Mohon tunggu...
Nabilah Faradisah
Nabilah Faradisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Al-Azhar Indonesia

Mahasiswi Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Al-Azhar Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dua Puluh Sifat Allah dalam Bahasa Melayu

27 Juli 2022   09:21 Diperbarui: 27 Juli 2022   09:25 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Sifat dua puluh.

Area Koleksi: Naskah Oriental

Referensi: Or  13716

Tanggal Pembuatan:  1884

Cakupan: 22 folio

Bahasa: Melayu

Karakter fisik: 22 dst. Dimensi: 250x175mm. 22 dst.; kertas kekuningan tebal halus, tidak ada tanda air. 13 baris per halaman, diatur dalam bingkai pensil bergaris, dalam paragraf dengan spasi yang rapi; tinta hitam dengan rubrik merah. Sampul tebal hijau tua.

Sejarah: Sumber Akuisisi Langsung: Diperoleh dari Brill, 1976

 

Sifat Dua Puluh, 'Dua Puluh Sifat' Tuhan, adalah subjek populer teks-teks Melayu tentang pengajaran Islam. Pada akhirnya diturunkan dari eksposisi dalam karya terkenal Umm al-Barhn, 'Mother of all Proofs', oleh Ab 'Abd Allh Muammad b. Ysuf al-Sans (w. 1490), ada banyak komposisi Melayu yang berbeda tentang sifat-sifat Tuhan, baik yang panjang maupun yang disingkat, dan ditulis dalam bentuk prosa dan syair. Salinan naskah sebagian besar berasal dari abad ke-19 tetapi ada juga banyak edisi cetak awal, dan teksnya masih umum diajarkan, dibaca dan dijual hari ini.

Di antara manuskrip-manuskrip Melayu yang baru-baru ini didigitalkan di British Library adalah tiga teks tentang Sifat Dua Puluh, yang menggambarkan dengan baik bagaimana subjek ini dapat diperlakukan dengan sangat ringkas atau lebih rinci. 

Contoh pertama hanya menempati satu halaman dalam ringkasan risalah tentang mata pelajaran agama dalam sebuah naskah dari Aceh (Atau. 16767), dan terdiri dari daftar dua puluh atribut dengan terjemahan bahasa Melayu satu atau dua kata; jadi atribut pertama, wujd, 'eksistensi', secara sederhana dijelaskan dengan kata Melayu ada. 

Contoh kedua, juga dalam volume gabungan dari Aceh (Atau. 14194), memberikan sedikit lebih banyak informasi, menerjemahkan setiap atribut dan memberikan atribut yang berlawanan atau tidak dapat diterima (mustahil): wujd ada artinya ada lawannya tiada, 'wujd berarti keberadaan, dan ia memiliki kebalikan, non-eksistensi'. 

Teks ketiga lebih panjang dan memenuhi seluruh naskah (Atau. 13716), memberikan paragraf penuh pada setiap atribut dan kebalikannya, dan memberikan bukti (dll) dari Al-Qur'an. Teks tersebut ditulis dalam bahasa Melayu yang bersuara penuh, sangat menunjukkan asal-usulnya di Jawa, karena bahasa Jawa dalam aksara Arab (Pegon) selalu bervokal, sedangkan Melayu dalam aksara Arab (Jawi) jarang ditulis dengan cara ini. 

Menurut kolofon, naskah ini selesai pada 10 Maulud [mis. Rabiulawal] 1301 (9 Januari 1884), dan di bagian atas halaman sebelah kanan di bawahnya tertulis nama 'Ujang', kemungkinan dari pemilik naskah. Pemilik selanjutnya adalah G.A.J. Hazeu (1870-1929), yang berbasis di Batavia dari tahun 1898 hingga 1915, pada tahun 1907 menggantikan Snouck Hurgronje sebagai Penasihat Urusan Pribumi dan Arab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun