A. PEMBUKAAN
Di beberapa negara sedang marak-maraknya aksi gerakan sosial, salah satunya adalah sebuah aksi/gerakan sosial yakni terjadinya black lives matter (BLM) pada tahun 2020. Terutama di negara amerika serikat yang awal mulanya pada tahun 2016 saat sedang kampanye pilpes dengan kandidat yakni donald trump dan Hillary Clinton.
 Pada kampanye tersebut donald trump memiliki strategi yang sangat kontroversial yang di sebut dengan southerm strategy, di dalam strategi ini terdapat adannya kebijakan-kebijakan yang menetapkan adanya dominan pemilih kulit putih. Tak hanya itu, trump dalam kampanyenya pun selalu ada perkataan yang berunsur rasisme yang mendukung white supremacist (Nafila Reydha Mahisa, 2021).Â
Akibat adanya kebijakan tersebut terjadilah banyaknya masyarakat yang mengalami minoritas yakni ketidakadilan dan dikriminasi berupa kekerasan/penindasan yang di lakukan oleh aparat yang tidak bertanggung jawab yang di alami warga berkulit hitam. Adanya aksi tersebut, para masyarakat bisa menyuarakan hak-hak keadilan dan hak-hak politiknya (Jahro1, 2023).
B. ISI
Kemudian tak lama dari kampanye itu, Donald Trump lah yang memenangkan kampanye pilpres tersebut dan Donald Trump dinyatakan sebagai Presiden di Negara Amerika Serikat. Donald Trump pun menerapkan kebijakan yang sudah di paparan pada saat kampanye dan tentu saja timbulah kesenjangan antara masyarakat kulit putih dan masyarakat kulit hitam.Â
Yang lebih parahnya lagi, adanya insiden kematian yang di alami oleh George Floyd di sebabkan karena adanya aksi kekerasan pada korban, korban di tindih oleh seorang aparat kepolisian yang berkulit putih hingga tewas.Â
Sebelum adanya insiden ini pada tahun 2013 ada insiden yang hampir sama yaitu kematian Trayvon Martin (Nafila Reydha Mahisa, 2021). Maka dari itulah masyarakat yang merasa di rugikan karena adanya kebijakan ini menuntut pemerintah agar bersikap rasionalisme dalam memerintah dan meminta ke adilan untuk masyarakat yang berkulit hitam.
Di dalam artikel ini adanya keterkaitan dengan teori deprivasi relatif. Dalam teori tersebut di jelaskan bahwa adanya sikap rasa tidak puas terhadap seseorang yang muncul karena adanya berbandingan/di banding-bandingan dirinya dengan orang lain yang merasa dirinyalah yang pling buruk di antaraorang lain (Faturochman, 1998). Jika di definisikan terkait gerakan sosial bisa di artikan seseorang/kelompok yang merasa tidak mendapatakan hak yang seharusnya ia dapatkan.Â
Menurut saya, teori deprivasi relatif sangat berkaitan dengan aktikel ini karena, dalam kasus ini terdapatadanya kelompok yang di rugikan oleh pihak pemerintah yaitu masyarat yang berkulit hitam.Â
Para masyarakat ini merasa dirinya tertindas karena ulah aparat yang tak ber prikemanusiaan. Aparat kepolisian bertindak semuanya kepada masyarakat yang berkulit hitam. Tak hanya itu, masyarakat berkulit hitam ini juga merasa bahwa dirinya sangat di bedakan dengan masyarakat yang berkulit putih. Di bedakannya seperti melakukan rasisme kepada masyarakat berkulit hitam (Shallum Marsha Maryam, 2023).
Berdasarkan pemaparan di atas, adanya gerakan aksi black lives matter di negara Amerika Serikat sendiri pun merasa bahwa adanya dampak yang signifikan bagi kesadaran sosial dan politik pada saat itu.Â
Para masyarakat yang ikut serta dalam aksi black lives matter memperjuangkan agar di tindak lanjuti penghapusan tindakan pelencengan seperti rasisme dan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisan, diskriminasi, serta ketidakadilan yang semuanya itu di alami oleh masyarakat minoritas berkulit hitam (Jeremy Resa Rumate, 2023).Â
Selain itu jugan karena adanya gerakan aksi black lives matter tidak hanya masyarakat saja yang ikut andil menyuarakan dalam aksi ini, tetapi aksi ini pun dijadian sebagai fenomena global yang kedudukannya adalah norma ini dijadikan sebagai norma dasar yang sudah di sepakati oleh seluruh anggota PPB yang berlandasan pengaturan HAM Internasional yakni oleh Universal Declaration of Human Rights (UDHR) yang di asosiasikan di pasal 2 (Yumna Vanessa).Â
 C. PENUTUP/KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan di atas, masyarakat berkulit hitam yang minoritas ini hanya ingin meminta pemerintah untuk berkisap bijaksana dengan apa yang seharusnya di lakukan, bersikap adil dalam menentukan kebijakan agar semua warga negaranya hidup dengan tentram tanpa adanya perbedaan satu sama lain.Â
Jika ada aksi seperti ini pemerintah juga hrus langsung bertindak dan tegas dalam mengatasi permasalahan yang ada, apalagi seperti aparat aparat kepolisian, yang seharusnya mengamankan masyarakat yang sedang unjuk rasa, tetapi aparat yang tidak mempunyai rasa tanggung jawabnya malah membuat perkara baru seperti melakukan kekerasan terhadap masyarat yang sedang menyuarakan suara hatinyabahkan hingga tewas.Â
Dan dengan adanya aksi yang dilakukan ini para masyarakat yang tadinya tidak merasakan apa yang di derita oleh masyarakat berkulit hitam jadi bisa ikut merasakan betapa sedihnya dijadikan masyarakat yang minoritas, di perlakukan seenaknya, di diskriminasi, mendapatkan rasisme dimana mana, hingga merasakan kekerasan pun smua masyarakat yang ikut andil ikut merasakannya.Â
Oleh sebab itu, kita harus saling menghargai perbedaan satu sama lain, semua etnis, ras, agama, saling berdampingan. Tidak ada yang namanya membeda bedakan. Sama seperti semboyan Negara kita Indonesia yakni Bhenikha Tunggal Ika (walaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H