Mohon tunggu...
Nabila Pramudhita Cahyaningrum
Nabila Pramudhita Cahyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa semester 3 dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pentingnya Pembiasaan Komunikasi Asertif pada Anak Usia Dini

17 Januari 2023   10:58 Diperbarui: 17 Januari 2023   11:20 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak usia dini berada pada fase paling penting dalam pembentukan kemampuan emosional dan sosial anak. Dalam rentang umur 3-6 tahun tersebut, anak berada di tahap pengembangan kesadaran diri yang ditandai dengan perilaku mencoba memahami perasaannya sendiri dan individu lain di sekitarnya, menghargai individu lain, mengendalikan emosi, dan mencoba menentukan keputusannya sendiri. 

Novianti (2010) menjelaskan bahwa fase ini adalah masa reaktif dan egosentris anak dimana mereka akan membangun kepercayaan dirinya dengan mulai menyelesaikan permasalahannya sendiri dan membangun komunikasi dengan orang lain di lingkungan terdekatnya. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman anak dalam berinteraksi secara sosial di usia dini menjadi sangat esensial karena akan memengaruhi pertumbuhan emosional, moral, dan kemampuan komunikasi sosial mereka nanti.

Orang tua menjadi aktor utama dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Anak akan mencontoh dan menyerap perilaku yang ditunjukkan orang tua mereka dalam kehidupan sehari-hari termasuk cara berkomunikasi dan berperilaku. 

Dalam penelitian yang dilakukan Zahrotun (2014) apakah orang tua terbiasa berkomunikasi secara agresif, pasir, atau asertif akan menentukan pemahaman yang terbentuk dalam memori anak dan turut berpengaruh dengan cara anak berkomunikasi pada orang lain. Dari ketiga jenis tersebut mulai dari kontak mata, ekspresi, bahasa tubuh, volume, hingga intonasi suara yang ditunjukkan, komunikasi asertif adalah bentuk yang paling tepat.

Komunikasi asertif adalah upaya untuk menyampaikan pemikiran dan gagasan bersamaan dengan hal-hal yang diinginkan atau dirasakan seseorang dengan terbuka, jujur, dan apa adanya. Namun, proses pengemukaan diri tersebut dilakukan dengan sopan sebagai bentuk perilaku menghargai orang lain sehingga tidak ada pihak yang terintimidasi dan terluka. Melihat penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka pembiasaan dan proses membangun komunikasi asertif sedari dini menjadi sebuah kebutuhan. 

Menurut perkiraan IDAI, anak-anak di Indonesia masih memperlihatkan pertumbuhan kemampuan emosional dan sosial yang terlambat. Sementara itu, di penelitian Mufida (2013) hasil yang didapat lebih mencengangkan di mana sekitar 50% atau lima dari sepuluh anak memiliki kemampuan sosialisasi yang kurang, ditunjukkan dengan perilaku menyendiri, tidak melakukan interaksi, dan enggan bekerja sama dengan orang lain. 

Penyebab dari perilaku tersebut adalah kebiasaan komunikasi yang buruk dan tidak efektif di lingkungan terdekat anak. Padahal, hal tersebut tidak boleh dibiarkan berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama karena anak akan mengalami kesulitan nanti di masa mendatang (Hikmah, 2021).

Apabila sejak usia dini anak diperlihatkan dan dibiasakan dengan perilaku komunikasi asertif, setidaknya ada empat hal yang terbentuk pada diri anak yaitu (1) kemampuan untuk menyatakan pemikirannya dan mengajukan permintaan tanpa memerintah orang lain, (2) kemampuan untuk menerima atau menolak pemikiran dan permintaan orang lain dengan sopan tanpa menunjukkan agresifitas yang dapat melukai perasaannya sendiri dan orang lain yang bersangkutan, (3) kemampuan untuk mengatur tone, volume, dan intonasi berbicara, dan (4) kemampuan gestur tubuh untuk bereaksi secara tenang dan wajar serta mampu menunjukkan sikap akrab pada orang lain.

Nantinya, ketika memasuki usia sekolah dan remaja lalu dihadapkan dengan situasi dan permasalahan yang lebih kompleks, anak akan memiliki kapabilitas dalam mengontrol diri dan memecahkan persoalan-persoalan yang ada karena dasar kemampuan manajemen emosional dan komunikasinya telah terbentuk dengan baik. Oleh karena itu, penerapan dan pembiasaan komunikasi asertif pada anak sejak usia dini adalah langkah penting yang tidak boleh dilewatkan oleh orang tua sebagai lingkungan pertama dan terdekat anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun