Mohon tunggu...
Nabilah Aristawati
Nabilah Aristawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maliki Malang

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agresi dengan Agresif Itu Sama Gak Sih?

9 November 2022   18:56 Diperbarui: 9 November 2022   19:01 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://id.pngtree.com/

"Suatu hari ketika Siti sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah, tiba-tiba sebuah angkot menyalip dan mengenai spion mobil yang ditumpangi Siti. Hal itu sontak membuat ayah Siti memaki-maki sang supir angkot."

Dari cerita di atas, dapat kita simpulkan bahwa memaki merupakan salah satu bentuk dari perbuatan agresi. Apa yang dimaksud dengan agresi? Apakah agresi dengan agresif itu sama atau berbeda?

Agresi merupakan perasaan marah atau tindakan kasar yang disebabkan kegagalan atau kekecewaan dalam mencapai tujuan atau kepuasan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda. Istilah agresi di dalam istilah psikologi mengarah pada perilaku yang menyebabkan kerusakan pada fisik dan mental pada diri sendiri, orang lain, atau objek yang ada di lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agresi ialah bentuk perilaku agresif yang berpusat pada tindakan menyakiti dan merusak secara fisik dan mental.

Pada dasarnya seseorang pernah melakukan perbuatan agresi. Tetapi jika sudah terlalu sering maka hal ini perlu diwaspadai. Bisa jadi itu merupakan tanda dari adanya gangguang kesehatan mental.

Agresi secara jenis perilaku nya dibedakan menjadi 2, yaitu agresi impulsif dan agresi instrumental.

  • Agresi Impulsi

Agresi impulsif merupakan agresi yang muncul secara tiba-tiba dan tidak direncanakan. Agresi impulsif ini tidak terkendali karena kemarahan yang memicu sistem respon ancaman akut di otak. Agresi impulsif ini juga disebut dengan agresi reaktif atau agresi afektif. Contoh dari agresi impulsif yaitu memaki pengendara lain saat mobil kita disalip.

  • Agresi Instrumental

Agresi instrumental merupakan agresi yang mengarah pada perilaku yang direncanakan guna mencapai tujuan yang lebih besar. Agresi instrumental masih dapat mengontrol kendali serta melibatkan banyak perhitungan dan tujuan. Agresi instrumental ini juga disebut dengan agresi predator. Contoh dari agresi instrumental yaitu tindakan pencurian yang melibatkan penyerangan dan kekerasan hingga menyakiti korbannya.

Perilaku agresi juga memiliki beberapa bentuk yang berbeda. Di antaranya yaitu :

  • Fisik seperti merusak, menendang, memukul, dan menusuk.
  • Verbal seperti menghina, berteriak, dan mengejek.
  • Relasional seperti memfitnah, bergosip, dan bullying.
  • Pasif-agresif seperti mengabaikan atau mendiamkan orang lain dan sarkasme.
  • Cyberbullying seperti perundungan di sosial media.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai kekerasan. Kekerasan ialah sebuah ancaman dan usaha fisik yang dilakukan seseorang yang dapat menimbulkan luka secara fisik maupun psikologisnya. Kekerasan ini merupakan salah satu bentuk dari agresi. Kekerasan dapat berupa penyerangan atau bertahan. Kekerasan ini dapat bersifat terbuka atau tertutup.

Dalam pembahasan agresi dan kekerasan, tentunya tak lepas dari  pembahasan perkembangan moral. Secara bahasa, moral berasal dari bahasa latin "mores" yaitu tata cara, adat, dan kebiasaan. Sedangkan secara istilah moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.

Perkembangan moral juga terdapat perilaku amoral atau nonmoral. Perilaku nonmoral atau amoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial yang disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan sosial (pelanggaran secara tidak sengaja terhadap standar kelompok). Agresi dan kekerasan merupakan contoh dari perilaku perilaku nonmoral atau amoral.

Perkembangan moral dipelopori oleh Jean Piaget dan Kohlberg. Jean Piaget menyatakan bahwa perkembangan moral terjadi selama 2 tahap. Adapun tahap yang pertama yaitu tahap realisme moral (moralitas oleh pembatasan). Pada usia 0-5 tahun, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran / penilaian. Anak menilai tindakan berdasar konsekuensinya. Pada usia 7-12 tahun, perilaku anak ditentukan oleh dasar tujuan. Konsep tentang keadilan mulai berubah dan konsep tentang benar dan salah menjadi lebih fleksibel.

Lalu tahap yang kedua yaitu tahap operasional formal (moralitas dengan analisis). Tahap ini terjadi ketika anak berusia 12 tahun ke atas. Kemampuan yang telah dicapai pada tahapan ini yaitu anak dapat mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan masalah dan dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

Sedangkan menurut Kohlberg, tahapan perkembangan dibagi menjadi 3 tingkatan yang di mana pada setiap tingkatan dibagi lagi menjadi 2 tahap. Di antaranya sebagai berikut.

  • Tingkat Pra Konvensional

Tahap 1 : berorientasi pada hadiah (reward) dan hukuman (punishment)

Tahap 2 : berorientasi pada egosentris, individualis, dan konkret.

  • Tingkat Konvensional

Tahap 3 : berorientasi mengenai anak yang baik.

Tahap 4 : berorientasi pada mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas.

  • Tingkat Post-Konvensional

Tahap 5 : berorientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya.

Tahap 6 : prinsip universal di mana terdapat norma pribadi dan norma etik yang bersifat subjektif.

Ketika anak sulit mengontrol perilaku agresi dan melakukan tindak kekerasan kepada temannya, orang tua menjadi bingung dan khawatir bagaimana cara mengontrol perilaku agresi dan kekerasan pada anak. Berikut ini merupakan cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua mengontrol perilaku agresi dan kekerasan pada anak.

  • Jauhkan anak dari situasi yang dapat membuat dirinya marah.
  • Ajari anak untuk melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan latihan pernapasan dalam.
  • Orang tua hendaknya untuk selalu menjadi support system yang baik terhadap anak.
  • Ajak anak untuk melakukan hobi atau kegiatan yang positif.
  • Ajak anak untuk mengeksplorasi emosi dan belajar menerima emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun