Mohon tunggu...
Nabila Husna
Nabila Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perkembangan Anak yang Ditinggal Ibunya Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)

2 Mei 2024   21:27 Diperbarui: 2 Mei 2024   21:37 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Anak yang ditinggalkan oleh ibunya untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) menghadapi tantangan perkembangan yang unik dan kompleks. Kehadiran ibu memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak, termasuk dalam aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Ketika seorang ibu harus meninggalkan anaknya untuk bekerja sebagai TKW di luar negeri, anak tersebut terkadang harus menghadapi situasi di mana perhatian dan kasih sayang ibu tidak dapat diberikan secara langsung.

Perpisahan dengan ibu dapat berdampak pada perkembangan emosional anak, seperti kecemasan, ketidakamanan, dan kesepian. Selain itu, kurangnya kehadiran ibu juga dapat memengaruhi pembentukan hubungan sosial anak dan perkembangan kognitifnya. Anak yang ditinggalkan oleh ibu untuk menjadi TKW juga mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan mengatasi perasaan kehilangan serta mencari identitas diri yang kuat tanpa kehadiran ibu sebagai figur penting dalam kehidupan mereka.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami dampak psikologis dan sosial yang mungkin dialami oleh anak yang ditinggalkan ibunya menjadi TKW. Upaya perlindungan dan dukungan yang holistik perlu diberikan kepada anak-anak ini untuk memastikan bahwa perkembangan mereka tetap terjaga dan mereka dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dengan baik.

Anak yang ditinggalkan oleh ibunya untuk menjadi tenaga kerja wanita (TKW) memerlukan dukungan yang beragam untuk membantu mereka mengatasi dampak emosional dan sosial dari perpisahan dengan ibu. Berikut adalah beberapa bentuk dukungan yang penting bagi anak yang mengalami situasi ini:

1. Dukungan Emosional: Anak memerlukan dukungan emosional yang kuat dari anggota keluarga lain, seperti ayah, saudara, atau kerabat terdekat. Memberikan ruang bagi anak untuk mengungkapkan perasaan mereka dan memberikan perhatian serta kasih sayang yang cukup dapat membantu mengurangi kecemasan dan kesepian yang mereka rasakan.

2. Dukungan Sosial: Membantu anak untuk tetap terhubung dengan teman sebaya dan lingkungan sosial yang positif dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dan terintegrasikan dalam kelompok sebaya mereka. Aktivitas sosial yang menyenangkan dan mendukung dapat membantu mengurangi dampak kesepian.

3. Dukungan Pendidikan: Memastikan bahwa anak tetap mendapatkan pendidikan yang baik dan dukungan dalam belajar dapat membantu mereka merasa terpenuhi dan berkembang secara kognitif. Guru dan sekolah juga dapat memberikan dukungan ekstra untuk membantu anak mengatasi tantangan akademis.

4. Konseling atau Terapi: Jika anak mengalami kesulitan emosional yang signifikan, mendapatkan konseling atau terapi dari profesional kesehatan mental dapat membantu mereka dalam mengelola perasaan mereka dan mengatasi dampak psikologis dari perpisahan dengan ibu.

5. Keterlibatan Orang Tua atau Wali: Memastikan bahwa orang tua atau wali yang ada memberikan perhatian, bimbingan, dan dukungan yang cukup kepada anak dapat membantu mengurangi ketidakseimbangan yang mungkin terjadi dalam hubungan orang tua-anak.

6. Pendidikan dan Informasi: Memberikan pendidikan dan informasi kepada anak tentang situasi keluarga dan alasan di balik perpisahan dengan ibu dapat membantu mereka memahami konteks dan mengurangi kebingungan serta kecemasan yang mungkin mereka rasakan.

Dukungan yang diberikan kepada anak yang ditinggalkan oleh ibunya untuk menjadi TKW harus holistik dan memperhatikan berbagai aspek perkembangan anak, termasuk emosional, sosial, dan kognitif. Upaya untuk memberikan dukungan yang tepat dapat membantu anak mengatasi tantangan yang dihadapi dan tumbuh menjadi individu yang kuat dan sehat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun