Salah satu di antara tujuan dari dakwah para nabi yang mereka jalani adalah membangun peradaban (civilization). Maksud dari peradaban ini adalah, ketika agama Allah exists dan mendominasi di muka bumi dan mengalahkan aliran dan kepercayaan yang sesat, yaitu ketika agama Allah memimpin semua manusia, baik yang beriman maupun yang tidak beriman, sehingga dengan kepemimpinan tersebut, manusia mendapat yang haknya, baik yang beriman maupun tidak. Orang-orang yang beriman mendapat kebaikan pun orang-orang yang tidak beriman tidak dipaksa pula untuk beriman.
Saat Allah ingin menjadikan manusia sebagai khafilah fil ardi, malaikat berkomentar :
“Apa Engkau ingin menjadikan orang yg di muka bumi merusak dan menumpahkan darah?”
Mengapa demikian? Hal ini karena pernah ada khalifah sebelum manusia yaitu jin dan tidak melaksanakan amnaha dengan baik. Malaikat pun faham makna dari khalifah, yaitu menjaga bumi dan menjaga hak-hak manusia.
Dalam haji wadanya, Rasulullah sempat berkhutbah mengenai peradaban. Setiap manusia sama di mata Allah (tidak ada beda manusia kulit hitam atau putih) semua sama kecuali ketakwaan. Semua manusia memiliki hak, maka tunaikanlah hak setiap orang itu. Ini adalah pesan-pesan peradaban yang disampaikan Rasullullah.
“Aku lebih tahu apa yang kalian tidak tahu” jawab Allah.
Visi dakwah bukan hanya mentauhidkan Allah, tapi membangun peradaban. Taat kepada Allah adalah syarat untuk mencapai peradaban tersebut.
Jika manusia saat ini, masih beranggapan bahwa dakwah hanya untuk memakmurkan masjid, maka kita belum begitu faham mengenai visi besar dakwah tersebut. Jika hanya sebatas memakmurkan masjid, untuk apa Rasulullah dan para sahabat berjihad di jalan Allah melalui perang badar, uhud, tabuk?
Jika hanya untuk memakmurkan masjid. Masjidil Haram, Nabawi, dan Kuba pun sudah penuh dan makmur tanpa upaya perang. Lalu untuk apa Rasulullah selalu melakukan ekspansi dalam dakwahnya? Apakah hanya untuk memastikan bahwa setiap masjid dipenuhi oleh jamaahnya? Tidak. Memakmurkan masjid menjadi salah satu batu lompatan, untuk menjebolkan tokoh-tokoh pembentuk peradaban.
Islam adalah the way of life. Agama yang mengatur seluruh sistem kehidupan. Dua puluh empat jam dalam sehari, semua itu adalah kehidupan. Sehingga aturan dan sistem Islam tidak hanya berlaku selama satu jam waktu solat kita, yangmana setelah selesai solat kita melepaskan sistem Islam begitu saja. Tidak begitu, bukan? Apabila sistem Islam hanya kita gunakan dalam peribadatan kita, kita belum menjadikan islam sebagai suatu sistem hidup, melainkan hanya sebagai fiqh ibadah.
Memanggungkan sistem Islam
Pernah berfikir tentang konsepentertain yang diusung dengan sistem liberal? Bertahan amat luar biasa. Tokoh-tokoh, artis, bintang hiburan silih berganti sesuai zaman, namun konsep hiburan yang ditawarkan masih sama menariknya. Bukan perkara siapa tokohnya, melainkan sistemnya. Bagaimana dengan sistem Islam? Masih banyak yang berfikir untuk menghadiri kajian semata tertarik dengan pembicaranya. Lalu ketika tokoh tersebut tiada, maka hilang sudah jamaahnya. Inilah pentingnya untuk memanggungkan sistem Islam terlebih dahulu, dibandingkan dengan memanggungkan tokoh Islam. Memanggungkan tokoh di Indonesia itu amat mudah, semudah pula menjatuhkan tokoh tersebut melalu media. Pun dengan sistem Islam, yang amat sulit dibangun, namun akan sulit juga untuk dihancurkan.
Intisari ceramah T.A.H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H