubah ia adalah orang penyayang dan menghormati orang lain. Ia rela membagikan makanannya untuk orang lain. 

Sembari menikmati hidangan gurauan saling terlontar. Hingga akhirnya Reno mengatakan. "Febri, maukah kamu menjadi pendamping hidupku? " ucap Reno.  Kamu tak perlu menjawabnya langsung, cukup tentukan berapa hari waktu yang harus kutunggu? " lanjut Reno. 

Sumpit yang sedang kupegang seketika ku letakkan dan mengambil tisu untuk membersihkan bibir yang terkena  makanan. Di usiaku yang menginjak 27 tahun,  aku merasa belum bisa menjadi apa-apa. Kini pertanyaan besar kembali datang. 

Sudah lama tak berurusan dengan yang namanya perasaan. Bagiku tak ada cukup waktu memikirkan tentang sebuah perasaan. Dalam benakku hanyalah pekerjaan. Apapun yang menjadi hobi ku geluti hingga menjadi tambahan penghasilan. 

Dalam waktu sepekan kuputuskan untuk menghubungi Reno untuk bertemu di tempat biasa. Dengan wajah yang penuh harap,  Reno berkata, "Apapun jawabannya, akan aku terima dengan lapang dada, "

"Untuk saat ini,  aku masih belum ingin menikah," ucapku tertunduk dengan memegang secangkir teh. "Kenapa? " Sambung Reno. 

"Apa salah jika aku menunda?" Menunda untuk menikah. Aku merasa jika masih banyak target-target yang masih belum tercapai. "Jika itu inginmu,  kita bisa wujudkan target bersama, " ucap Reno dengan meyakinkan.

"Jika ku boleh tau,  target apa yang membuatmu ragu untuk menunda?

Ku katakan kepada Reno jika aku menghidupi ketiga adikku yang saat ini sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah, ketiganya membutuhkan biaya yang besar.  Selain itu, aku ingin membuka usaha agar kelak jika di masa pensiunku ada kegiatan untuk mengisi waktu. Aku ingin membeli logam mulia sebagai bekal tabungan yang jika suatu saat di butuhkan nilainya dapat kembali di jual, juga aku ingin berkunjung ke tanah suci menghadap Ka'bah dan beraujud disana mendengarkan azan di masjidil haram.

Karena itulah,  aku selalu menunda tiap kali ada orang yang mengatakan hal demikian. "Jika itu inginmu, jangan khawatir insyaAllah aku siap mengabulkam semua targetmu, "  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun