Mohon tunggu...
Nabila Sansabila
Nabila Sansabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi S1

Mahasiswi S1 Fakultas Psikologi Uin Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Punya Anak Disleksia? Begini Cara Mengontorol agar Mental Mama Tetap Sehat

25 Desember 2023   16:52 Diperbarui: 25 Desember 2023   16:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki anak yang berkebutuhan khusus memang menjadi tantangan tersendiri untuk orang tua. Apalagi bagi seorang ibu yang telah lama mengandung tiba-tiba mendapatkan kabar bahwa anaknya didiagnosis berkebutuhan khusus oleh professional atau dokter, kabar ini membutuhkan waktu yang lama untuk menerimanya dan harus mendapatkan dukungan juga dari orang terdekat seperti suami atau keluarganya.

Menurut Friend (2011) dalam (Nurul Khasanah & Amalia Adhandayani, 2022) biasanya reaksi orangtua ada yang menyalahkan pihak sekolah atau orang tua lainnya memiliki keyakinan bahwa mereka gagal untuk mencegah disabilitas yang terjadi pada anak. Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan kesulitan belajar spesifik. Berbeda dengan orang tua yang memiliki anak dengan disabilitas sensori, fisik, atau kognitif yang dapat diketahui setelah anak dilahirkan, orang tua dengan anak kesulitan belajar belum menyadari kesulitan anaknya hingga anak-anak memasuki sekolah sehingga mengalami frustrasi dan gagal dalam tugas-tugas akademik.

Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu?

Memiliki anak yang berkebutuhan khusus dapat menimbulkan emosi negatif atau stress. Namun, orang tua melakukan berbagai upaya yang dapat mengatasi anaknya yang berkebutuhan khusus seperti mencari cara penanganan yang tepat, berdoa, dan mengikuti pelatihan-pelatihan atau sharing section untuk orang tua. Upaya -upaya yang dilakukan oleh orang tua serta tantangan yang dihadapi oleh orang tua yung memilikin anak yang berkebutuhan khusus menjadikan mereka orang tua  yang tangguh. Upaya yang mereka lakukan disebut Resiliensi.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan, ancaman, kesulitan, dan peristiwa traumatis. Resilience merujuk pada tingginya komponen kepribadian positif yang dimiliki seseorang seperti self-esteem, personal control, dan optimis. Ketika orang memiliki resiliensi tinggi mereka menggap peristiwa negative bukan untuk menimbulkan stress melainkan untuk bangkit dari kesulitan dan untuk memulihkan kekuatan dan semangat. Biasanya resisiliensi juga bisa didapatkan dari dukungan social. Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan, kekasih, teman, profesional, keluarga, dan komunitas atau organisasi. Individu yang mendapatkan dukungan sosial berkeyakinan bahwa ia merasa dicintai, berharga, dan bagian dari jejaring sosial.

Jadi, yang harus kita lakukan ketika kita mempunyai anak yang berkebutuhan khusus apalagi untuk seorang ibu pasti sangat berat untuk menerimanya tapi kita juga harus selalu optimis dalam menghadapi tantangan dalam merawat dan membesarkan anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun