Kemiskinan dan Tunawisma di Sekitar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: Realita dan Upaya Pemecahannya
Kota Yogyakarta merupakan salah satu ikon terkenal di Indonesia. Tak hanya terkenal akan kekhasan budayanya, tapi juga dengan pendidikannya. Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar di Indonesia dengan berbagai jenis universitas dan tentunya berbagai pelajar pula dari Sabang sampai Merauke. Namun, di balik semua itu kota ini juga menyimpan beberapa tantangan social yang perlu mendapatkan perhatian lebih, khususnya dalam hal kemiskinan dan tunawisma. Di sekitar salah satu universitas ternama di kota ini, yaitu Universitas Gadjah Mada, fenomena kemiskinan dan tunawisma ini dapat kita temukan, terutama di sekitaran sekolah pascasarjana hingga fakultas kehutanan yang tentunya perlu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan juga pemerintah.
Kemiskinan menjadi akar utama dari permasalahan yang dihadapi oleh para tunawisma, terlebih tunawisma di sekitaran UGM ini sudah memasuki usia lanjut. Kebanyakan dari mereka tidur di pinggiran jalan atau di depan took dengan beralaskan karung karena tidak mendapatkan akses tempat tinggal yang layak. Selain itu, karena mengalami kesulitan mendapatkan akses pekerjaan, mereka mengumpulkan barang-barang bekas atau biasa disebut barang rongsokan. Untuk mendapatkan makanan, biasanya mereka mendapatkan dari orang-orang sekitar yang berbaik hati membagikan makanan. Keterbatasan mengakses kebersihan seperti fasilitas mandi dan sanitasi serta akses layanan kesehatan juga menjadi salah satu permasalahan yang selalu mereka hadapi sehingga terkesan kotor dan kumuh.
Sebenarnya, selain tunawisma, di sekitaran tempat tersebut juga banyak ditemukan pemulung dan pedagang-pedagang kecil. Mirisnya, kebanyakan dari pemulung yang ditemukan telah memasuki usia lanjut. Sedangkan pedagang-pedagang kecil yang ditemukan memiliki umur yang variatif, mulai dari ibu-ibu, usia lanjut, bahkan anak-anak. Biasanya mereka menjual hasil kerajinan anyaman, tisu, dan makanan ringan. Hal yang menjadi perhatian lebih adalah adanya anak-anak yang berdagang, padahal di usianya yang masih kecil seharusnya mereka fokus pada dunia pendidikan dengan bersekolah. Kondisi ini menunjukkan ketidakmerataan pendidikan dan masih ada beberapa masyarakat kelas bawah yang kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Untuk itu, dibutuhkan upaya-upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat dalam menghadapi permasalahan ini. Berikut ini adalah beberapa cara atau upaya yang bisa dilakukan.
- Rumah susun sederhana atau shelter sebagai akses tempat tinggal
- Rumah sususn sederhana atau shelter ini bisa didirikan oleh pemerintah maupun organisasi nonpemerintah untuk membantu para tunawisma mendapatkan akses tempat tinggal sebab tempat tinggal menjadi kebutuhan primer setiap orang, terlebih lagi tunawisma.
- Layanan kesehatan
- Keterbatasan mengakses kebersihan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan pada tunawisma, maka dari itu dibutuhkan pelayanan dan perawatan kesehatan serta dukungan sosial dari masyarakat, pemerintah, maupun organisasi nonpemerintah atau LSM setempat.
- Pemberian pendidikan, pelatihan kerja, dan kesadaran masyarakat
- Memberikan akses pendidikan dan berbagai program pelatihan sebagai langkah nyata pemberdayaan yang dilakukan untuk memberikan bekal keterampilan membantu para tunawisma mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi dan meningkatkan taraf kehidupan. Selain itu, melalui diadakannya seminar dan kampanye sosial diharapkan mampu mengatasi stigma masyarakat akan tunawisma yang masih melekat hingga saat ini.
- Kerja sama dengan pemerintah, LSM, dan donatur
- Dalam mengatasi permasalahan ini, pemerintah berperan dalam pemberian akses terhadap fasilitas dasar, layanan social, dan layanan kesehatan pada para tunawisma. Kemudian, LSM dan donatur berperan dalam pemberian bantuan, baik secara psikologis maupun materil dan mendukung berbagai program sosial dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan tunawisma.
Kemiskinan dan tunawisma sudah menjadi masalah serius yang tak bisa diabaikan begitu saja. Diperlukan kesadaran dan kerjasama yang diupayakan dari berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, masyarakat dan juga dari pihak UGM sendiri dengan harapan terciptanya masa depan yang lebih baik serta meningkatnya kualitas hidup bagi mereka yang rentan dan kurang beruntung di sekitar kampus UGM. Terlebih kebanyakan dari mereka sudah memasuki usia lanjut yang tentunya memerlukan perhatian dan penanganan lebih. Dengan menciptakan keadilan, kesejahteraan sosial, dan pendidikan yang merata barulah bisa tercapai tujuan bangsa tercinta ini sebagaimana dimuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H