Saat ini mulai banyak kita temui aksi pergerakan di desa dengan cara membangun desa mitra sebagai tempat untuk mengabdikan dirinya. Saya sebagai pemuda turut senang karena masih ada pemuda yang memperhatikan desa di era gempuran pemuda yang justru tidak mempunyai partisipasi aktif dalam tiap-tiap masalah yang muncul di tengah masyarakat (desa).
Di desa rasanya masih sangat kental dengan tradisi dan budaya khas Indonesia. Pertanyaannya, bertahan berapa lama lagi tradisi yang ada di desa?Â
Sementara semakin hari semakin banyak migrasi orang-orang ke urban dan meninggalkan desa. Anak-anak di desa pun sedang tergila-gila untuk pergi ke kota, mungkin kalau kalian para pemuda yang tinggal di kota mencoba masuk di suatu desa maka anak-anak desa akan bilang, "lho kenapa anak-anak yang tinggal di kota justru pergi ke desa?"Â
Dengan cara itu mungkin bisa membuat anak-anak desa berpikir bahwa tempat tinggalnya saat ini memiliki sesuatu hal yang istimewa sehingga bisa membuat anak-anak yang tinggal di kota menghampirinya. Dan di saat seperti itu membuat mereka merasa percaya diri bahwa tinggal di desa itu menyenangkan.
Harapannya anak-anak muda yang sedang tertarik dalam sebuah keinginan atau euphoria untuk kembali me-re-established hubungannya dengan alam memiliki rasa untuk menghargai suatu desa.Â
Warga desa merasa sudah tidak memiliki harga diri dalam sektor pariwisata, mereka membutuhkan anak-anak muda yang datang untuk menghargai bukan untuk membeli.
Penulis menyimpulkan bahwa peran pemuda sangatlah penting di era seperti ini. Kembalilah ke desa sebagai bentuk memperkuat kembali identitas kebudayaan manusia desa. Berhentilah membandingkan warga desa dan kota. Kita semua sama, kita adalah Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H