Mohon tunggu...
Nabila Shidqiyyah Gunawan
Nabila Shidqiyyah Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bermukim di Kota Menjamin Gizi Anak Terpenuhi?

8 Agustus 2022   12:28 Diperbarui: 8 Agustus 2022   12:47 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fase Golden Age atau masa emas merupakan fase yang di alami oleh anak-anak pada awal kehidupannya. Diketahui bahwa fase tersebut dimulai dai usia 0-5 tahun yang merupakan salah satu fase terpenting. Karena, dalam fase golden age pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang sangat pesat yang akan mempengaruhi masa depannya.

Menurut sebuah penelitian, bahwa 50% kecerdasan sebuah individu dewasa akan mulai terbentuk pada fase golden age atau tepatnya pada usia 4 tahun. Oleh karena itu, pada fase ini peran orang tua dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk penenuhan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan lainnya.

Diketahui pada fase tersebut juga terdapat beberapa permasalah gizi yang menjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak salah satunya adalah kondisi kekurangan gizi dan stunting. 

Stunting terkenal dengan istilah kerdil atau kondisi gagal tumbuh dimana tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak pada umumnya yang diakibatkan kekurangan nutrisi hebat terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya atau sejak dalam kandungan hingga anak usia 2 tahun. Meskipun diketahui bahwa pendek bisa terjadi karena keturunan tetapi kondisi anak yang pendek merupakan salah satu acuan bahwa anak mengalami kekurangan asupan gizi yang diterima pada saat bayi dan/atau pada saat anak masih didalam perut orang tuanya.

Salah satu daerah di Kota Bandung merupakan daerah perkotaan aktif yang terkenal dengan sentra penghasil sepatu kulit dan berbagai produk fashion berbahan dasar kulit lainnya. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah dengan mobilitas penduduk yang padat di Kota Bandung. Oleh karena itu, sebagian dari populasi penduduknya merupakan anak usia dini baik bayi, balita, maupun anak-anak yang sedang dalam fase golden age sehingga anak-anak tersebut memiliki resiko yang sama mengalami permasalahan gizi yaitu kekurangan gizi dan stunting.

Mahasiswi KKN Tematik Universitas Pendidikan Indonesia 2022 kelompok 49 Cibaduyut yaitu Nabila Shidqiyyah Gunawan bersama rekan-rekan tergerak untuk meminimalisir resiko tersebut. 

Program kerja KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik yang sedang dijalani memiliki tema besar yaitu "Kelurahan Tanpa Kelaparan" yang bersinggungan langsung dengan permasalah gizi anak yaitu kekurangan gizi dan stunting. 

Program kerja KKN Tematik tersebut dijalan selama kurang lebih 40 hari dengan rangkaian kegiatan yang sedemikian rupa dan memiliki beberapa program kerja utama seperti pendataan, sosialisasi, observasi, edukasi, pendampingan, dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan).

Program kerja pendataan dilakukan dengan dua cara yaitu pendataan secara langsung dari sumber yang mumpuni. Pendataan secara langsung dilakukan dengan menggunakan sampel anak-anak yang berdomisili di Kelurahan Cibaduyut sebanyak kurang lebih 55 anak dengan rentang usia 4-5 tahun. 

Bekerja sama dengan salah satu institusi sekolah yang berdomisili di Kelurahan Cibaduyut pendataan dilakukan dengan dua tahapan yaitu pengambilan data dan pengolahan data. Untuk menghasilkan data yang mumpuni sesuai dengan World Health Organization (WHO) Child Growth Standart, stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD dan pengolahan data dibantu dengan pendoman PERMENKES Nomor 2 Tahun 2020. 

Hasil pegolahan data menunjukan bahwa, tidak terdapat anak yang mengalami stunting tetapi, masih terdapat anak yang mengalami kekurangan gizi. Oleh karena itu, prevalensi kekurangan gizi mencapai angka 18% atau terdapat 10 anak dari 55 sampel anak yang mengalami kekurangan gizi. Hal tersebut dapat dipicu karena beberapa faktor dan setelah diselidiki salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah kelahiran premature.

Oleh karena itu, program kerja lainnya seperti sosialisasi, observasi, edukasi, pendampingan, dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dilakukan untuk meminimalisir kenaikan angka kekurangan gizi dan stunting tersebut. 

Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara seperti sosialisasi dengan sistem luring atau mengadakan webinar dengan judul "Optimalisasi asupan gizi yang baik guna mengatasi masalah kelaparan" yang dihadiri oleh kurang lebih 70 orang dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang memiliki balita, dan masyarakat umum yang dilaksanakan pada 19 Juli 2022 melalui platform zoom meeting dengan berbagai bahasan seperti Prevalensi kekurangan gizi, stunting, dan anemia, Prevalensi kekurangan vitamin dan mineral, empat tanda bayi cukup asi, penanggulangan balita stunting, dan Porsi Kalori dari bahan pangan non pokok.

Program kerja selanjutnya yaitu mengadakan sosialisasi, edukasi, dan pendampingan secara langsung yang dilakukan dengan mengadakan mini seminar terkait "Kelurahan Tanpa Kelaparan" dengan judul "Bagaimana Optimalisasi Asupan Gizi yang Baik guna Meningkatkan Gizi Masyarakat Kelurahan Cibaduyut" yang dilaksanakan dengan koordinasi dan bekerja sama dengan salah satu instansi sekolah anak usia dini yang berdomisili di Kelurahan Cibaduyut. 

Mini seminar tersebut dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2022 yang dihadiri oleh kurang lebih 60 orang dengan sasaran ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu yang memiliki anak usia dini. 

Selain mengadakan mini seminar terdapat kerja sama lain dengan instansi sekolah anak usia dini tersebut yaitu membantu dan koordinasi terkait buku referensi tumbuh kembang anak usia dini (DDTK kegiatan/pemeriksaan yang memiliki tujuan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak usia dini/pra sekolah).

Selain itu, sosialisasi yang dilakukan secara luring juga dilakukan dengan mengadakan observasi, dan edukasi di kegiatan Posyandu. Program kerja tersebut dilaksanakan secara langsung dengan berbagai media bantu seperti poster dan leaflet yang dibagikan mengenai pengenalan stunting dan cara pencegahannya. 

Kegiatan tersebut sejalan dengan BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) dan pemberian Vitamin A. Posyandu yang menjadi sasaran berjumlah tiga Posyandu yaitu Posyandu RW 01, RW 02, dan RW 03 Kelurahan Cibaduyut yang dihadiri oleh kurang lebih 260 anak usia dini dan 6 ibu hamil. 

Pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan kerja sama antara kader PKK, Puskesmas Cibaduyut Kidul, dan kami sebagai pendamping. Pendampingan secara langsung juga dilakukan pada saat kegiatan pendataan tumbuh kembang anak usia dini dengan harapan dapat meminimalisir angka prevalensi kekurangan gizi dan stunting serta sebagai upaya memaksimalkan kegiatan tersebut dilakukan juga PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa MPASI (Makanan Pendamping Asi).

Oleh karena itu, berbagai kegiatan dalam program kerja tersebut harapannya dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya masyarakat Cibaduyut yang memiliki anak usia dini mengenai bagaimana mencegah kekurangan gizi dan stunting serta pemberian makanan tambahan yang bergizi atau MPASI (Makanan Pendamping Asi) pada saat fase golden age sehingga dapat meminimalisir angka prevalensi kekurangan gizi dan stunting di Indonesia khusunya di Kelurahan Cibaduyut.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun