Novel Si Anak Savana memiliki kemiripan dengan Novel Laskar Pelangi yang mana sama-sama merupakan cerita fiksi. Kedua Novel tersebut memiliki plot menarik yang memungkinkan kita merasakan kehidupan anak-anak Nusantara. Masing - masing dari Novel ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Â
Saya akan menceritakan sekilas dari isi Novel Si Anak Savana ini yang bercerita tentang kehidupan anak-anak yang tinggal di sebuah daerah yang kaya padang rumput. Novel yang berjudul Si Anak Savana merupakan karya dari salah satu penulis terkenal yang ada di Indonesia yang bernama Tere Liye. Novel ini memiliki 382 halaman yang diterbitkan dari PT Sabak Grip Nusantara yang dirilis tahun 2022.Â
Buku kedelapan dalam seri buku anak Indonesia adalah Si Anak Savana. Tere Liye sudah menerbitkan tujuh novel dalam seri yang sama. Di antara ketujuh novel tersebut adalah: Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, Si Anak Pemberani, Si Anak Cahaya, Si Anak Badai, dan, Si Anak Pelangi. Novel Si Anak Savanna ini terjadi di kabupaten Nusa Tenggara Timur dan Barat.
Kisah pencurian sapi yang terjadi di rumah Ahmad Wanga menjadi pembuka novel ini. Semua orang di lingkungan sekitar mengetahui tentang pencurian ini, namun tidak ada yang bisa berbuat apa-apa karena pencuri tersebut tidak meninggalkan bukti. Hal ini menunjukkan kelicikan si pencuri. Buku berlatar belakang Indonesia Timur ini menceritakan kehidupan anak-anak di Desa Dopu. Terdapat Savana atau padang rumput yang cukup luas di desa ini, tempat banyak kuda dan sapi merumput.Â
Pembaca akan diperkenalkan dengan kejadian pembuka cerita, yaitu hilangnya seekor sapi milik warga yang pencurinya berbulan-bulan tidak diketahui identitasnya. Di Desa Dopu, terjadi lagi pencurian ternak tiga minggu kemudian. Kepala desa kehilangan sapinya karena salah menilai kasus tersebut. Menarik untuk dicatat bahwa pencurinya bukanlah orang yang Anda harapkan.Â
Para pelaku menculik Tuan Guru selain merampok sapi penduduk setempat. Dia mengambil tindakan ini karena kebencian lamanya terhadap Tuan Guru. Tere Liye menceritakan lebih dari sekedar kisah pencurian sapi dalam buku ini. Banyak kisah yang diceritakan, mulai dari kehidupan sekolah, hafalan ayat Alquran, persahabatan, serunya pacuan kuda, masalah keluarga, hingga kesengsaraan warga desa.
Meski alur cerita yang sederhana, Tere Liye memastikan untuk menyertakan pelajaran moral yang bisa diambil pembaca darinya. Karakter Wanga mengajarkan pembaca tentang pentingnya tanggung jawab dengan melanggar peraturan berenang di danau. Danau ini dilarang untuk berenang bagi warga Desa Dopu. Hal ini untuk menjamin kelestarian air danau tetap terjaga. Pembaca juga bisa belajar tentang pentingnya kemandirian dari karakter Sedo.Â
Sedo selalu menjadi pekerja upahan, meski orang tuanya telah menelantarkannya. Sedo mengambil tindakan ini demi menafkahi adiknya dan dirinya sendiri. Rasa cinta orang tua terhadap anaknya juga ditunjukkan oleh orang tua Bidal. Dikatakan bahwa Thimble telah pindah. Orang tua anak tersebut melakukan segala daya mereka untuk membuatnya ingin pulang.
Kepala desa kehilangan seluruh sapinya ketika pencurian sapi kembali terjadi beberapa bulan kemudian. Jangan salah paham; buku ini mencakup berbagai topik, tidak hanya pencurian sapi. "Kami memiliki pelajaran berkuda yang panjang. Itu sangat berharga. Anda mendapat manfaat yang luar biasa karena berbuat baik tanpa perlu dibentak, diingatkan, atau disuruh.Â
Begitu pula jika kuda yang kamu tunggangi tidak memerlukan petir, cambuk dan teriakan, maka kuda itu akan terbang bersamamu." Beragam cerita tentang pacuan kuda di daerah dengan padang savana yang luas juga diceritakan dalam novel ini oleh anak padang savana. Tak hanya soal sapi dan kuda, kisah hidup penuh makna juga hadir dalam novel ini.Â
Sedo tidak pernah mau membahas hal yang membuat ia susah atau kekurangan dari dirinya, karena ibunya terus menasehati dirinya untuk tidak mengganggu orang lain menjadi salah satu penyebabnya. Kami tidak pernah bisa yakin bahwa dia dan saudara perempuannya sedang makan karena hal ini. cerita kehidupannya memuat perjuangan yang dihadapi tokoh Sedo selain Ahmad Wanga.Â