Mohon tunggu...
Nabila Rizkia
Nabila Rizkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang mahasiswi yang bersemangat dan penuh dedikasi dalam mengejar ilmu di bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih impian. oleh karena itu visi saya adalah menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat, dan saya berusaha untuk mencapai hal itu melalui perjalanan pendidikan saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Rasanya Ditindas?

14 Juni 2024   07:30 Diperbarui: 14 Juni 2024   07:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Tanpa disadari, saat ini banyak orang menormalisasikan penindasan dengan berlindung di balik kata "bercanda". Fenomena ini seringkali mengaburkan batas antara humor dan penghinaan terhadap seseorang, sehingga tindakan merendahkan atau menyakitkan dianggap lumrah. Hal ini tidak hanya merugikan korban, tetapi juga menciptakan budaya di mana perilaku tidak hormat dan tidak empati diterima sebagai hal yang biasa.

            Indonesia berada di urutan kelima sebagai negara dengan tingkat penindasan tertinggi di dunia. Miris bukan? Lingkungan sosial yang kita anggap aman ini, mungkin tidak bagi sebagian orang yang merasakan penindasan. Sekolah, tempat kerja, bahkan keluarga dapat menjadi sumber dimana penindasan terjadi. Ironisnya, tempat-tempat yang seharusnya menjadi sumber dukungan dan kenyamanan justru menjadi sumber tekanan dan penderitaan bagi sebagian orang.

            Sebuah contoh yang baru-baru ini menghebohkan dunia maya adalah video TikTok unggahn @lobinbrunette yang memperlihatkan sekelompok wanita di bioskop. Mereka mentertawakan seorang ibu yang tampak mondar-mandir di depan poster film Kingdom of The Planet of The Apes, sambil mengejek ibu tersebut dengan menulis caption "Curiga beneran dari planet of the apes (monyet)". Bagi mereka hal tersebut hanya sekedar lelucon belaka, tapi apa yang di rasakan oleh ibu tersebut? Kita tidak tahu, jika kita tidak berada di posisinya.

Perilaku semacam ini, yang mungkin dimaksudkan sebagai candaan, sebenarnya mencerminkan kurangnya empati terhadap sesama. Hal ini juga tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, salah satunya humanistik. Ungkapan yang mengaitkan ibu tersebut dengan "planet of the apes (monyet)" dianggap tidak hanya tidak sopan tetapi juga dehumanisasi, yang dapat melukai emosionalnya.

Pancasila mengajarkan pentingnya menghargai keberagaman dan memperlakukan setiap individu dengan penuh empati dan rasa hormat. Melakukan tindakan yang merendahkan atau menyakiti orang lain berarti melanggar prinsip-prinsip ini, hal ini dapat membahayakan fondasi moral dan sosial masyarakat kita. Sebagai warga negara yang berpedoman pada Pancasila, penting bagi kita untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari. Kita harus memastikan bahwa tindakan kita selaras dengan nila-nilai keadilan, kesetaraan, dan persatuan yang tercermin dalam Pancasila.

            Kejadian ini menjadi pengingat kita dalam bertindak, yang kita anggap sepele, dapat memiliki dampak besar pada orang lain. Sebuah candaan seharusnya tidak merendahkan atau menyakiti siapapun. Terkadang, kita tidak tahu bagaimana rasanya menjadi bahan candaan berkedok penindasan. Penting bagi kita untuk selalu berpikir dua kali sebelum berbicara atau bertindak. Dengan saling menghargai dan memperlakukan setiap individu dengan martabat yang layak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun