Mohon tunggu...
nabila rania
nabila rania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Travelling, rajin, semangat

Selanjutnya

Tutup

Politik

All Eyes on Rafah

16 Juni 2024   21:12 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ALL EYES ON RAFAH

 Rafah, sebagai kota paling selatan di Gaza, berbatasan langsung dengan Mesir dan Israel. Kota ini terletak tepat di perbatasan antara Gaza dan Mesir, dengan populasi saat ini diperkirakan mencapai 1,5 juta orang Palestina, lima kali lipat lebih banyak daripada sebelum Gaza diserang oleh Israel. Luas wilayah Rafah mencapai sekitar 60 kilometer persegi, sebanding dengan Manhattan di New York atau Banda Aceh di Indonesia. 

Satu-satunya titik penyeberangan resmi antara Jalur Gaza dan Mesir terletak di Rafah. Selama bertahun-tahun, Rafah berperan sebagai titik penting dalam distribusi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sebelum konflik, ratusan truk melewati perlintasan ini setiap hari. Dulu, terdapat puluhan terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan barang-barang di bawah perbatasan, menghindari blokade Israel-Mesir yang membatasi aliran barang ke Gaza. Rafah menjadi pusat perdagangan dan aktivitas ekonomi yang signifikan.


Israel melakukan serangannya terhadap Rafah, yang merupakan tempat perlindungan terakhir bagi sekitar 1,5 juta warga Gaza. Operasi militer Israel baru-baru ini di Rafah, yang terletak di bagian selatan Jalur Gaza, telah menimbulkan perhatian dan keprihatinan internasional yang besar. 

Operasi ini dimulai pada awal Mei 2024 dan merupakan bagian dari strategi lebih luas Israel untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas serta mengamankan perbatasan selatannya dengan Mesir. Israel melihat Rafah bukan hanya sebagai pos militer tetapi juga sebagai titik strategis untuk mengontrol bantuan kemanusiaan, lalu lintas komersial, dan rute evakuasi sipil. 

Pengendalian strategis ini dianggap penting untuk mengurangi krisis kemanusiaan dan mempengaruhi dinamika politik di wilayah tersebut. Operasi militer yang terus berlangsung telah menyebabkan korban jiwa dan pengungsian massal. 

Laporan menunjukkan bahwa puluhan ribu warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka di Rafah dan mencari perlindungan di daerah-daerah terdekat seperti Al Mawasi, Nuseirat, Deir El Balah, Maghazi, dan Az Zawayda. 

Namun, organisasi kemanusiaan seperti UNWRA memperkirakan bahwa lebih dari 1,4 juta orang tetap tinggal di Rafah, di mana separuh dari mereka adalah anak-anak, menghadapi kondisi yang sangat sulit di tengah konflik ini. Kritik dan kecaman terhadap tindakan Israel meningkat, dengan menyuarakan keprihatinan atas korban sipil dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di Gaza.

Penutupan Rafah dan pembatasan di perlintasan batas Kerem Shalom, titik utama masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, semakin memperparah penderitaan sipil dengan membatasi akses terhadap pasokan penting seperti makanan, air, dan bantuan medis. 

Komunitas internasional telah menyerukan penghentian segera atas pertempuran ini dan meningkatkan upaya untuk mencapai gencatan senjata. Namun, operasi militer Israel terus berlanjut, memicu protes dan upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan serta melindungi nyawa sipil.


Situasi di Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza, semakin memburuk akibat serangan berkelanjutan yang dilancarkan oleh Israel sejak awal Mei 2024. Otoritas kesehatan Gaza mencatat bahwa serangan terbaru pada akhir Mei menyebabkan kematian 45 orang, termasuk wanita, anak-anak, dan lanjut usia di sebuah kamp pengungsi. 

Meskipun seruan internasional, termasuk dari Pengadilan Internasional PBB, untuk menghentikan serangan tersebut, Israel terus melanjutkan operasi militer di Rafah. 

Ini memicu protes di banyak negara, dengan demonstrasi di kedutaan besar Israel yang menyerukan untuk mengakhiri konflik. Kebrutalan serangan ini telah menyebabkan lebih dari 36.171 kematian di seluruh Gaza selama lebih dari tujuh bulan konflik antara Israel dan militan Palestina. 

Lebih dari 81.420 orang juga dilaporkan terluka dalam periode yang sama. Lebih dari satu juta orang telah mengungsi dari Rafah sejak awal serangan pada Mei. Dampak kemanusiaan dari konflik ini sangat serius, dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai dan risiko besar terhadap cacat, terutama bagi anak-anak. Masyarakat internasional terus mengawasi perkembangan situasi ini dengan keprihatinan yang mendalam, sementara upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian terus berlangsung.

 
Sumber
BBC News Indonesia. (2024). Sejarah Rafah, kota tempat jutaan warga Palestina mengungsi yang terancam serangan darat Israel. https://www.bbc.com/indonesia/articles/c3gd8k8nn9jo. Diakses pada 16 Juni 2024.
CNBC Indonesia. (2024). All Eyes on Rafah: 36.000 Orang Tewas Karena Keganasan Israel. https://www.cnbcindonesia.com/research/20240530123431-128-542429/all-eyes-on-rafah-36000-orang-tewas-karena-keganasan-israel. Diakses pada 16 Juni 2024.
Puspapertiwi, E.R., & Pratiwi, I.E. (2024). Alasan Israel Alihkan Serangan dari Gaza ke Rafah, Kota Pertahanan Terakhir Warga Palestina. https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/08/161500665/alasan-israel-alihkan-serangan-dari-gaza-ke-rafah-kota-pertahanan-terakhir?page=all. Diakses pada 16 Juni 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun