Mohon tunggu...
NABILA NUR HIDAYATI
NABILA NUR HIDAYATI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan- Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis dan Menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivisme

7 November 2024   19:13 Diperbarui: 7 November 2024   19:29 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prinsip Dasar Psikologi Kognitif 

Santrock : kognitif adalah cara berpikir mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran. 

  1. Chaplin : kognitif adalah salah satu bidang atau wilayah psikologi manusia, yang meliputi perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman. 

Teori Belajar Cognitive 

Field Lewin : tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan baik yang dari dalam diri individu (seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan). 

  1. Piaget : kemampuan belajar individu dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur individu. 

Discovery Learning Bruner adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif (yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing) untuk akhirnya sampai kepada sesuatu kesimpulan. 

Pendekatan Konstruktivisme 

Pendekatan konstruktivisme adalah sebuah teori pembelajaran yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh individu berdasarkan interaksi mereka dengan lingkungan dan pengalaman mereka sendiri. Konstruktivisme individual dan sosia (Vygotsky) adalah dua varian utama dari teori konstruktivisme yang menyoroti bagaimana pengetahuan dibangun oleh individu dan melalui interaksi sosial. Konstruktivisme individual ini lebih berfokus pada proses mental individu dalam membangun pengetahuan. sedangkan Konstruktivisme sosial (vygotsky) menekankan bahwa pengetahuan dibangun terutama melalui interaksi sosial dan budaya. 

Model pembelajaran konstruktivisme 

Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) 

  1. Inquiry Based Learning 

  2. Problem Base Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) 

  3. Collaborative Learning (Pembelajaran Kolaboratif) 

  4. Contextual Learning (Pembelajaran Kontekstual) 

  5. Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) 

  6. Cognitive Apprenticeship (Magang Kognitif) Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik) 

  7. Socratic Dialogue (Dialog Socratic) 

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses konstruksi pengetahuan 

Pengalaman Pribadi : setiap individu memiliki latar belakang pengalaman yang unik, yang membentuk cara mereka menginterpretasi informasi baru. 

  1. Interaksi Sosial : Interaksi dengan orang lain, seperti teman sekelas, guru atau anggota keluarga, memainkan peran penting dalam pembentukan pengetahuan. 

  2. Bahasa : Bahasa berperan penting sebagai alat komunikasi dan berpikir. 

  3. Konteks Sosial dan Budaya : Lingkungan sosial dan budaya mempengaruhi cara individu membentuk dan memandang pengetahuan. 

Pendekatan Metakognitif 

Metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang cara ia belajar, termasuk kemampuannya menilai kesulitan, memahami tingkat pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan belajarnya. Metakognisi terdiri dari tiga jenis pengetahuan menurut Flavel (1979) dan Pintrich (2002) : pengetahuan tentang strategi, tugas kognitif dan pengetahuan diri. penerapan metakognitif dalam pembelajaran membantu siswa mengontrol dan memahami proses berpikir mereka, sehingga mereka dapat belajar lebih mandiri dan efektif. Proses ini melibatkan tiga langkah utama : perencanaan tujuan belajar, pemantauan efektivitas strategi belajar, dan evaluasi hasil belajar. 

Pendekatan Kognitif 

Perkembangan kognitif adalah bagaimana individu mengembangkan kemampuan berpikir dan memahami. seperti yang dijelaskan oleh piaget melalui empat tahapan : sensorimotor, pra operasional, operasional konkret, dan operasional formal. 

Tahap Perkembangan Kognitif 

Tahap Sensor Motorik 

Perkembangan kognitif pada usia 0-2 tahun disebut tahap sensori motorik, karena anak belajar melalui panca indera, seperti mengisap, meraba, melihat, dan mendengar. menurut piaget, tahap ini sangat penting sebagai dasar pengembangan pemikiran dan intelegensi 

Tahap Pra Operasional 

Pada tahap perkembangan kognitif usia 2-7 tahun, anak mulai berpikir simbolis, menggunakan kata-kata, gambar dan imajinasi untuk memahami dunia. Namun, cara berpikir mereka masih tidak sistematis, tidak logis, dan tidak konsisten.

Tahap Operasional Konkret 

Pada tahap operasional konkret usia 7-11 tahun, anak mulai berpikir lebih logis dan sistematis, namun pemikiran mereka masih terikat pada hal-hal konkret. Anak memahami konsep konservasi, yaitu bahwa kuantitas suatu benda tetap sama meskipun penampilannya berubah. 

Tahap Operasional Formal 

Tahap operasional formal pada rentang usia 11 tahun keatas. Pada fase ini dikenal juga dengan masa remaja. Remaja berpikir dengan cara lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Tahap ini individusudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. 

Aspek kognitif, tingkah laku, dan hasil belajar saling berhubungan erat dalam pembelajaran. kognitif adalah proses berpikir, seperti memahami dan mengingat informasi. Tingkah laku adalah respons yang terlihat selama belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi setelah pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang berhasil perlu memperhatikan keseimbangan antara pengembangan kognitif, perilaku yang baik, dan evaluasi hasil belajar yang tepat. Dua proses utama dalam perkembangan kognitif adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika anak menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk memahami informasi baru. Sedangkan akomodasi terjadi ketika mereka perlu mengubah pengetahuan yang ada untuk menyesuaikan dengan informasi baru. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif 

Faktor Hereditas (Keturunan) : Dipengaruhi oleh gen dan struktur kromosom yang diwariskan kepada anak dari kedua orangtuanya. menyesuaikan dengan apa yang disampaikan dalam teori nativisme. Bahwa setiap bayi yang lahir ke dunia masing-masing membawa potensi bawaan yang didapatkan secara genitas. 

  1. Faktor Lingkungan : Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia berada dalam keadaan yang suci bagaikan kerta putih. Dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan, sosial, budaya, pola asuh orangtua serta pengalaman yang ia peroleh dari sekitarnya. 

  2. Faktor kematangan : Faktor kematangan berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan organ-organ yang digunakan sebagai alat untuk berfikir, seperti kematangan susunan syarat pada otak. 

  3. Faktor Pembentukan : Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar) 

  4. Faktor minat dan bakat : Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. 

  5. Faktor Kebebasan : keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memiliki metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah. 

Perkembangan individual  dalam perkembangan kognitif menunjukkan variasi kemampuan berpikir yang dimiliki setiap orang. Variasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan dan pengalaman belajar. Meskipun teori piaget menetapkan tahapan umum dalam perkembangan kognitif, setiap individu dapat mencapai tahapan tersebut pada usia yang berbeda dan dengan kecepatan yang bervariasi. Perbedaan individual ini juga telihat dalam kemampuan berpikir kritis dan kreativitas. Beberapa orang lebih unggul dalam berpikir reflektif dan logis. Sedangkan yang lain lebih kreatif dan inovatif. Perkembangan kognitif mengacu pada peningkatan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, serta aspek kecerdasaan dan bakat anak. Simulasi perkembangan kognitif perlu disesuaikan dengan kesiapan anak dalam menerima pembelajaran. Menurut piaget, anak belajar secara alami, sehingga pembelajaran harus mengikuti tahap perkembangan mereka. Memaksa anak untuk mempelajari hal-hal di luar kapasitasnya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Guru juga berperan penting dalam memfasilitasi pembelajaran melalui praktik langsung (learning by doing), yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun