Mohon tunggu...
Nabila Rachmadhani
Nabila Rachmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - NAMA : NABILA RACHMADHANI / NIM : 43222010038 / AKUNTANSI S1 / FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MAHASISWI MERCU BUANA TUGAS BESAR

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 _ Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

16 November 2023   20:20 Diperbarui: 15 Desember 2023   09:05 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi diolah melalui Canva

Nama : Nabila Rachmadhani

NIM : 43222010038

Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Menurut Sejarawan Slamet Muljana (1968), tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra masa kerajaan Majapahit bertajuk Sudamala. Dalam karya ini, Semar digambarkan sebagai abdi tokoh Sahadewa. Oleh karena itu, Semar berperan sebagai badut yang menghibur pemiliknya dengan humor yang segar. Ketika era Kerajaan Islam berkembang pada tahun di pulau Jawa, ciri khas Semar masih tetap terpelihara  dalam pewayangan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar yang semula hanya sebagai kaum sudra semakin ditingkatkan. Bahkan para pujangga Jawa mengisahkan Semar melalui karya-karyanya bukan sebagai rakyat jelata, namun sebagai penjelmaan Ismaya (Wintala, 2014).

Koleksi Pribadi diolah melalui Canva
Koleksi Pribadi diolah melalui Canva
Semar adalah putra Sahyang Tunggal dan Dewi Wiranti. Ia mempunyai dua saudara laki-laki, Sahyang Antaga (Togog) dan Sahyang Manikmaya (Batara Guru). Ketiga bersaudara itu datang ke dari sebutir telur pecah bercahaya saat disembah Sahyang Tunggal, cangkangnya menjadi Togog, putih telurnya menjadi Semar dan kuning telurnya menjadi Batara Guru. Saat masih di surga, Semar bernama Sahyang Ismaya dan mempunyai istri bernama Dewi Kanastri. Semar mempunyai sepuluh orang putra yaitu Sahyang Bongkokan, Temboro, Kuwera, Wrehasphati, Siwah, Surya, Candra, Yamadipati, Kamajaya dan Darmanasti.

Semar tinggal di Karang Kedempel, dengan nama Semar Badrayana, dan membesarkan tiga orang anak, Gareng, Petruk dan Bagong. kemudian disebut Semar, Gareng, Petruk, Gareng disebut Punakawan. Punakawan artinya sahabat yang setia. Punakawan bergabung dengan ksatria dimana pun untuk membela kebenaran dan juga menjadi penghibur ketika tuannya sedih (Notopertomo, 2002). Semar konon memiliki wujud fisik yang sangat unik sehingga dapat dilihat sebagai simbol dari berbagai dualisme yang ada di alam semesta . Badannya yang bulat melambangkan bumi, rumah bagi manusia dan makhluk lainnya.

Selain dikenal dengan kearifannya yang tiada duanya, Semar juga dikenal dengan kesaktiannya yang unik. Salah satu penyebab kesaktian Semar pada tahun adalah karena dikuncinya tersimpan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa. Selain peninggalan Mustika Manik Astagina, Semar juga mempunyai senjata andalan yaitu kentut. Kentut Semar sangat menjijikkan dan siapa yang menciumnya akan tersesat dan kembali ke jalan yang benar. Kentut Semar hanya akan dikeluarkan dalam keadaan darurat (Hermawan, 2013).

Semar adalah seorang Panakawan misterius yang selain sebagai wali juga merupakan pelindung. Semar atau juru Dyah Prasanta pertama kali dikenal dalam kitab Gatotkaca Sraya yang ditulis oleh Empu Panuluh sebagai orang abdi yang tugasnya menjamu bendahara. Semar, penjelmaan Ismaya, rela turun ke Madyapada hanya untuk menjadi pelindung para pejuang besar. Seorang pejuang , sehebat apapun, selalu membutuhkan bimbingan Semar Badrayana. Semar adalah tokoh waskita, artinya memahami sakdurunge winarah sebelum hal itu terjadi. Kiai Semar juga mengetahui peta sosial budaya tiga dunia, dewa, raksasa dan manusia. Makrokosmos Gumelar dan Mikrokosmos Gumulung sama-sama mendapat pengawasan ketat dari Semar. Semar dengan ikhlas rela menjadi pelindung para pejuang utama, mulai dari Begawan Manumayasa hingga keturunannya. Faktor mental dan kepribadian Semar diatas menunjukkan bahwa Semar telah memperoleh rasa jati diri. Dalam bahasa tasawuf, rasa jati diri adalah tercapainya maqam makrifat , yaitu orang yang benar-benar mengetahui kebenaran hidup.

Rasa eling mengacu pada kesadaran terdalam (sejati). Rasa kesadaran inilah yang nantinya akan melindungi manusia dari godaan dan bencana. Yang terpenting disini, sebagai alat untuk membangkitkan kesadaran, adalah "dzikir", yang diperintahkan Allah untuk dilakukan manusia dalam banyak hal. Sahid atau asketisme yang diajarkan. Semar diawali dengan taubat dan dibarengi dengan amalan Zuhud, serta hidup dalam kemiskinan dan kegelisahan. Kesabaran mengarah pada ketaatan dalam menjalankan segala perintah Allah, sedangkan rasa puas diri atau keikhlasan mengarah pada upaya untuk tidak memberontak terhadap perintah Allah.

Nilai keikhlasan ditunjukkan melalui kepribadian Semar. Sifat berbudi luhur Semar selalu ditunjukkan ketika memberikan nasehat dimanapun dan kepada siapa pun. Seperti kutipan ajaran Semar tentang keikhlasan yang berbunyi, “Karakter Mibuha yang sabar dan ikhlas adalah ibu dari pengkhianat witaradya.

Contoh nilai toleransi yang diajarkan oleh tokoh Semar adalah: “Kamu benar-benar berkeinginan untuk mempunyai budi pekerti yang baik. Dengan menghormati setiap orang, lebih berharga dari pada orang yang dihormati dan orang yang menerima hormat. (Purwadi, 2014)

Isu utama demokrasi adalah pengakuan harkat dan martabat manusia, yang berimplikasi pada pengakuan hak asasi manusia. Dalam kehidupan negara demokrasi, hak rakyat atas perlindungan menduduki kedudukan yang paling penting. Oleh karena itu, suatu negara dikatakan demokratis apabila hak-hak rakyatnya diakui keberadaannya. Khoiriyah (2013) mengartikan demokrasi sebagai kekuasaan yang ada di tangan rakyat. Prinsip terpenting dalam demokrasi adalah adanya kebebasan berpendapat, kebebasan memilih, dan lain-lain.

Nasehat Kyai Semar tersebut dapat dimaknai agar persatuan pemimpin dan umat dapat memperkuat vitalitas bangsa dan negara. Kebebasan dan keterbukaan antara pemimpin dan rakyat memfasilitasi demokrasi.

Tokoh Semar selalu ditampilkan sebagai pembela nilai kebenaran dan keadilan. Saat masyarakat diperlakukan tidak adil  dan merasa tidak berdaya,  kehadiran Semar sangat ditunggu-tunggu. Meski selalu bersama anak rohaninya, Semar selalu menyendiri dengan mobilitas yang sangat tinggi sehingga ia bisa berada di tengah masyarakat seperti biasanya, namun di lain waktu ia hanya berada di belakang aparat penguasa dan ambeg parama arta (Purwadi, 2014). Sedangkan menurut Zaairul Haq (2009) secara simbolis  tangan Semar memegangnya, hal ini melambangkan Semar yang  selalu berusaha menjaga menjaga asas dan tugas yang harus diembannya dan  berusaha menjaga kebenaran yang diyakininya. Simbol kepalan tangan Semar  juga menggambarkan bahwa memegang kebenaran dan mempertahankannya  bukanlah hal yang mudah namun  adalah hal tersulit, bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Persaudaraan merupakan pilar utama kehidupan bermasyarakat. Karena dalam hidup tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang membutuhkan kehadiran orang lainnya, sehingga perlu adanya hubungan yang baik dengan setiap orang. Semar memberikan nasehat kepada Arjuna putra Prabu Pandu Dewanata ketika merasa khawatir akan cobaan hidupnya sepeninggal ayahnya. Semar yang mengetahui kekhawatiran Arjuna pun ikut khawatir dan memberikan nasehat dengan menggunakan ajaran Pancawisaya. Persaudaraan yang digambarkan dalam amalan Semar sangatlah penting meskipun terdapat perbedaan. Sebab sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk menjalin hubungan persaudaraan antara lain, seperti Semar yang sadar akan perannya sebagai hamba sekaligus perawat, pembimbing, penjaga pelindung, pembimbing kebenaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Bijaksana adalah sikap selalu menggunakan akal (pengalaman dan pengetahuan) secara bijaksana. Digambarkan Semar tidak mempunyai keinginan akan kekayaan materi dan juga keinginan untuk memegang kekuasaan duniawi seperti manusia pada umumnya. Hal ini menunjukkan adanya simbol kebijaksanaan yang dimiliki Semar, Semar tidak terpengaruh oleh kepribadian orang lain, situasi dan kondisi di mana ia berada (Kresna, 2010). Kebijaksanaan Semar juga diungkapkan dengan istilah “tapa ngrame”, artinya ia mengamalkan disiplin tanpa (meditasi) bukan di dalam kamarnya dan di tempat sepi dan sendirian, melainkan dalam interaksi sosial yang positif (Kresna, 2010 ). Amalan ini sungguh sulit karena pengendalian diri yang sejati harus kuat dan mantap, karena meditasi mencakup hal yang bersifat pengetahuan dan berhubungan dengan spiritualitas.

Banyak nilai berbeda yang dapat diterapkan untuk mencapai keharmonisan antar manusia dalam hidup. Dalam sudut pandang tokoh pewayangan Semar, nilai-nilai keikhlasan, toleransi, kebebasan, kejujuran dan persaudaraan sangat penting diterapkan dalam kehidupan. Bahkan membangun kerukunan Rekonsiliasi dengan menggunakan nilai-nilai perspektif Semar juga tidak bisa dikesampingkan. Menurut Haryanto dalam buku Purwadi (2014), perbuatan Semar tercermin dalam lakon wayang Purwakan yang tidak hanya mempunyai aspek spiritual namun juga mempunyai aspek kehidupan duniawi. Hal ini dapat dijadikan renungan sekaligus refleksi diri dalam upaya mencapai nilai-nilai luhur, termasuk terjalinnya hubungan harmonis antar manusia.

Semar lebih menghormati rakyat jelata dibandingkan dewa utama. Tubuh, kepribadian, dan kualitasnya semuanya berada pada level tinggi tetapi penampilannya sangat dihargai. Semar mudah menangis melihat penderitaan orang yang melayaninya, itulah sebabnya wayang Semar selalu berkaca-kaca. Semar cenderung menangisi orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Semar sudah tidak peduli lagi, tidak lagi memikirkan dirinya sendiri melainkan hanya memikirkan penderitaan orang lain. Semar, sebagai keturunan dewa, seharusnya menguasai “dunia atas” dan menguasai segalanya, namun ia memilih hanya menjadi pelayan, tidak kaya dan tidak berkuasa.

Kepemimpinan Wayang Semar dalam konsep visi dan misi mencakup kebijaksanaan, kecerdasan dan orientasi terhadap kebaikan bersama. Visi dan misi dapat mencakup pelayanan yang tulus, kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, dan upaya menjaga keseimbangan dan keharmonisan antar anggota tim.

Gaya kepemimpinan Wayang Semar dalam upaya pencegahan korupsi mencakup nilai-nilai moral, kebijaksanaan, dan keadilan. Semar sebagai tokoh wayang sering dianggap bijaksana dan adil, menjadi contoh dalam menghindari perilaku korupsi serta mendorong integritas dan transparansi dalam kepemimpinan.

https://www.canva.com/design/DAF209tXCIY/MZyksLCefGyZlMgPQIEdwQ/edit?utm_content=DAF209tXCIY&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar
https://www.canva.com/design/DAF209tXCIY/MZyksLCefGyZlMgPQIEdwQ/edit?utm_content=DAF209tXCIY&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar

Gaya kepemimpinan Semar dalam upaya pencegahan korupsi antara lain : 

1. Integritas : Semar menunjukkan integritas yang tinggi, menekankan pentingnya bertindak jujur dan tidak terlibat dalam praktik korupsi.

2. Transparansi : Sebagai pemimpin yang transparan, Semar mendorong keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya sehingga mengurangi peluang praktik korupsi.

3. Keadilan : Semar menekankan prinsip keadilan, menolak segala bentuk diskriminasi atau perlakuan tidak adil yang dapat menimbulkan korupsi.

4. Pemberdayaan : Semar memberdayakan bawahan dan menghargai partisipasi, sehingga menciptakan lingkungan di mana orang-orang dalam organisasi merasa dihormati dan tidak tergoda untuk terlibat korupsi.

5. Pendidikan dan Etika : Semar mengedepankan pendidikan dan etika yang kuat, mengembangkan pemimpin dan anggota organisasi dengan pengetahuan dan nilai-nilai untuk menghindari perilaku koruptif.

Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, pemimpin dapat berperan aktif dalam mencegah korupsi dan menciptakan lingkungan yang bersih dan beretika.

Kepemimpinan 

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk  melakukan sesuatu menuju tujuan bersama. Kepemimpinan mencakup proses mempengaruhi untuk menentukan tujuan organisasi,  memotivasi perilaku pengikut untuk  mencapai tujuan,  mempengaruhi untuk meningkatkan kelompok dan budayanya.

Kepemimpinan merupakan jabatan formal yang memerlukan perolehan fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak dari pemimpin yang ditunjuk mengatakan bahwa posisi ini adalah sebuah tugas, pada kenyataannya, sangat sedikit, jika ada, pemimpin yang benar-benar mempraktikkan memimpin dari hati, khususnya dapat menjadi kepemimpinan yang melayani .

Kepemimpinan juga dipahami sebagai proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada bawahan atau satu arah saja, tetapi juga bersifat timbal balik atau dua arah. Pengikut yang baik juga dapat menciptakan kepemimpinan dengan mengikuti kepemimpinan yang ada dan, sampai batas tertentu, memberikan umpan balik kepada pemimpin. Pengaruh adalah proses dimana pemimpin mengkomunikasikan ide-idenya, memperoleh penerimaan terhadap ide-ide tersebut, dan memotivasi pengikutnya untuk mendukung dan mengimplementasikan ide-ide tersebut melalui perubahan. (Robert N Lussier dan Christopher F. Achua, 2010: 6.)

Kepemimpinan bahkan dapat dipahami sebagai  proses  mempengaruhi  orang lain agar  memahami dan menyetujui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, termasuk  proses  memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam rapat umum. sasaran. (Gary Yukl, 2009: 26).

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin  menggerakkan dan  mengarahkan  bawahannya untuk melakukan tindakan-tindakan terarah yang menunjang tercapainya tujuan. Gaya kepemimpinan pada dasarnya  bersifat sementara, sehingga  terkadang sulit untuk menilai apakah seorang pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan tersebut atau tidak. Faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan seorang pemimpin  adalah kepribadian  pemimpin itu sendiri (Raras TS, 2008). Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola  interaksi antara seorang pemimpin dan pengikutnya. Pola interaksi tersebut merupakan 2 arah perilaku pemimpin terhadap bawahannya dan arah hubungan antara keduanya.

Pengertian kepemimpinan menurut para ahli :

1. Wahjosumidjo (2000: 25) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu seseorang dengan cara mempengaruhi kepada orang lain secara individu atau kelompok.

2. Kartini Kartono (2001: 49) Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain atau bawahan dalam situasi tertentu agar mengikuti pendapatnya guna mencapai tujuan organisasi.

3. Sondang P Siagian (2000: 6) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kekuatan pendorong yang menjadikan sumber daya dan alat tersedia bagi suatu organisasi.


Jenis-jenis gaya kepemimpinan menurut (Tambunan, 2015) adalah :

 1.  Kepemimpinan otokratis/otoriter Kepemimpinan (kepemimpinan otokratis) adalah kepemimpinan  yang memusatkan kekuasaan dan mengutamakan kepuasan diri sendiri. Pemimpin mempunyai wewenang penuh dan  tanggung  jawab penuh. Pemimpin tipe ini tidak  suka menerima kritik, saran, pendapat, dan  keputusan dari orang-orang  di dalam atau di luar organisasi.

2. Pemimpin militer, kepemimpinan ini terlihat pada memerintahkan pemindahan bawahan. Pemimpin tipe ini terlalu protektif terhadap kekuasaan dan kedudukannya, sehingga pemimpin ini selalu ingin dihormati dan dihormati oleh bawahannya, sehingga menimbulkan kekakuan dan kurangnya komunikasi dengan bawahan 

3. Kepemimpinan paternalistik, Pemimpin ini beranggapan bahwa melalui peran kepemimpinannya, akan membawa harapan bagi pengikutnya, dengan harapan ia dapat menjadi “bapak” bagi para pengikutnya. Pemimpin ini biasanya merupakan orang yang dituakan, dan dihormati, diangkat berdasarkan golongan/kasta, dan/atau berdasarkan keturunan dari seorang pemimpin suku.

4. Kepemimpinan partisipatif (Participatice leadership) merupakan kepemimpinan yang mendesentralisasi wewenang. Ia akan terus melibatkan para anggotanya untuk bekerja bersama-sama dengan pemimpin tersebut.

5. Kepemimpinan Laissez Faire.

Gaya kepemimpinan ini umumnya memberi kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.

6. Kepemimpinan Bebas-Kendali (freerein leadership).

Kepemimpinan yang menghindari kuasa dan tanggung jawab. Pemimpin sebagian besar bergantung pada kelompok untuk menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri. Pemimpin hanya memainkan peran kecil serta hanya memikirkan terlebih dahulu akan kebutuhannya sendiri. Jenis kepemimpinan ini kurang efektif dalam menjalankan organisasi yang menghadapi persaingan.

7. Kepemimpinan karismatis (charismatic leadership).

Kharismatis diasumsikan sebagai suatu karakteristik individual dari pemimpin. Karisma merupakan bentuk ketertarikan interpersonal untuk mendapatkan dukungan dan penerimaan.

8. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang cenderung melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan, metode dan tujuan kerja, serta menggunakan Umpan Balik sebagai kesempatan untuk melatih pegawai. Pemimpin berusaha mendidik dan mengembangkan inovasi dan kreativitas bawahannya.

Korupsi

Korupsi adalah suatu bentuk ketidakjujuran atau perilaku kriminal yang dilakukan oleh individu atau  organisasi yang mempunyai kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak sah atau menyalahgunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi dapat melibatkan berbagai aktivitas, termasuk penyuapan, penjualan pengaruh dan penggelapan, dan  juga dapat melibatkan praktik hukum di banyak negara.

Sedangkan pendapat ahli antara lain: 

a. Suap adalah suap, tindakan penipuan. Perbuatan curang, tindak pidana Merugikan keuangan negara. (Subekti dan Citrisoedibio) 

b. Menjelaskan istilah korupsi pada bidang yang berbeda, yaitu terkait isu korupsi, terkait manipulasi di bidang ekonomi, dan terkait dengan bidang kepentingan umum.

https://www.canva.com/design/DAF21V8wdv8/dOwqL99x5C4syVQ4JtFLBQ/edit?utm_content=DAF21V8wdv8&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar
https://www.canva.com/design/DAF21V8wdv8/dOwqL99x5C4syVQ4JtFLBQ/edit?utm_content=DAF21V8wdv8&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar

Upaya pencegahan korupsi :

1. Pendekatan preventif adalah upaya pencegahan korupsi yang dilakukan sebelum korupsi terjadi. Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya korupsi.

2. Pendekatan detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat dan biaya murah.

3. Pendekatan represif adalah upaya pencegahan korupsi yang dilakukan setelah korupsi yang terjadi. Upaya ini bertujuan untuk memberikan sanksi kepada pelaku korupsi dan mengembalikan kerugian negara

Contoh kasus korupsi :

a. Merugikan keuangan negara 

B Sebagai dirut suatu badan usaha milik negara, ia menjual tanah negara sebagai kekayaan perusahaan (BUMN) dan dikembalikan ke F dengan luas 50 Ha, namun sebelum tahun didatangkan transaksi penjualan B mengadakan beberapa pertemuan dengan F untuk mencapai kesepakatan dimana B akan menurunkan harga tanah NJOP dan sistem pembayaran F  akan dilaksanakan secara bertahap. Kemudian B meminta  F untuk mendatangkan 2 perusahaan afiliasi agar dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan formal selama proses lelang. Selanjutnya B meminta penurunan harga tanah  NJOP  agar NJOP tanah  sesuai dengan kesepakatan harga  yang dibuatnya dengan F dan meminta pendirian perusahaan. keahlian memperkirakan harga jual sesuai kebutuhan. B kemudian menerapkan strategi agar penjualan tampak teratur  dengan  membentuk panitia penjualan, namun B d terlebih dahulu memberikan instruksi kepada panitia penetapan harga  untuk menentukan harga jual sesuai keinginan  dan diperintahkan panitia penjualan , penawaran terbatas pada F dan 2 perusahaan  lainnya yang diusulkan oleh F dan sistem pembayaran  di  RKS dilaksanakan secara bertahap. Padahal, perbuatan B  itu bertentangan dengan Keputusan Menteri Keuangan  tentang Penjualan Barang Milik Negara Sesuai Tata Cara Lelang Umum. Pada tanggal 10 Januari 2005, properti berupa tanah  dijual seharga ke F di hadapan notaris seharga Rp 100 juta, padahal menurut Keputusan Menteri Luar Negeri tentang BUMN, penjualan tanah milik BUMN  sesuai dengan NJOP atau harga pasar tertinggi tahun ini, sehingga properti akan dijual seharga Rp 150 M. Selama penjualan aset , F mentransfer sejumlah 15 M ke rekening  B. Akibat tindakan B , perusahaan publik hilang 50 M.

B. Korupsi dan pencucian uang Uang.

Fathanah divonis 14 tahun  penjara. Pengadilan tipikor memvonis Ahmad Fathanah 14 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar, untuk membuktikan  menyuap  pengurusan kuota impor daging sapi  dan melakukan pencucian uang. Fathanah merupakan orang kepercayaan mantan Presiden Partai  Keadilan dan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq yang juga didakwa dalam kasus yang sama. Keduanya terbukti mempengaruhi Menteri Pertanian Suswono untuk mencegah penambahan tersebut. kuota impor 8.000 ton daging sapi untuk PT Indoguna Utama. Mereka dijanjikan bonus senilai Rp ,40 miliar oleh Senior Director Indoguna Maria Elizabeth Liman. “Karena ada janji uang itulah saksi Luthfi Hasan Ishaaq menyanggupi permintaan Maria Elizabeth,” kata hakim Joko Subagyo, senin pekan lalu.

Fathanah menilai putusan hakim itu terlalu keras. “Apa yang didakwakan adalah sesuatu yang dipaksakan, berlebihan, dan tidak berdasarkan fakta persidangan,” ujarnya. Fathanah juga divonis bersalah melakukan pencucian uang. Cara ini melibatkan pengeluaran sebesar Rp 38,709 miliar. selama periode 2001-2013. Hasil kejahatan termasuk penggunaan untuk membeli rumah, mobil, dan perhiasan untuk dirinya sendiri dan orang lain, termasuk istri, Sefti Sanustika, dan model majalah pria Vitalia Shesya. Namun, lima anggota majelis hakim yang terdiri dari orang tidak berbagi hak suara dalam kasus pencucian uang. Dua hakim anggota , yakni Made Hendra dan Joko Subagyo, menilai lembaga yang bertanggung jawab mengadili kasus pencucian uang adalah Kejaksaan dan bukan Komisi Pemberantasan Korupsi .

Daftar Pustaka 

Achmad, Sri Wintala. (2014). Ensiklopedia Karakter Tokoh-tokoh Wayang, 

Yogyakarta: Araska

Haq Muhammad, Zaairul. (2009). Tasawuf Semar Hingga Bagong,Yogyakarta: 

Kreasi Wacana.

Hermawan, Deny. (2013). Semar dan Kentut Kesayangan, Yogyakarta: DIVA Press.

Kresna, Ardian. (2010). Semar dan Togog Yin Yang dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: 

Narasi.

Notopertomo, Margo, Warih Jatirahayu. (2002). 51 Karakter Tokoh Wayang Populer,

Klaten: Hafamira.

Purwadi. (2014). Mengkaji Nilai Luhur Tokoh Semar, Yogyakarta: Kanwa Publisher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun