Mohon tunggu...
Nabila Qathrunnada A
Nabila Qathrunnada A Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Usaha Telur Puyuh Mas Dwi Asal Desa Blacanan

12 Oktober 2022   14:49 Diperbarui: 12 Oktober 2022   20:20 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Telur Puyuh Mas Dwi, dok. pribadi

Pekalongan – Desa Blacanan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan. Perubahan iklim membuat Desa Blacanan terkena imbas sehingga mengalami banjir rob. Hamparan sawah yang luas kini telah tergenang oleh air. Sebagian besar warga Desa Blacanan kehilangan profesi utama yaitu bertani. Oleh karena itu, kini banyak yang beralih profesi menjadi pedagang, nelayan, dan pengusaha. Salah satu usaha yang berada di Desa Blacanan yaitu Telur Puyuh milik pemuda bernama Dwi Suryanto yang kerap dipanggil Mas Dwi.

Usaha telur puyuh ini berdiri sejak tahun 2020. Awal mula berdirinya usaha telur puyuh ini disebabkan adanya pandemi Covid-19 dan kontrak kerja Mas Dwi di perantauan sudah berakhir sehingga mengharuskannya untuk balik ke kampung dan memulai hal baru. Sebelumnya Mas Dwi sempat ternak lele namun tidak berlangsung lama. Kemudian ia mencoba membeli burung puyuh dari Solo sejumlah 60 ekor untuk mulai merintis bisnisnya.

Survei Usaha Telur Puyuh oleh Tim KKN Tematik UNDIP, dok. pribadi
Survei Usaha Telur Puyuh oleh Tim KKN Tematik UNDIP, dok. pribadi

Burung Puyuh yang kini dimiliki Mas Dwi ada sekitar 100 ekor. Akan tetapi, burung yang dapat bertelur hanya 50 ekor saja. Jauh sebelum itu, Mas Dwi memiliki 500 ekor burung puyuh tetapi banyak yang mati karena terkena wabah penyakit.

Pada usia 45 hari burung puyuh sudah dapat bertelur. Dalam kurun waktu tiga hari dapat menghasilkan 3 kardus. Satu kardus berisikan 750 butir / 8 kilogram. Untuk harga jual eceran yaitu Rp35.000,-/kg sedangkan harga jual per kardus yaitu Rp260.000,-. Telur puyuh mampu bertahan selama 3 minggu sebelum masa basi.

Mulanya Mas Dwi menawarkan telur puyuh ke warung. Namun, kini sudah ada pelanggan tetap yang membeli telur puyuh di Mas Dwi. Sayangnya belum ada keberanian dari sang pengusaha untuk berjualan online karena jumlah produksi yang masih kurang. Kalau untuk menjadi produksi pokok maka minimal harus memiliki 1000 ekor burung puyuh.

Risiko dari usaha ini yaitu perawatan yang sulit. Burung puyuh rawan mati akibat pergantian  cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan puyuh mudah terkena penyakit dan cepat menular. Kandang burung puyuh selalu dibersihkan setiap hari demi kesehatan. Makanan burung puyuh menggunakan makanan pabrikan. Mas Dwi juga membuat inkubator sendiri untuk perawatan burung puyuhnya.

Permintaan telur puyuh cukup tinggi tetapi usaha produksi telur puyuh di Pekalongan masih kurang. Melihat hal tersebut membuat Mas Dwi tekun dan fokus melanjutkan usahanya ini. Harapan kedepannya semoga semakin banyak masyarakat sekitar yang mengenal produk telur puyuh milik Mas Dwi. Semoga adapula peran dari pemerintah setempat untuk para pelaku usaha di Desa Blacanan salah satunya usaha telur puyuh milik Mas Dwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun