Mohon tunggu...
Nabila Rizkia Putri
Nabila Rizkia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biologi FMIPA UI

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Spesies Laut Dalam, Babi Laut: Apakah Menyerupai Babi di Daratan?

29 Desember 2021   23:12 Diperbarui: 29 Desember 2021   23:57 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Morfologi babi laut (S. globosa). 2 : tampak lateral; 3 : tampak dorsal; 4 : spikula bentuk C; 8 : tampak ventral | Agatep 2013

Scotoplanes globosa yang dikenal dengan sebutan babi laut merupakan salah satu biota yang hidup di dasar perairan laut dalam. Sebutan babi laut bagi S. globosa tidak menandakan bahwa spesies tersebut sama dengan babi yang sesungguhnya terdapat di daratan. Hal tersebut dikarenakan S. globosa atau babi laut bukan merupakan hewan bertulang belakang dan sebenarnya termasuk dalam Filum Echinodermata, lebih tepatnya termasuk dalam jenis teripang. Secara taksonomi, klasifikasi babi laut (S. globosa) adalah sebagai berikut:

Kingdom         : Animalia

Filum                : Echinodermata

Kelas                 : Holothuroidea

Ordo                  : Elasipodida

Famili               : Elpidiidae

Genus               : Scotoplanes

Spesies             : Scotoplanes globosa

Pemberian sebutan babi laut bagi S. globosa merujuk pada morfologi tubuhnya, yakni memiliki bentuk tubuh yang bulat lonjong (gemuk), bergelatin, dan berwarna merah muda transparan dengan kulit yang lembut dan tipis. Babi laut memiliki panjang tubuh pada kisaran 17—100 mm dan lebar pada kisaran 5—35 mm. Babi laut memiliki spikula dengan bentuk C yang tersebar di seluruh tubuh dan bentuk batang lurus atau sedikit melengkung yang terdapat di sisi dorsal dan ventral, serta ujung kaki tabung dan tentakel. Posisi mulut babi laut berada di bagian terminal atau terletak di depan (anterior) dan anus babi laut berada pada bagian subventral. Permukaan dorsal (punggung) babi laut berbentuk cembung dan terdapat tiga pasang papila yang terletak di anterior dan posterior dengan bentuk yang panjang dan ramping seperti cambuk, serta di lateral atau tepat di belakang posterior dengan bentuk yang lebih pendek. Struktur papila yang seperti cambuk berperan sebagai sensor bagi babi laut untuk menemukan makanan di laut dalam.

Babi laut memiliki kaki tabung di setiap sisi permukaan ventral (permukaan bawah atau sisi perut) dengan jumlah yang bervariasi, yakni 3—7 kaki tabung di satu sisi dan 6—8 kaki tabung di sisi yang lain. Kaki tabung tersebut berukuran besar dan simetris bilateral, serta berperan sebagai kaki jalan. Kaki jalan tersebut dioperasikan secara hidraulis, yakni dengan mengubah kadar cairan yang mengisi kaki tabung sehingga dapat digembungkan dan dikempiskan untuk bergerak di dasar laut dalam. Babi laut juga memiliki sepuluh tentakel bukal yang mengelilingi mulutnya dan digunakan untuk mengumpulkan partikel-partikel di sedimen untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulut.

Morfologi babi laut (S. globosa). 2 : tampak lateral; 3 : tampak dorsal; 4 : spikula bentuk C; 8 : tampak ventral | Agatep 2013
Morfologi babi laut (S. globosa). 2 : tampak lateral; 3 : tampak dorsal; 4 : spikula bentuk C; 8 : tampak ventral | Agatep 2013

Keberadaan babi laut tersebar hampir di seluruh lautan, terutama di Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan beberapa spesies ditemukan juga di Antartika. Pada beberapa lautan komposisi babi laut menyusun lebih dari 95% dari total biomassa di dasar laut dalam. Meskipun keberadaannya melimpah, babi laut tidak dapat dilihat dan dijangkau dengan mudah oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan babi laut hidup pada habitat lumpur laut dalam dengan kisaran kedalaman 3300—19500 feet atau sekitar 1000—6000 meter, yaitu pada zona abyssopelagic. Kondisi perairan pada zona abyssopelagic tersebut, yakni sudah tidak terdapat lagi sinar matahari, memiliki suhu yang sangat rendah, ketersediaan oksigen rendah, serta memiliki tekanan air yang sangat besar. Karena kondisi tersebut, hanya terdapat beberapa jenis biota laut yang mampu hidup di zona abyssopelagic.

Babi laut (S. globosa) merupakan hewan deposit feeders yaitu hewan yang akan menelan partikel-partikel organik dalam sedimen atau bahkan menelan butiran sedimen itu sendiri dan menghilangkan nutrisi dalam bentuk detritus yang berasal dari butiran sedimen dan partikel-partikel pada sedimen tersebut melalui proses ekstraksi. Babi laut akan menjelajahi lumpur laut dalam untuk mencari partikel-partikel organik, seperti potongan atau bangkai hewan yang membusuk. Karena cara makannya tersebut, babi laut berperan dalam pembersihan ekosistem atau habitat dasar karena dapat mencegah terjadinya penumpukkan sisa-sisa bahan organik, bakteri, dan mikroalga yang terkandung dalam sedimen.

Babi laut menunjukkan perilaku menyukai makanan atau partikel-partikel organik yang baru tenggelam dari permukaan atau kolom air laut. Babi laut juga menunjukkan perilaku untuk berkumpul membentuk kelompok besar dengan jumlah mencapai ratusan individu, namun hanya pada tempat dengan ketersediaan sumber makanan yang melimpah. Contohnya adalah berkumpul pada bangkai hewan berukuran besar, seperti paus. Dalam perkumpulan tersebut, semua babi laut umumnya akan menghadap ke arah yang sama, yaitu mengarah sesuai dengan arah arus air sehingga dapat mendeteksi dan menangkap bangkai hewan yang membusuk atau detritus yang baru saja tenggelam ke dasar laut.

Babi laut mengerumuni bangkai paus yang tenggelam | mbari.org
Babi laut mengerumuni bangkai paus yang tenggelam | mbari.org

Pengetahuan mengenai siklus reproduksi dan siklus hidup babi laut sangat terbatas dan para ilmuwan masih berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Penelitian mengenai siklus reproduksi dan siklus hidup babi laut juga tidak ditemukan, dapat dikarenakan habitat babi laut yang sangat dalam. Namun, berdasarkan pengamatan histologi babi laut oleh LaDouceur dkk. (2021), spesies babi laut sama dengan spesies holothurians lainnya, yaitu dioecious secara seksual dengan jenis kelamin terpisah pada tiap individu dan hanya memiliki satu gonad. Holothurians pada umumnya memiliki organ respirasi berupa respiratory trees untuk proses pertukaran gas, namun organ tersebut tidak teridentifikasi terdapat pada babi laut. Oleh karena itu, babi laut menggunakan kaki tabung besarnya untuk proses pertukaran gas.

Pada habitatnya, babi laut ternyata juga melakukan simbiosis dengan biota lain. Salah satunya adalah terjadinya simbiosis komensalisme antara babi laut (S. globosa) dengan kepiting juvenil dari spesies Neolithodes diomedeae. Kepiting juvenil N. diomedeae sangat rentan mengalami predasi selama periode inter-molting dan juga rentan mengalami kanibalisme oleh kepiting yang lebih besar. Karena hal tersebut, kepiting juvenil N. diomedeae akan berlindung di bawah babi laut sehingga terhindar dari risiko predasi atau pemangsaan. Selain simbiosis komensalisme, terdapat juga simbiosis parasitisme yang terjadi antara babi laut dengan siput kecil dari Genus Stilapex. Siput kecil tersebut akan membuat lubang di tubuh babi laut dan menghisap cairan babi laut secara internal.

Kepiting juvenil N. diomedeae menempel pada permukaan anterolateral babi laut | Barry dkk. 2016
Kepiting juvenil N. diomedeae menempel pada permukaan anterolateral babi laut | Barry dkk. 2016

Kepiting juvenil N. diomedeae menempel pada bagian bawah babi laut | Barry dkk. 2016
Kepiting juvenil N. diomedeae menempel pada bagian bawah babi laut | Barry dkk. 2016

Daftar Acuan :

Agatep, C. P. 2013. Some elasipodid holothurians of Antarctic and Subantarctic seas. Antarctic Research Series 11: 49—71.

Barry, J. P., J. R. Taylor, L. A. Kuhnz, & A. P. De Vogelaere. 2016. Symbiosis between the holothurian Scotoplanes sp. A and the lithodid crab Neolithodes diomedeae on a featureless bathyal sediment plain. Marine Ecology 38(2): 1—10.

Huffard, C. L., L. A. Kuhnz, L. Lemon, A. D. Sherman, & K. L. Smith. 2016. Demographic indicators of change in a deposit-feeding abyssal holothurian community (station M, 4000m). Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers 109: 27—39.

LaDouceur, E. E. B., L. A. Kuhnz, C. Biggs, A. Bitondo, M. Olhasso, K. L. Scott, & M. Murray. 2021. Histologic examination of a sea pig (Scotoplanes sp.) using bright field light microscopy. J. Mar. Sci. Eng. 9(848): 1—9.

Miguez-Salas, O., C. L. Huffard, K. L. Smith Jr., P. R. McGill, & F. J. Rodriguez-Tovar. 2020. Faunal assemblage changes, bioturbation and benthic storms at an abyssal station in the northeastern Pacific. Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers 160: 1—12.

Théel, H. 1879. Preliminary report on the Holothuridae of the exploring voyage of H.M.S. Challenger under professor Sir C. Wyville Thomson. Part I. Bih. K. Sven. Vetensk.-Akad. Handl. 5(19): 1—20.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun