Mahendra Putra Wicaksana atau orang-orang sering memanggilnya dengan nama "Cecep", itu adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku pada anak semata wayangnya ini. Aku merupakan seorang anak petani yang kini tinggal di desa yang cukup jauh dari kota. Perjalanan dari desa menuju ke tempat sekolah itu juga cukup jauh, karena memerlukan waktu selama 30 menit hanya dengan berjalan kaki saja. Di desa kami terdapat sebuah mitos yang terkenal sampai sekarang. Dimana ada sebuah hutan yang konon dulunya sempat terjadi sebuah hal yang menggegerkan warga. Hal ini membuat kebanyakan warga untuk memilih tidak pernah berurusan dengan hutan tersebut.
*****
"Tang, oper bolanya" Ucapku berteriak keras padanya sambil terus berlari dan menyesuaikan langkahku untuk menyamainya.
      "Cep,terima!" Teriak Tatang kepadaku dan segera dia melemparkan bola itu padaku dengan tendangannya yang menakjubkan.
Aku segera menerima bola itu dan segera kugunakan tendangan pamungkasku dan Whooooshh..... Tanpa disangka bola itu melambung jauh di atas kami, hingga terlihat ia mendarat di sebuah kawasan yang sama sekali tidak kami harapkan. Yaitu, Hutan Sriawung.
"Kamu gimana sih Cep!" Gerutu Tatang dan teman-teman yang lain dengan kesal.
Aku juga ikut mendengus kesal
"Huh...Apasih".
"Sana ambil..Awas aja sampe bolanya ilang. Nanti kulaporin sama bapakku" Ucap Tatang dengan muka masamnya yang terus mengomeliku untuk segera mengambil bolanya itu. Aku memutar bola mataku kesal.
"Iya iya.. Aku ambil" Ucapku kesal dan berhenti sejenak mengamati hutan itu.
"Kamu takut ya??" Ejek Tatang dengan muka sombongnya yang sungguh ingin ku tonjok saat itu juga.
 "G-Ga siapa bilang?" Ucapku berusaha menyangkalnya. "Yaudah, kalo gitu cepet sana ambil bolanya". Aku berdecak kesal dan mengehela nafas dalam-dalam lalu mulai masuk ke dalam hutan itu.
Aku mulai menyusuri hutan itu untuk mencari bolanya. Hingga akhirnya aku menemukannya di bawah sebuah pohon yang rindang. Ketika aku berhasil mendapatkan bola itu kembali, tiba-tiba sebuah hembusan angin menggelitiki kulitku. Aku melihat sebuah siluet putih samar-samar yang berada di seberang pohon sana. Dengan rasa penasaran yang memenuhi diriku, aku mulai berjalan mendekat untuk melihat lebih jelas sosok apakah itu.
Hingga tiba-tiba..
Tap.. "AAAAA...AAA" Aku melompat terkejut merasakan sebuah tangan menepuk belakang bahuku.
"Ish...apasih Cep.." Gerutu seorang anak berambut ikal itu.
"Tang!! Ngagetin aja kamu" Ucapku kesal sambil berusaha mengatur nafasku kembali.
"Hahahaha..Lagian kamu lama banget ngambil bola doang." Ucap Tatang dengan  tawanya yang tidak bisa ia tahan.
Aku memutar bola mataku kesal.
"Yasudahlah, ayo kita balik..Teman- teman lain dah pada nungguin tuh" Timpa Tatang kembali dan berjalan lebih dulu di depanku.
Aku mendengus dan segera menyusul berjalan di belakangnya. Walaupun aku masih merasa janggal dengan siapa sosok yang aku lihat tadi. Apakah itu hanya sebuah binatang saja yang kebutulan lewat? Atau..sebuah sosok yang selama ini menggemparkan warga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H