Sejauh aku berjalan menyusuri setiap lembar kehidupan, berbagai hal baru telah aku lalui. Namun bukan berarti aku lebih kaya akan pengalaman dari pembaca semua.Â
Kisah percintaan, pertemanan, dan lainnya memberikanku banyak pelajaran bagaimana memandang dan menyikapi setiap persoalan.Â
Namun pelajaran yang kudapatkan bukan berasal dari cerita-cerita happy ending seperti cerita dalam dunia fantasi dan sinetron, melainkan dari duri-duri yang terpaksa harus kutelan.Â
Jika berbicara cinta, jika aku ditanya pernahkah aku jatuh cinta? Tentu. Aku pernah. Kisah cintaku tak pernah 'biasa saja'. Mulai dari menjadi objek yang 'dikejar' hingga khayalan yang menjadi kenyataan (mencintai dalam diam, yang kemudian endingnya cinta berbalas. Hehe.) Indah bukan? Hm...Â
Tapi tak hanya itu. Aku juga pernah dicintai seseorang yang bersembunyi di balik 'jubah kebesarannya'. Berdalih istikharah yang of course jawabannya aku. Di depan Ka'bah pula, ketika menunaikan ibadah umrah. Katanya~ Dan ternyata? Kalian tau endingnya apa?Â
Dia ijab qabul dengan yang lain, haha... Dan yang lebih parahnya lagi,, dia pernah memposting sebuah hadist tentang bahayanya menolak lamaran seseorang yang shalih dan baik agamanya.Â
It's okay kalau dia menulisnya untuk memberikan pelajaran kepada followernya. Tapi ini kan posisi dia sedang berusaha mendekati seorang perempuan untuk dipersuntingnya. Kira-kira, bagaimana menurut kalian??Â
Bukankah itu terkesan seolah dia menganggap dirinya shalih?? Bukankah sebaik-baik orang adalah yang menganggap dirinya buruk atau tidak lebih baik dari orang lain, dan seburuk-buruk orang adalah yang menganggap dirinya shalih dan lebih baik dari orang lain??Â
Yang kedua pun begitu. Istikharah,dan hasilnya aku juga. Akhirnya? Yaa dia gak berani berkomitmen dan malah ragu. Haha...Â
Maaf, bukan aku tidak percaya dengan hasil istikharah. Aku percaya. Sangat percaya. Tapi, aku tidak percaya dengan orang-orang yang mengatasnamakan hasil istikharah untuk menarik hati orang yang dia inginkan untuk menjadi pendampingnya!Â
Kukira aku cukup kecewa dengan mereka-mereka yang dalam tanda kutip terlihat alim dengan almamater kebanggaannya, seperti nasab, orang tuanya yang merupakan pemuka agama, atau pendidikan berlatar belakang agama, dan bahkan simbol yang ia kenakan (maaf) seperti janggut yang dipanjangkan.Â