Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap pengelolaan teknologi dan informasi yang didapatkan menjadi salah satu faktor utama kegagalan dalam mengentaskan kemiskinan yang tertanam di Indonesia. Bagi masyarakat kota, teknologi cukup mudah diperoleh tetapi hal tersebut tidak dapat menjadi tolak ukur, sebab bisa dilihat dari pengamen dan pengemis yang masih terlihat berkeliaran di jalan raya tanpa menggunakan akses teknologi. Salah satu munculnya kelompok marjinal disebabkan oleh rendahnya pengetahuan akibat teknologi informasi dan komunikasi. Sumber daya manusia tanpa modal keterampilan menjamurkan angka kemiskinan di Indonesia.
Kemiskinan di Indonesia merupakan persoalan yang berat, terutama dikaitkan dengan isu kesenjangan yang semakin melebar antara si kaya dan si miskin. Indonesia merupakan bagian dari PBB tentu berkomitmen untuk mengatasi persoalan seiring dengan deklarasi SDGs. SDGs nomor satu yang bertujuan menciptakan tanpa kemiskinan bermaksud guna mengakhiri kemiskinan yang beredar di segala penjuru dunia tanpa terkecuali Indonesia. Di sisi lain, Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan alat yang kuat secara potensial guna memerangi kemiskinan di dunia. Hal tersebut dapat tercipta dengan menyediakan kapasitas dan kesempatan yang baik bagi negara-negara berkembang untuk mencapai target seperti menurunkan tingkat kemiskinan dan sebagai sumber mengenai pendidikan dan kesehatan yang lebih efektif dari sebelumnya (Rizky, dkk, 2015: 133).
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK merupakan gabungan dari tiga domain, yaitu teknologi informasi, data dan informasi, serta isu sosial-ekonomi. Masyarakat umumnya memahami TIK sebagai hal yang berhubungan dengan komputer dan internet, namun tidak sedikit pihak yang memandang hal tersebut sempit. Sebatas peralatan pembawa informasi dan hiburan semata. Pandangan ini yang memunculkan kesenjangan digital. Kesenjangan digital merupakan masalah yang kompleks yang menimbulkan kesenjangan sosial-ekonomi, usia, ras, lokasi geografis, dan gender (Haniko, dkk. 2023). Ketidaksetaraan tersebut hadir yang mengakibatkan keterbatasannya terhadap akses sumber daya pendidikan, peluang kerja, layanan penting, dan partisipasi sipil.
Kesenjangan digital terhadap pengaruh kesenjangan sosial ekonomi mempengaruhi individu dari latar belakang berpenghasilan rendah, sehingga memperparah kesenjangan sosial ekonomi yang sudah ada. Perangkat teknologi yang mahal, layanan internet, dan lisensi perangkat lunak semakin membatasi akses bagi individu yang memiliki sumber daya keuangan terbatas. Pemencilan digital ini memelihara siklus ketidaksetaraan, menghambat mobilitas ke atas dan akses ke peluang. Terkhusus masyarakat terpinggirkan yang memiliki keterbatasan dalam mengakses TIK yang meliputi hambatan bahasa, dan faktor budaya semakin meminggirkan komunitas-komunitas tersebut dan menghambat kemampuan dan keterampilan mereka untuk berpartisipasi penuh di era digitalisasi. Kesenjangan digital berpengaruh terhadap kekurangannya pendidikan, sebab pelajar perlu mengakses sumber daya pembelajaran dan mengembangkan keterampilan digital yang penting untuk menunjang kesuksesan masa depan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan faktor penting guna memberantas kemiskinan di era digitalisasi. Masyarakat terbelakang dirugikan oleh kurangnya sumber kehidupan akibat terisolasinya dari akses terhadap informasi mengenai pendidikan, layanan penting, informasi lowongan kerja, dan partisipasi sipil yang menjadi hak-hak mereka. Informasi, pengetahuan, dan komunikasi merupakan sumber dari interaksi sosial dan ekonomi. Akan tetapi, masyarakat terbelakang dihadapkan dengan hambatan-hambatan dalam hidup mereka dalam mengakses Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menyebabkan kesenjangan digital.
Pada era digitalisasi akses Teknologi dan Komunikasi berperan penting dalam memberdayakan masyarakat. Masyarakat mampu mengakses segala informasi yang menunjang dan mengembangkan wawasan dan keterampilan di era digitalisasi. Hal tersebut memudahkan masyarakat dalam mencari lapangan pekerjaan, baik di dalam negeri maupun di dalam negeri, baik work from office atau work from home. Bagi Indonesia dalam menghadapi kesenjangan digitalisasi pada masyarakat dengan menyiapkan sumber daya TIK yang merata di seluruh penjuru Indonesia. Kembangkan rencana keberlanjutan yang mempertimbangkan pendanaan jangka panjang dengan berkolaborasi dan bermitra. Pemerintah dapat memberikan dukungan teknis, bimbingan, dan pemantauan yang berkelanjutan guna memastikan akses, keterlibatan, dan kesempatan belajar yang berkelanjutan. Pemanfaatan TIK guna menimbulkan masyarakat yang produktif guna meningkatkan taraf hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Haniko, P., Sappaile, B, I., Gani, I, P., Sitopu, J, W., Junaidi, A., Cahyono, D. (2023). Menjembatani Kesenjangan Digital: Memberikan Akses ke Teknologi, Pelatihan, dan Peluang untuk Inklusi Digital. Jurnal Pengabdian West Science. 2(5): 306, 309, 312.
Setyaningsi, Rila. (2017) Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Mengentaskan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Pada Komunitas Punk di Kota Yogyakarta). Jurnal Perspektif Komunikasi. 1(1).
Syahriar, R, Q., Syahriar, A. (2006). Peran Teknologi Informasi dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8(3): 134.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H