Alas Roban adalah jalur yang terkenal dengan tanjakan curam dan berkelok-kelok, berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalur ini menghubungkan Kota Batang dan Semarang, serta merupakan bagian penting dari Jalur Pantura yang membentang di pesisir utara Pulau Jawa. Dengan panjang sekitar 54 km, Alas Roban menyimpan sejarah panjang dan cerita mistis yang membuatnya dikenal angker hingga saat ini.
Sejarah Alas Roban
Pembukaan Alas Roban dilakukan oleh Ki Bahurekso, utusan Sultan Agung Mataram, pada tahun 1602. Pada masa itu, terjadi perselisihan antara VOC dan Kerajaan Mataram. Sultan Agung membuka Alas Roban untuk dijadikan tempat pendirian beberapa pos demi mendukung persediaan logistik. Pembukaan hutan dimaksudkan untuk lahan tanam berbagai macam sumber makanan.
Alas Roban terkenal dengan cerita mistis yang berhubungan dengan makhluk gaib. Salah satu cerita misteri paling menyeramkan adalah cerita bus berhantu yang terjadi pada 1996. Saat itu, seorang pengendara motor melewati kawasan ini pada malam hari dan melihat bus usang yang terlihat seperti bus era 70-an. Kondisinya pun sangat seram dengan penerangan samar-samar.
Cerita mistis lain adalah tentang ringin putih yang dibagikan Om Hao, seorang konten kreator di kanal YouTube Kisah Tanah Jawa. Saat mengujungi ringin putih di Alas Roban, Om Hao mengaku melalukan dialog dengan makhluk halus berwujud nenek-nenek dan kakek-kakek. Konon, lokasi itu dulunya menjadi tempat pembuangan mayat yang terjadi sekitar 1980-an.
Selain itu, menurut beberapa penduduk daerah tersebut, pada tahun 1980-an Alas Rban juga menjadi tempat pembuangan mayat korban penembakan misterius (petrus). Oleh karena adanya cerita cerita mistis tersebut membuat suasana mencekam saat melewati jalur tersebut, terutama saat malam hari, juga dikarenakan penerangan yang minim yang membuat suasana semakin menyeramkan.
Selain banyak cerita cerita mistis, di Alas Roban kerap terjadi kecelakaan. Kecelakaan tersebut banyak terjadi dikarenakan jaan yang berkelok kelok dan penerangan yang kurang, juga disebabkan karena supir yang mengantuk atau kurang konsentrasi saat melewati jalur tersebut.
Pengembangan Infrastruktur
Seiring perkembangan zaman, infrastruktur di Alas Roban terus diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan pengendara. Kini terdapat jalur alternatif, yaitu jalur lingkar utara dan selatan. Jalur lingkar utara lebih cocok untuk kendaraan pribadi, sedangkan jalur lingkar selatan lebih cocok untuk kendaraan besar.
Keindahan Alas Roban
Meskipun Alas Roban terkenal dengan cerita mistis, jalur ini juga memiliki keindahan alam yang menarik. Kawasan Alas Roban terhitung mulai perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Batang yang saat ini telah menjadi Kota Pekalongan. Jalur ini juga memiliki beberapa lokasi yang sering dikunjungi untuk keperluan spiritual, seperti Ringin Putih dan Sendang Poncowati.
Alas Roban adalah jalur yang terkenal dengan tanjakan curam dan berkelok-kelok, berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalur ini menghubungkan Kota Batang dan Semarang, serta merupakan bagian penting dari Jalur Pantura yang membentang di pesisir utara Pulau Jawa. Dengan panjang sekitar 54 km, Alas Roban menyimpan sejarah panjang dan cerita mistis yang membuatnya dikenal angker hingga saat ini.
Di balik keangkerannya, Alas Roban sebenarnya menyimpan keindahan alamnya, namun karena sudah jarang dilewati dan terdapat beberapa kerusakan yang sudah tidak dirawat lagi, dan perbuatan orang orang yang tidak ertanggung jawab yang merusak ekosistem di daerah tersebut.
Selain itu, Alas Roban ternyata merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis buah-buahan, salah satunya pisang., jalur Alas Roban yang angker ini menyimpan beraneka ragam jenis pisang, khususnya pisang tanduk madu.
Para penjual pisang tersebut banyak ditemukan di sekitar pinggiran Jalan Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura), Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang. Dengan lapak seadanya, mereka menjajakan pisang hasil produksi alam setempat. Selain pisang, kita juga dapat menjumpai  banyak orang yang menjual buah lain, seperti durian,  jambu kristal, sirsak, nangka, sukun rambutan dan lain lain.
Keberadaan pedangang buah di jalan raya Alas Roban ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Akan tetapi, belum ada perhatian peerintah terhadap para penjual tersebut.
Ternyata di balik keangkerannya, Alas Roban juga menyimpan kekayaan alam yang menjadi mata pencaharian penduduk sekitar. Oleh karena itu dihimbau untuk yang akan melewati jalur tersebut untuk selalu berhati hati dan waspada, tetap fokus saat berkendara, jika mengantuk lebih istirahan terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H