Mohon tunggu...
Nabilalr
Nabilalr Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pembelajar Omnivora. Menulis sebagai tanda pernah 'ada', pernah 'merasa', dan pernah disebuah 'titik'.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Itu Buta, Bukan?

7 Juli 2018   13:41 Diperbarui: 7 Juli 2018   14:00 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Betapa galaunya hati seorang perempuan cukup umur apabila menerima sebuah undangan pernikahan. Berharap suatu hari nanti akan ada namanya dan nama seseorang yang diam diam didoakannya bersanding dalam sebuah undangan pernikahan juga."

"Wah Kar. Quote-able banget tuh."

"Lah iya. Kamu gak liat tuh ekspresi Mawar (bukan nama sebenarnya) tiap nerima undangan. Mupeng gitu. Kan aku jadi terinspirasi bikin kalimat itu, Lan. "

"Ya ampun Kar, Mawar emang begitu kan yah mukanya. Gak berubah. Sayu sayu manja."

"Eh beda kali Lan. Duh kamu harus liat deh. Kamu sih gak seruangan sama dia."

Ini Kara yang bilang. Bahwa muka Mawar  selalu berubah mupeng tiap nerima undangan kawinan. Bekerja di kantor yang 80% karyawannnya perempuan muda, sudah barang tentu undangan kawinan rajin menghampiri apalagi di musim kawinan seperti sekarang. Namun apa daya jika jodoh yang diharapkan tak kunjung datang.

"Eh Kar, bukannya Mawar udah punya Diyon (juga bukan nama sebenarnya) ya?" Ujar saya sambil mencomot dimsum dengan sumpit.

"Hahaha, apa Lan? Diyon? Diyon yang itu maksud kamu? Hhm entah. Maju mundur jelek tuh si Diyon. Gak jelas maunya apa."

"Tapi saling cinta kan mereka? Orang juga taunya mereka udah mau married tahun ini." Sekalian saya mengkonfirmasi gossip yang belakangan marak berkembang.

"Love is never enough, Lan. Bagiku sih, entah ya bagi Mawar dan Diyon. Harusnya cinta aja gak cukup. Ini nikah loh bukan pacalan. Apalagi adek-kakak an. "

"Aku setuju sih sama kamu. Nikah itu kan buat seumur hidup. Ibarat grafik pasti ada masa turunnya. Nah kalo cinta udah low gimana? Yakali nikah ada break, cuti, atau tanggal merah. Kan kagak. "

"That's the point Lan. Tapi tuh, aku kemarin mikirin si Mawar. Kasian tauk."

"Kenapa tuh si Mawar? Bukannya udah settle down kan ama Diyon? Diyon udah kerumah Mawar bukan sih?"  Lagi lagi saya mencoba menkonfirmasi gossip, mengingat Kara seruangan sama Mawar, sedangkan saya tidak.

"Hhm udah. Tapi apa itu jaminan? Oke itu sebuah aksi nyata dan progress. Tapi what's next? Seperti yang aku bilang Lan. Diyon tak kunjung ngasih kepastian, dan malah masih berhubungan tuh sama mantan tunangannya. Mawar kemarin ada cerita sama aku. Bahkan si mantan malah telpon Mawar. Macam drama remaja kan. Parah."

"Hah seriusan Kar? Kok Diyon gitu sih. Katanya udah bubaran. Udah siap berubah demi Mawar. Dan Mawar juga udah berkorban banyak kan buat Diyon." Saya shock mendengar soal si mantan tunangan. Demi apa??

"Iya. Aku juga heran Lan. Dari awal si Diyon memang agak susah diterima sama keluarga Mawar yang you know lah. Tapi Mawar berhasil ngeyakinin keluarganya buat nerima Diyon itu. Kurang apa coba? Lagian toh, berubah kok untuk manusia. Please she's just a human."

"Hhm iya sih. Berubah itu ya untuk diri sendiri. Yakali berubah karna makhluk fana macam manusia yang juga berpotensi berubah. Betewe Kar, sampai begitu ya usaha si Mawar buat perjuangin Diyon. Sekarang bola panas ada di Diyon dong?" Saya heran sendiri dengan cinta Mawar yang terkesan buta itu. Macam anak abege yang baru ini kena virus merah jambu. Ambisius, menggebu dan terburu buru.

"Ya ampun Lan, dari tadi juga mentok nya di Diyon keles. Sekarang tinggal dia nih, mau maju atau mundur? Jangan gantungin hatinya orang, apalagi perempuan yang perasaannya halus."

"Ah kamu Kar bisa aja. Jangan sambil curhat gitu dong. Hahaha " saya menggodanya, sekalian memastikan jika kali ini ia netral.

"Sepele kamu Lan. Haha kalau aku jadi Mawar mah udah aku tinggalin tuh si Diyon. Mending dia balik aja tuh sama tunangannya. Daripada gak jelas, kan. Mending akhiri."

"Percaya kok Kar, percaya. Udah yuk makan lagi. Udah hampir dingin nih ramen aing. Kalo smpai dingin beneran, kamu traktirin loh ya. Haha "

Pungkas saya sambil menggeser dimsum dengan ramen teriyaki yang sudah 10 menit saya abaikan demi mendengar cerita Kara soal Mawar yang cukup pelik. Yah. Di usia yang sudah saatnya settle down namun justru terjebak cinta yang kadangkala memang buta. Tapi sebuta butanya cinta, harusnya masih ada akalnya kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun