Namun menurut Sejarah teknologi komunikasi yang dikutip dalam Tirto.id menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi telah bergulir menjadi 3 zaman yakni prasejarah, Sejarah dan modern. Pada zaman prasejarah, manusia purba menggunakan dinding-dinding gua sebagai media untuk berkomunikasi. Mereka menggambarkan pengalaman berburu dan binatang buruan melalui lukisan-lukisan. Komunikasi mereka terbatas pada dengusan, bahasa isyarat, dan gerakan tangan. Di masa sejarah, teknologi komunikasi mengalami perkembangan yang signifikan. Proses menggambar di dinding gua masih berlangsung, tetapi evolusi berlanjut dengan penggunaan simbol seperti yang terlihat pada masa kehidupan Bangsa Sumeria sekitar tahun 3000 SM yang menggunakan huruf piktograf. Pada periode sekitar tahun 2900 SM, bangsa Mesir kuno mengembangkan huruf hieroglif. Selanjutnya, pada periode 1570-1045 SM, sistem menulis terus berkembang di masa dinasti Shang di Cina vPada sekitar tahun 500 SM, bangsa Mesir kuno menggunakan papyrus dari pohon sebagai media tulisan. Serat papyrus digunakan untuk mencatat berbagai informasi. Kemudian, Tsai Lun dari bangsa Cina menemukan kertas dari serat bambu dan mengembangkan sistem pencetakan dengan menggunakan blok kayu yang diukir dan dilumuri tinta. Pada era modern, kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan penyebaran informasi menjadi sangat luas. Di zaman ini, ditemukan berbagai teknologi seperti koran, telegraf, telepon, mesin ketik, radio, televisi, dan internet, yang secara signifikan mempermudah komunikasi dan memungkinkan penyampaian informasi dengan lebih cepat.
Sejarah Teknologi Komunikasi di Indonesia
Sejarah teknologi komunikasi di Indonesia dimulai dengan penemuan telegraf pada tahun 1856. Pada tahun 1967, Indonesia meluncurkan satelit Palapa yang mungkinkah komunikasi antara pulau menjadi lebih mudah. menurut Saroji, Harmini, and Taqiyuddin (2021) teknologi seluler mulai masuk dan digunakan pada tahun 1984 dan teknologi seluler yang pertama kali di Indonesia adalah berbasis NMT (Nordic Mobile Telephone). Pada tahun 1985-1992 mulai beredar di Indonesia yakni seluler ponsel yang mana pada masa itu ukuran fisiknya lebih besar dan lebih berat dibandingkan ponsel yang sekarang yang mencapai ½ kg. menurut. Pada akhir tahun 1993 PT. Telkom memulai proyek seluler global system for mobile yang dikenal dengan GSM. Pada tahun 1994 PT. Satelite Palapa Indonesia beroperasi sebagai operator GSM pertama di Indonesia. Tahun 1995 proyek Telkom yang dipulau batam berhasil maka dilanjutkan pada provinsi-provinsi seperti Sumatera dan sekitarnya sebagai operator GSM nasional bersama Satelindo.
Pada tahun 1996 Telkomsel dengan kartu halo sukses dalam debutnya di kota kota besar seperti medan, Surabaya, Denpasar dan Jakarta. Kemudian pada tahun yang sama berdirinya PT. Excelcomindo Pratama (EXCELCOM) yang berbasis GSM di Jakarta yang di kenal dengan GSM XL saat ini. Pada tahun 2000 di perkenalkannya PT Indosat dan pada tahun 2003 muncul jaringan lain yang di beri nama CDMA (Code Division Multiple Access) yang didalamnya dikenal dengan Telkom flexi, esia, fren, dan masih banyak lagi.
Perkembangan Teknologi Komunikasi yang Membudaya
Everett M. Rogers dalam Marwantika menggambarkan empat media yang paling familiar, yang disebut Teknologi Komunikasi Baru. Media ini memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan diantaranya media tulisan, media cetak, media telekomunikasi, dan media komunikasi interaktif. Berdasarkan dampak yang muncul sebuah perkembangan ruang lingkup dampak sosial dari teknologi komunikasi mencakup semua aspek, mulai dari kecepatan adopsi inovasi, kegunaan teknologi, proses, hingga dampaknya terhadap teknologi komunikasi dalam masyarakat.
Menurut Harold Lasswell yang menjadi pelopor komunikasi massa dalam Palupi, Irhamdhika, and Medianti (2023)
"Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya efek komunikasi massa dapat bervariasi, namun bentuk efeknya bisa berupa tiga hal: efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan), dan perilaku (perubahan pada perilaku). Dalam perkembangan komunikasi kontemporer saat ini, proses pengaruh yang menghasilkan efek kognitif, afektif, dan perilaku tidak dapat berdiri sendiri. Pesan tidak langsung mengenai individu, melainkan "disaring", dipikirkan, dan dipertimbangkan apakah individu tersebut mau menerima pesan-pesan media massa atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H