Lelaki itu mengoleskan mentega pada permukaan roti. Lalu menabur naburkan meses yang cukup banyak diatasnya. Sekejap dia mulai mengambil sebalok keju, dan parutannya. Menautkan keduanya hingga menghasilkan remah remah keju yang asin, sekaligus nagih.
"Menurutmu, Der ikhlas itu apa?"
"Ya ampun Ta, disini banget kamu nanyanya? Bising kali."
"Ngerti sih, tapi tadi dijalan kepikiran mulu."
"Masih yah?" Deri mengafirmasi yang dijawab anggukan tiga kali dari Dita.
Mereka berdua pun terdiam. Hanyut dalam pikiran masing masing, dengan pengantar suara penggorengan yang mulai beradu dengan setangkup roti bakar.
"Ikhlas itu yah saat kamu ngga berpikir apa apa, Ta." Deri membuka suara melawan kebisingan lalu lalang kendaraan.
"Hah? Ngga punya otak dong." Dita justru berkelakar lugu.
"Iye, kayak kamu gitu lah mirip mirip."
"Terus terus??" Dita merubah posisi duduknya mengarah kepada Deri.
"Terus nabrak Ta." Jawab Deri datar sambil memutar bola mata.