Pola asuh adalah cara orang tua berinteraksi dengan anak untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis mereka. Ada tiga jenis pola asuh yang berbeda, salah satunya adalah pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter melibatkan kontrol dan kedisiplinan yang ketat tanpa memperhatikan kebutuhan emosional anak.
Keluarga adalah lingkungan terdekat bagi seorang anak, terutama saat mereka masih berusia prasekolah dan banyak berinteraksi dengan keluarga, terutama orang tua. Orang tua memainkan peran penting dalam perkembangan psikososial anak mereka. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perkembangan psikososial ini adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.
Pola asuh otoriter menggunakan kepemimpinan otoriter sebagai metode dalam mendidik anak. Kepemimpinan otoriter melibatkan orang tua yang menetapkan kebijakan, langkah, dan tugas yang harus diikuti oleh anak. Dalam pola asuh otoriter ini, orang tua cenderung bersikap tegas dan diskriminatif. Mereka sering memberlakukan aturan yang ketat dan membatasi kebebasan anak dalam bertindak.
Pertumbuhan anak usia dini dipengaruhi oleh cara orang tua merawat dan mendidik anak mereka. Pola asuh otoriter dari orang tua dapat mengakibatkan masalah pada anak dan mempengaruhi karakter anak secara negatif. Beberapa dampak dari pola asuh otoriter yaitu:
 1. Rendahnya Tingkat Kemandirian, anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki tingkat kemandirian yang rendah. Mereka mungkin kesulitan mengambil keputusan sendiri dan mengelola diri mereka tanpa bantuan orang tua.
2. Kurangnya Keterampilan Sosial, anak yang diperlakukan secara otoriter mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. Mereka mungkin kurang mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri serta emosi orang lain.
3. Rendahnya Kepercayaan Diri, pola asuh otoriter dapat menghambat perkembangan kepercayaan diri anak. Anak mungkin merasa tidak aman atau takut untuk melakukan kesalahan karena takut akan hukuman yang keras.
4. Kurangnya Kemampuan Memecahkan Masalah, anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter mungkin kurang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah secara mandiri. Mereka mungkin cenderung bergantung pada otoritas orang tua dalam menghadapi tantangan.
5. Potensi Munculnya Perilaku Agresif atau Pasif, beberapa anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter dapat menunjukkan perilaku agresif sebagai respons terhadap kontrol yang berlebihan, sementara yang lain mungkin menunjukkan perilaku pasif karena merasa tidak memiliki kendali atas kehidupan mereka.
Pola asuh otoriter cenderung menekankan kontrol dan kedisiplinan yang ketat tanpa memperhatikan kebutuhan emosional dan psikologis anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami dampak negatif dari pola asuh otoriter dan mempertimbangkan pendekatan yang lebih mendukung perkembangan holistik anak.
Menerapkan pola asuh otoriter dapat menyebabkan anak merasa bahwa kepentingan dan minatnya tidak dihargai, sehingga anak dapat merasa kecewa dan akhirnya frustasi. Sikap tuntutan yang tinggi dari orang tua dalam menerapkan pola asuh otoriter dapat memberikan beban tambahan bagi anak. Orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter cenderung menekankan ketaatan dan mengharuskan anak untuk selalu patuh terhadap perintah mereka. Mereka kadang-kadang menggunakan hukuman yang dapat membuat anak kehilangan kendali emosional dan meluapkan kemarahan dalam bentuk tantrum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H