Mohon tunggu...
Nabila Husna
Nabila Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mendengarkan musik, menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Broken Home terhadap Perkembangan Anak

4 Mei 2024   18:15 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi keluarga yang broken home (terpecah) dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental anak, dan akibatnya dapat merusak kesehatan jiwa anak. Peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan arahan, pendidikan dasar, pembentukan kepribadian, serta pemantauan dan pengaturan perilaku anak.

Saat ini, fenomena keluarga broken home telah menjadi hal yang umum dalam masyarakat. Keluarga broken home terjadi ketika pasangan suami dan istri menghadapi masalah dalam hubungan mereka dan memutuskan untuk bercerai, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada aspek psikologis anak, baik dalam pendidikan maupun lingkungan sosialnya. Anak-anak dalam keluarga broken home mungkin menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma karena kurangnya perhatian, kasih sayang, atau kurangnya keterlibatan salah satu orang tua dalam proses pendidikan dan perkembangan anak. Setelah perceraian, orang tua diharapkan untuk memainkan peran ganda dalam memberikan perhatian terhadap pendidikan moral anak, sehingga anak tidak merasa kehilangan contoh teladan yang seharusnya menjadi panutan dalam perilaku dan moral mereka.

Keluarga yang mengalami perpecahan (broken home) dapat diamati dari dua sudut pandang: pertama, keluarga tersebut terpecah karena strukturnya tidak lengkap akibat kematian salah satu kepala keluarga atau perceraian, dan kedua, meskipun kedua orang tua tidak bercerai, struktur keluarga tersebut tidak utuh karena salah satu dari mereka sering tidak berada di rumah atau tidak menunjukkan kasih sayang. Contohnya, sering terjadi pertengkaran antara orang tua sehingga kondisi keluarga tersebut tidak sehat secara psikologis, yang kemudian berdampak negatif pada anak-anak, seperti menurunnya minat belajar, perilaku menyendiri, agresif, bolos sekolah, dan perilaku menentang orang tua atau guru.

Pengalaman broken home dapat memiliki dampak negatif yang beragam pada kehidupan seorang anak, dan terdapat berbagai kejadian yang bisa menyebabkan dampak tersebut melalui berbagai cara, seperti pola asuh tunggal. Ketika orang tua bercerai dan meninggalkan anak di bawah pengasuhan satu orang tua, hal ini dapat mempengaruhi anak secara emosional, sosial, dan dalam hal pendidikan dan perkembangan anak. 

Anak memiliki persepsi bahwa orang tua adalah segalanya baginya. Dari orang tua lah anak belajar tentang arti kebersamaan, saling menolong, dan berbagi. Namun, ketika orang tua bercerai, persepsi yang telah terbentuk selama ini akan hancur. Anak yang mengalami perceraian orang tuanya akan merasa terganggu dalam kepercayaan dirinya. Mereka merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup mereka. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di kemudian hari anak tersebut tumbuh menjadi pribadi yang sensitif. Sensitivitas ini dapat memicu sikap perlawanan atau kedurhakaan anak terhadap orang tua mereka. Broken home juga mempengaruhi pendidikan anak-anak di masyarakat saat ini. Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga broken home berdampak pada pendidikannya, salah satunya terhadap kehadiran rutin siswa ke sekolah atau bahkan putus sekolah. Dengan demikian pasti ada perbedaan yang signifikan absensi antara siswa dari keluarga broken home dan siswa dari keluarga utuh. 

Kondisi keluarga yang mengalami perceraian atau broken home dapat menyebabkan tekanan jiwa pada anak, pola perilaku yang kurang teratur, ketidakmampuan mengontrol emosi, dan kecenderungan untuk menyendiri. Salah satu dampak yang signifikan dari broken home adalah perkembangan kepribadian anak yang tidak sesuai dengan norma. Hal ini dapat membuat anak kesulitan dalam berinteraksi sosial dan memilih teman di lingkungan masyarakat. Berbagai literatur menunjukkan bahwa broken home dapat menyebabkan anak kehilangan kasih sayang dari orang tua, kesulitan dalam bersosialisasi, dan kurangnya rasa percaya diri.

Untuk mengatasi dampak keluarga broken home pada anak, penting bagi mereka untuk selalu mempertahankan pikiran positif, melakukan aktivitas yang positif dengan fokus pada impian dan tujuan hidup, memupuk motivasi dalam diri, dan mencari tempat untuk berbagi perasaan (curhat). Anak yang terpengaruh oleh broken home cenderung mencari dukungan dari seseorang atau teman yang dapat memberikan motivasi agar mereka lebih termotivasi dalam menjalani kehidupan, meningkatkan minat belajar, meraih prestasi akademik yang lebih baik, dan mencapai kesuksesan di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun