Di era yang terus berkembang ini, kemajuan teknologi memiliki dampak signifikan dalam kehidupan kita. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah media sosial.Â
Media sosial telah membuktikan bahwa perkembangan teknologi mampu mengubah banyak aspek kehidupan manusia. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, kita juga harus mewaspadai ancaman serius seperti penipuan uang melalui ponsel di platform tersebut.
Semakin meningkatnya popularitas penggunaan media sosial sebagai platform komunikasi dan transaksi memberikan peluang bagi para penipu untuk melakukan tindakan mereka.Â
Penipuan semacam ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial bagi korban, tetapi juga menghancurkan kepercayaan dan ketenangan para pengguna media sosial.
Mahasiswa berusia 20 tahun asal Depok, bernama Fira, menceritakan pengalamannya ketika menjadi korban penipuan online lewat media sosial.Â
Saat itu, korban sedang menggunakan aplikasi mobile banking untuk melakukan transaksi online dengan rekannya yang akan mengirim uang. Rekan korban telah berhasil mengirim uang dan terdapat bukti mutasi rekening, namun uang tersebut tidak masuk ke akun mobile banking korban.
Setelah menunggu cukup lama tanpa ada kejelasan, korban memutuskan untuk mencari tahu lewat sosial media Twitter dengan membuat satu tweet. Korban bertanya kepada followers-nya apakah mereka pernah mengalami kendala yang sama dengannya.Â
Salah satu akun yang mengatasnamakan BCA menulis komentar pada tweet korban dan menawarkan bantuan dengan cara memberikan link WhatsApp untuk customer service. Tanpa curiga, korban langsung menghubungi akun WhatsApp tersebut, menganggapnya sebagai akun resmi BCA tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut.
Korban mengeluhkan semua kendalanya kepada pelaku penipuan melalui akun WhatsApp tersebut. Pelaku memberitahu korban bahwa masalahnya bisa segera diproses dengan memberikan data privasi, seperti nama lengkap, nomor kartu ATM, jumlah saldo di ATM, foto KTP, dan NIK.Â
Tanpa curiga, korban memberikan semua informasi yang diminta, percaya bahwa itu adalah prosedur yang wajar. Pelaku bahkan meminta informasi dan data yang sama dari rekan korban yang mengirim uang, dengan dalih agar uang yang ditransfer oleh rekannyanya bisa segera masuk ke ATM korban.Â