Hujan itu terhenti
Langit Indah hiasi hari
Walaupun hujan kan datang lagi
Setidaknya, ia tak lagi datang setiap hari.
Hujan kala itu, sebegitu perih
Ia redupkan cahaya pencerah hati
Ia tutupi bintang, yang harusnya indah menghiasi
Bahkan ia datangkan awan hitam, pekatkan mentari.
Hujan teteskan buliran suci
Di tiap bulirnya membawa perih
Ia datang karena ku tak lagi memiliki
Harapan indah bersama nya kekasih.
Di derasnya hujan, aku pun tertatih
Apakah hanya kata awal, yg pantas mendapatkan gelar akhir?
Lalu kenapa kini ku harus berakhir?
Padahal kata awal belum sempat terukir.
Tuhan..., telah usai penantian ini
Nama yang kupinta kala itu..., tak lagi ku nanti
Aku memang tak pernah lelah menanti
Tapi ia yang ku nanti, tak lagi bisa ku nanti
Ia pergi...., ia telah memilih, dan bukan aku yg ia pilih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H