Mohon tunggu...
Nabilah Novita Dewi
Nabilah Novita Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Nature

Erupsi Gunung Merapi Meletus

27 Januari 2021   20:39 Diperbarui: 27 Januari 2021   20:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guguran lava pijar Gunung Merapi terjadi sebanyak 36 kali dengan jarak luncur maksimum 1500 meter ke barat daya berdasarkan pengamatan pada Minggu (17/1/2021) pukul 00.00 hingga 06.00 WIB. Selama periode pengamatan itu, menurut BPPTKG, Gunung Merapi juga mengalami 43 kali gempa guguran lava dengan amplitudo 3-23 mm selama 12-188 detik dan enam kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-5 mm selama 5-8 detik.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan berdasarkan pengamatan visual, Gunung Merapi tampak jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter diatas puncak kawah. Hingga pagi ini, status Gunung Merapi berapa pada level III atau berstatus SIAGA, Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten dihimbau agar menindaklanjuti perubahan potensi ancaman erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini dalam upaya mitigasi bencana.

Selain itu, BPPTKG menyarankan agar penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan. Pelaku wisata juga dihimbau agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegaiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi dikarenakan dengan erupsi meletusnya Gunung Merapi yang semakin menjadi dan mengeluarkan aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat yang menutupi seluruh bagian Gunung Merapi dan menutupi semua wilayah sekitar Gunung Merapi yang ada di Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi begitu panas maka pihak penjaga Gunung Merapi sudah antisipasi ke Masyarakat sekitar untuk tidak mendaki ke puncak Gunung Merapi.

KRB III merupakan zona merah. KRB III merupakan kawasan yang paling dekat dengan puncak puncak Gunung Merapi dan paling berbahaya jika terjadi erupsi. Area ini berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat. Karena tingkat kerawanannya yang tinggi, KRB III tidak direkomendasikan sebagai hunian tetap.

Masyarakat juga perlu mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka status aktivitas Merapi akan segera ditinjau kembali. Untuk informasi resmi aktivitas Gunung Merapi.

Kemudian setelah saya paparkan fakta sosial yang ada saat ini tentunya saya juga menggabungkan dan menyatukan dengan teori dan paradigma sosiologi yaitu saya memilih teori paradigma sosiologi Emile Durkheim "Fakta Sosial" dalam bentuk non material, yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat inter subjective yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Durkheim mengakui bahwa fakta sosial nonmaterial memiliki batasan tertentu, ia ada dalam pikiran individu. Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai berinteraksi secara sempurna, maka intreraksi itu akan "mematuhi hukumnya sendiri" Contohnya adalah egoisme, altruisme dan opini.

Menurut Durkheim Fakta Sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual. Jadi kalau dihubungkan dan dikaitkan dengan opini saya terkait Erupsi Gunung Merapi Meletus maka saya menggunakan Teori Emile Durkheim Fakta Sosial karena menurut saya opini yang saya ambil ini berkaitan langsung dengan fakta sosial yang ada saat ini yang kemudian saya analisis dengan teori fakta sosial.

Individu masih perlu sebagai satu jenis lapisan bagi fakta sosial nonmaterial, namun bentuk dan isi partikularnya akan ditentukan oleh interaksi dan tidak oleh individu. Oleh karena itu, dalam karya yang sama Durkheim menulis: pertama, bahwa "Hal-hal yang bersifat sosial hanya bisa teraktualisasi melalui manusia: mereka adalah produk aktivitas manusia" dan kedua, "Masyarakat bukan hanya semata-mata kumpulan sejumlah individu" melainkan juga bermasyarakat seperti halnya dengan judul saya yang berkaitan dengan erupsi gunung merapi meletus yang terjadi pada masyarakat yaitu fakta sosial dampaknya yang dilihat dari erupsi gunung merapi meletus dampak yang terjadi adalah mengakibatkan masyarakat menjadi terpuruk dan susah tidak bisa menikmati tempat tinggal masinhg-masing dan merek ajustru harus mengungsi jauh dari halaman gunung merapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun