Mohon tunggu...
Nabila Rachman
Nabila Rachman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hai, terima kasih sudah mengunjungi web ini

Semoga Bermanfaat:)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Instrumen Evaluasi Pembelajaran Keagamaan dan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

2 November 2021   10:22 Diperbarui: 2 November 2021   10:25 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang guru wajib bisa mengenali instrumen apa saja yang pas digunakan untuk melaksanakan aktivitas penilaian pendidikan keagamaan paling utama dalam perihal moral serta agama untuk anak usia dini. Postingan ini bertujuan untuk mengenali instrumen apa saja yang sesuai digunakan oleh seorang guru dalam melaksanakan aktivitas penilaian pendidikan keagamaan pada anak usia dini. 

Sebab dikala ini masih banyak guru yang kurang mencermati pemakaian instrumen penilaian, apabila guru tidak bisa mempraktikkan pemakaian instrumen evaluasi yang tepat dalam melaksanakan aktivitas penilaian pendidikan maka dikhawatirkan bila nanti hasil yang dicapai oleh anak tidak optimal, sebab moral serta agama ialah suatu pengetahuan agama yang wajib diberikan kepada anak selaku bekal, maka dari itu cara untuk mengenali gimana pertumbuhan dari moral serta agama anak dibutuhkan adanya aktivitas penilaian ini. 

Tidak cuma itu, Instrumen evaluasi juga disusun untuk mengenali keberhasilan pembentukan karakter anak usia dini, instrumen tersebut bisa berbentuk lembar pantauan anak di area sekolah serta lembar pantauan anak di area rumah. Lembar pantauan terbuat bersumber pada jaminan kualitas dari sekolah yang sudah diresmikan.

Aktivitas pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang tidak bisa terpisahkan dengan dunia pembelajaran. Pembelajaran serta pendidikan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan serta tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Usia dini ialah periode yang sangat berarti. Oleh sebab itu, masa ini kerap diucap dengan masa keemasan ataupun golden age. Tidak hanya itu, periode ini kerap diucap dengan masa peka, masa bermain, masa kritis disebabkan pada masa ini sangat mempengaruhi terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang. Pembelajaran yang sudah diberikan kepada anak sejak usia dini sangat memegang peranan penting untuk untuk kesiapan pembelajaran anak di masa yang akan datang ialah meningkatkan segala kemampuan anak secara optimal sehingga terbentuklah sikap serta keahlian yang cocok dengan tahapan pertumbuhan anak.

Menurut Wahyudin dan Agustin (2011), menyatakan bahwa evaluasi dalam konteks pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah prosedur sistematis yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan berbagai aspek perkembangan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurun waktu tertentu. 

Dalam pembelajaran anak usia dini, guru dapat mengevaluasi sejauh mana pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil, ataukah penggunaan media yang kurang tepat, kurang menarik ataupun menggunakan metode yang kurang tepat dan instrumen yang kurang sesuai. Menurut Stufflebeam et. al (dalam Daryanto, 2012:1) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna dalam menentukan pengambilan alternatif keputusan.

Dalam proses evaluasi guru wajib betul-betul mencermati tiap proses belajar anak supaya guru bisa mengenali dengan benar pertumbuhan tiap-tiap anak. Dikala guru hendak melaksanakan evaluasi perkembangan nilai keagaaman anak terutama pada moral serta agama, guru wajib mempersiapkan pencapaian supaya guru mempunyai tolak ukur tingkatan pencapaian yang wajib di capai oleh anak.

Pendidikan karakter berasal dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter. Pada Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 Ayat 1 diungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan  suasana  belajar  dan  proses  pembelajaran agar peserta didik secara  aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau perilaku. Seseorang  yang  berperilaku  tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek. Sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Itulah sebabnya istilah karakter terikat erat dengan kepribadian seseorang. Seseorang disebut sebagai orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan kaidah  moral (Musfiroh,  2008:  28). Kaidah moral tersebut bisa didasari oleh ajaran agama maupun filsafat suatu bangsa.

Terdapat 2 perihal kenapa pembelajaran pembentukan karakter sangat pas diterapkan sejak dini. Pertama, sebab anak usia dini belum dapat membedakan seluruhnya mana yang termasuk sikap yang baik dan mana yang kurang baik. Kedua, sebab anak usia dini belum mengenali akibat yang ditimbulkan dari sikap baik maupun sikap kurang baik. 

Kedua alibi tersebut sudah mengharuskan orang tua serta pula pendidik PAUD untuk membentuk kepribadian anak sejak dini. Pembentukan karakter untuk anak usia dini dicoba lewat upaya mengenalkan bermacam kebaikan (knowing the good), menanamkan rasa cinta terhadap kebaikan (loving the good), serta menyesuaikan anak buat melaksanakan kebaikan (acting the good). Bermacam alibi tersebut bisa menegaskan kalau betapa berartinya pembentukan karakter bagi anak usia dini. 

Praktik penyelenggaraan layanan PAUD yang berpihak pada penerapan pembelajaran kepribadian bisa menjadikan anak usia dini mempunyai kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual. Butuh disadari oleh orang tua ataupun guru PAUD kalau anak yang pintar intelektual (Intelligence Quotient) (IQ) belum pasti mempunyai kecerdasan emosional serta spiritual. Sedangkan, anak yang pintar emosional serta spiritual tentu mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) (IQ).

Nilai-nilai kepribadian yang wajib diberikan kepada anak usia dini yaitu nilai keagamaan semacam kepatuhan pada Tuhan, orang tua, guru, serta orang disekitar, keberanian dalam bermain serta berperilaku dan mengambil suatu keputusan, kepedulian kepada sesama, kemandirian dalam menuntaskan tugas tiap hari, ketertiban di area keluarga serta sekolah, kejujuran kala bergaul dengan orang lain, keyakinan diri kala bermain serta dalam berperan ataupun berperilaku, ketekunan dalam belajar.

Berikut beberapa jenis instrumen yang dapat digunakan oleh guru untuk pengembangan moral dan agama serta pembentukan karakter anak usia dini:

Penilaian Unjuk Kerja 

Tujuan penggunaan lembar unjuk kerja adalah untuk mengetahui apa yang anak pahami dan apa yang anak lakukan. Penilaian ini juga dilakukan sesuai dengan kehidupan nyata dan dapat mengukur perkembangan anak. Cara guru menilai menggunakan lembar unjuk kerja yaitu pada saat anak sedang diberi tugas pada jam belajar guru menilai satu persatu anak berhasil atau tidak anak dalam melakukan tugas tersebut kemudian guru mencatatnya dalam lembar unjuk kerja sesuai apa yang terjadi pada anak. 

Contohnya seperti pencatatan unjuk kerja yang dilakukan oleh anak yang bernama Rafi, ia sudah dapat mengikuti gerakan-gerakan shalat dengan cukup benar anak juga sudah dapat membaca surat pendek dengan cukup baik. Jadi dari hal teori yang ada mengenai pencatatan unjuk kerja disini yang menjadi bagian dari kegiatan unjuk kerja yaitu anak yang di ajarkan untuk menirukan gerakan sholat karena pada tahap ini anak diajarkan dulu untuk meniru. Dari kegiatan tersebut dilihat apakah anak bisa menirukan gerakan sholat dari apa yang anak lihat, dari hal inilah dilihat bagimana perkembangan moral agama anak dari anak yang belum bisa mengikuti gerakan sholat sampai akhirnya anak mampu menirukan dengan fasih, maka perkembangan moral agama anak bisa dikatakan berkembang.

Catatan Anekdot

Penggunaan catatan anekdot adalah catatan berupa uraian fakta, menceritakan situasi yang terjadi, tingkah laku dan ucapan anak. Catatan Anekdot Menurut Waseso (2012:611) ialah tulisan singkat mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang bermakna penting, insiden dalam kehidupan keseharian anak didik. Contohnya seorang anak bernama Ahmad menolong temannya yang sedang berada dalam kesusahan tanpa diberitahu oleh guru. Ketika itu guru kemudian dapat mencatatnya dalam lembar penilaian anekdot untuk menjadi catatan perkembangan moral dan agama anak, dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa catatan enekdote yang dilakukan anak yang bernama Ahmad yaitu mau menolong temannya yang sedang kesusahan tanpa diberitahu oleh guru maupun teman disekelilingnya hal ini merupakan bagian dari pengembangan moral anak dan ini merupkan catatan anekdote yang bersifat positif.

Wawancara atau Percakapan 

Penilaian menggunakan wawancara atau percakapan menggunakan kata tanya (apa, mengapa, dimana, berapa dan bagaimana). Sebelum itu, guru merancang pertanyaan yang menggunakan kata tanya sesuai dengan tema, kemudian guru menyiapkan lembar percakapan yang akan digunakan untuk menilai kegiatan percakapan tersebut, lalu guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada anak dan sesuai dengan tema. Dengan percakapan ini guru dengan sengaja ingin menilai sejauh mana pemahaman anak untuk kemampuan tertentu. 

Contoh dari kemampuan yang dinilai dengan cara ini seperti berdo’a, menirukan kembali ucapan guru, membaca sajak, puisi atau pantun, bernyanyi, serta mengenal kata-kata yang menunjukkan posisi, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda yang mempunyai sifat tertentu, mengucapkan nada dengan suku kata tertentu, menceritakan tentang percobaan yang telah dilakukan. Setelah anak menjawab pertanyaan, guru mencatatnya dalam lembar percakapan apakah mereka memahami apa yang guru pertanyakan atau tidak bahkan mereka terkadang bukan menjawab tetapi malah diam karna malu salah ketika akan menjawab guru.

Catatan hasil karya anak 

Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan, karya seni atau tampilan anak. Misalnya: gambar, lukisan, melipat, kolase, hasil guntingan, tulisan/coretan-coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari, dll. (Anita Yus 2011:67). Tata cara dalam membuat Catatan Hasil Karya Anak adalah: (1). Menuliskan nama dan tanggal hasil karya tersebut dibuat; (2). Perhatikan apa yang sudah dibuat oleh anak. Semakin guru melihat dengan rinci maka akan lebih banyak informasi yang didapatkan guru dari hasil karya anak tersebut; (3). Tanyakan kepada anak apa yang terlihat oleh guru, tidak menggunakan pikiran atau kesimpulan dari guru. Misalnya Afi membuat gambar banyak hewan dengan berbagai warna. Maka yang dikatakan guru adalah: ”ada banyak gambar yang sudah kamu buat, bisa diceritakan gambar apa saja?, warna apa saja yang kamu pakai?” dll. Data ini diperlukan untuk melihat perkembangan hasil karya yang dibuat anak di waktu sebelumnya.

Observasi atau pengamatan 

Menurut mulyasa (2012:199) observasi merupakan cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi melalui pengamatan secara langsung terhadap sikap dan perilaku anak dan mengacu pada indicator yang telah ditetapkan. 

Contohnya seperti saat guru mencontohkan kepada anak melalui media gambar, guru mengikuti gerakan dari gambar yang ada kemudian dilanjutkan oleh anak mengikuti gerakan dari guru. Pada saat guru mencontohkan dan anak menirukan ini merupakan salah satu bentuk unjuk kerja dan setelah selesai nanti guru akan mencatat apakah anak bisa menirukan gerakan yang sudah dicontohkan oleh guru. Guru melihat satu persatu bagaimana gerakan anak dalam melakukan kegiatan berwudhu, karena tidak semua anak yang bisa mencontohkan gerakan dengan baik dan benar.

Portofolio 

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2013: 112) menyatakan bahwa portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Data yang dapat didokumentasikan dalam penilaian portofolio menurut Mulyadi ( 2010: 105) antara lain : hasil tes tertulis, hasil tes lisan, lembar kegiatan observasi yang telah terisi, laporan kegiatan, karya tulis, karya murid berupa bagan, peta, gambar, foto, dan lembar cheklist.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun